Rabu, 13 Januari 2016

Kisah Inspiratif Para Penjemput Hidayah

Judul : Muallaf; Kisah Para Penjemput Hidayah
Penulis : Steven Indra Wibowo
Penerbit : Tinta Medina (Tiga Serangkai)
Cetakan : April, 2015
Tebal : 148 Halaman
ISBN : 978-979-045-801-7
Peresensi : Ahmad Wiyono

Agama Islam merupakan agama “hidayah”, manusia yang memeluk Islam adalah manusia yang memang telah mendapat tetesan hidayah. Tak pernah ada kekerasan atau pun intimidasi bagi manusia untuk memeluk agama Allah tersebut, karena garis Islam telah jelas “bagimu agamamu, dan bagiku agamaku”.
Namun demikian, tak sedikit manusia non muslim yang pada akhrnya menemukan jalan terang tentang kebenaran Islam, tanpa paksaan mereka secara tulus menyerahkan seganap jiwa raganya pada agama Rahmatan Lil Alamin tersebut. Mereka itulah kelompok manusia beruntung yang dalam perjalanan hidupnya mendapatkan hidayah untuk kembali pada jalan yang benar yaitu Islam.

Memang, tak ada yang tahu, kapan hidayah itu akan menghinggapi manusia yang belum memeluk islam, namun jika waktunya sudah tiba, maka pintu hidayah akan ternbuka lebar bagi mereka, tanpa melihat strata sosial mereka itu sendiri. Dan kisah Itulah yang terekam dalam buku berjudul Muallaf; Kisah para penjemput hidayah karya Steven Indra Wibowo.

Buku ini menbgisahkan perjalan para muallaf sebelum menemukan Islam, ada banyak proses yang tidak sama dari masing-masing muallaf, berbagai proses itulah yang menjadi hal ikhwal terbukanya pintu hidayah bagi ke 25 muallaf yang dikisahkan dalam buku ini.

Salah satunya adalah kisah Abraham David Mandey, pria yang lahir di Manado tepatnya tanggal 12 Februari 1942. Pria ini merupakan pengagum para pahlawan yang telah berjasa di negeri ini, kekagumannya memuncak, sehingga dia memutuskan untuk juga menjadi bagian dari pembela negeri ini.
Akhirnya, dia memutuskan untuk hijrah ke jakarta mengikiti seleksi Akabri, nasibnya yang mujur mengantarkannya menjadi salah satu prajurit kala itu, lambat laun, perannya di korp angkatan tersebut semakin padat, sehingga cukup menyita banyak waktu. Tak hanya itu, ia pun berhasil menjadi pendeta sembari menjadi prajurit bersenjata.

Sibuk, padat dan banyak pekerjaan, itu adalah gambaran hidupnya kala itu, sehingga dia sedikit mengabaikan tugasnya sebagai seorang suami, singkatnya, kesibukannya diluar rumah mengharuskannya melepas sang isteri. Sehingga akibat itu semua, dia mengalami kegundahan yang luar biasa. Aktifitasnya sebagai prajurit dan pendeta ternyata tak mampu membuat ketenagan dalam hidupnya.

Nah, saat itulah dia bertemu dengan beberapa tokoh islam yang tanpa sengaja dia kagum dan belajar tentang dunia keislaman. Salah satunya, Davied begitu kagum terhadap konsep perdamaian Ialam yang diangkat oleh KH. EZ. Muttaqien, dan itu yang menariknya lebih kuat untuk mendalami konsepsi kosnepsi Islam lainnya. Sehingga, pada akhirnya, ia pun tahu bahwa ketenangan jiwa itu hanaya ada pada agama Islam.

Dengan kepasrahan yang total kepada Tuhan, pada tanggal 4 Mei 1984, David mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat dengan bimbingan Bapak KH. Kosim Nurzeha dan saksi Drs. Farouq Nasution di masjid istiqlal. Allahu Akbar, hari itu adalah hari yang sangat bersejarah dalam hidupnya. Sebab, itulah saat menemukan dirinya yang sejati. (Hal. 22).

Kisah perjalan seorang David untuk menemukan Islam, hidayah lahir ketika dia sedang dihantui kebingungan dan ketidak tenangan dalam hidupnya. Sehingga, ia temukan ketenagan itu dalam islam, alhasil namanya pun diganti menjadi Ahmad Dzulkifli Mandey.

Kisal muallaf lainnya yang diurai dalam buku ini pernah dialami oleh seorang Icok Benda, dia adalah sosok yang tiba-tiba mengagumi islam lantaran terkesima dengan perilaku para muslim yang ada disekitarnya. Adab dan sikap lemah lembut orang-orang islam yang dia kenal dan bersamanya setiap waktu, melembutkan hatinya untuk masuk Islam.

Kehadiran muslim di kehidupannya, membuat Icok berubah. Ia melihat setiap orang islam yang ditemuinya selalu berbaik hati kepadanya, tanpa membeda-bedakan agama. (Hal. 85).

Lain halnya dengan seorang Ahmad Naga Kusnadi, pria yang besar ditengah keluarga Kong Hu Chu ini menemukan hidayah untuk memeluk Islam lantaran sebuah mimpi, ia bermimpi melihat api mengelilingi manusia yang tergantung di paku bumi. Begitu terbangun ia merasa ketakutan.

Dalam cengkraman rasa takut itulah, ia terus berfikir apa makna mimpi tersebut, ia berjalan mencari jawaban, bahkan ia pun memnberanikan diri mengikuti pengajian-pengajian yang dilaksanakan oleh umat Islam. Saat-saat itulah. Awal terbukanya hidayah baginya, sehingga akhirnya ia sadar bahwa ada Islam yang lebih pas untuk dijadikan sandaran hidupnya,

Dalam pencarian tentang Islam, ia menemukan Masjid Lautze di daerah pasar baru, Jakarta. Di Masjid itu juga, ia sempat mengikuti pengajian. Ia terus memperdalam Islam di Masjid tersebut. Hingga akhirnya, tahun 2002 ia memutuskan mengucapkan dua kalimat syahadat di Masjid tersebut. (Hal. 75).

Tiga kisah anak manusia yang menjemput Hidayah tersebut, hanya bagian kecil dari serentetan kisah para Muallaf yang diurai dalam buku setebal 148 halaman ini. Masih ada 22 kisah lainnya yang bisa kita baca dan kita jadikan muhasabah, bahwa Pintu Hidayah akan selalu ternbuka kapan dan di mana saja, serta dengan berbagai cara dan perantara. Allahu 



Tulisan ini dimuat di Majalah manhajul Afkar
   

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons