Kamis, 18 Februari 2016

Peta Pengelompokan Manusia Perspektif Islam

Judul : 8 Golongan yang Dibenci Allah dan 6 Golongan yang Dibenci allah
Penulis : Muhammad Iqbal
Penerbit : Mizania
Cetakan : 1. 2015
Tebal : 124 Halaman
ISBN : 978-602-1337-53-0
Peresensi : Ahmad Wiyono

Manusia sebagai kholifah tentu sudah diberi keleluasaan untuk menjalani hidup di muka bumi ini sesuai dengan kehendak dan kemaun manusia itu sendiri. Dalam konteks sosial, manusia sudah meliki hak aszai yang itu menjadi hak pribadi masing maisng orang. Bahkan dalam kontkes agama sekali pun, manusia diberi kelulasaan untuk meilih. “bagimiu agamamu dan bagiku agamaku”. Begitu Allah berfirman dalam sebuah ayat-Nya.

Namun demikian, islam selalu menawarkan jalan yang baik yang jika itu dilaksanakan oleh manusia, niscaya manusia itu akan selamat, baik di dunia lebih lebih di akhirat. Sebaliknya, jika manusia tak mengubris koridor atau jalan yang telah digariskan oleh ajaran islam itu sendiri, maka dia akan menjadi orang yang tersesat dan bahkan jauh dari kebahagiaan, di dunia termasuk kelak di alam kebadian.

Karya Mhammad Iqbal ini, manjadi titik kulminasi tentang eksistensi manusia ketika dia sudah memutuskan untuk berada di jalan yang benar atau sebaliknya, sehingga nantinya manusia akan terkelompokkan sesuai dengan jalan hidup yang dilakoni selama di dunia ini. Inilah yang diuangkap dalam buku terbitan Mizania ini, tentang 8 Golongan yang dicintai Allah dan 6 Golongan yang dibenci oleh-Nya.

Pembahasan buku ini, fokus pada pengelempokan atau golongan manusia yang dicintai dan dibenci oleh Allah. Sehingga isi seluruh buku ini secara utuh membahas tentang golongan-golongan tersebut. Kendati demikian, pengelompokan manusia yang dicintai dan yang dibenci dalam buku ini sepenuhnya berdasar pada dalil dalil al-qur’an dan al hadits. Penulis secara cermat menklasifikasi kelompok-kelompok manusia tersebut berdasar kajian kajiannya terhadap dalil-dalil naqli tersebut.

Pembahasan tentang golongan yang dicintai Allah, penulis ungkap dalam satu Bab secara sistematis. Pembahasan ini diuarai dalam 62 halaman di buku setebal 124 halaman ini. Sehingga, hampir separuh halaman lebih buku ini mengupas tentang 8 golongan manusia yang dicintai Allah. 8 golongan tersebut adalah orang yang adil, orang yang berbuat baik, orang yang berjihad di jalan Alah, orang yang bertaqwa, orang yang bertawakkal, orang yang menyucikan diri, orang yang sabar dan orang yang bertobat.

Salah satu golongan orang yang dicintai allah adalah manusia yang bertobat. Kelompok ini merupakan satu dari delapan kelompok yang dicintai-Nya. Alasan penting mengapa manusia yang bertobat menjadi golongan yang dicintai Allah lantaran manusia yang bertobat merupakan manusia yang kembali kepada Allah, sehingga orang yang kembali kepada Allah mendapat balasan yang setimpal dari-Nya yaitu cinta dari sang maha cinta.

Tobat adalah kembalinya seorang hamba dari keburukan menuju kebaikan. Ia mengganti perilaku jelek dengan perilaku mulia. Ia menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Tentu kembalinya seorang hamba akan disambut hangat oleh Allah SWT. Layaknya kekasih, siapa yang tak senang apabila kekasih-Nya kembali kepada-Nya?. Dalam hadits qudsi lainnya Allah berfirman, “bila hamba hamba-Ku bertobat kepada-Ku, maka Aku adalah kekasih  mereka” (Hal. 67-68).

Semlentara itu, golongan golongan yang dibenci oleh Allah antara lain adalah orang yang melampaui batas, orang yang merusak lingkungan, orang yang sombong, orang yang zalim, orang yang berkhianat dan orang-orang yang berlebih-lebihan.

Seperti halnya orang yang dicinta Allah, pembahasan kelompok orang –orang yang dibenci Allah dalam buku ini juga berdasar pada dalil al-Qur’an dan al-Hadits. Secara detil penulis mengurai tentang kelompok kelompok ini juga berdasar kajian al-Qur’an dan al-Hadits.

Rasulullah SAW, telah mengajarkan untuk tidak berlebih lebihan dalam hal apa pun. Berlebih lebihan biasa juga disebut melampaui batas. Dalam bahasa arab disebut isrof. Pelakunya disebut musrif. Ekspresi berlebihan bisa menyangkut dalam hal apa pun dan dalam pelbagai bentuk. Termasuk pada kebutuhan kita seharai hari. Seperti makan, minum dan berpakaian (Hal. 116).

Melampaui batas, merupakan satu dari enam golongan orang yan dibenci Allah, seperti pada uraian di atas. Dalam buku ini, berlebih lebihan diurai pada pembahasan penutup. Melampaui batas yang dimaksud dalam buku ini mencakup semua lini kehiudpan, mulai dari kebutuhan sandang, pangan dan papan. Hal itu didasarkan pada sebua firman Allah dalam surat Al-A’raf ayat 31. Serta beberapa ayat lainnya .

Sebagai buku yang dihasilkan dari telaah dan kajian terhadap kitab suci (al-Qur’an dan al-Hadits), buku ini memberikan pengetahuan yang luar biasa kepada segenap manusia, utamanya umat islam agar bisa menjaga diri masing-masing sehingga bisa berupaya untuk selalu masuk dalam goloongan orang-oran yang dicintai oleh allah. Dan menjauh dari golongan orang-orang yang dibenci-Nya.


Tulisan ini dimuat di Harian Kabar Madura, 17 Pebruari 2016

Gambaran Kedahsyatan Azab Neraka

Judul : Dahsyatnya Neraka
Penulis : Syaiful Bachri az-Zidani
Penerbit : Saufa
Cetakan : 1. Januari 2016
Tebal : 152 Halaman
ISBN : 978-602-279-176-8
Peresensi : Ahmad Wiyono

Bagi umat islam, Neraka merupakan sesuatu yang wajib diyakini keberadaannya, sebagai salah satu alam ghaib yang kelak dipersiapkan sebagai tempat akhir para makhluk Allah yang membankang terhadp perintah-perintah-Nya. 

Kendati tidak ada manusia yang bisa mengetahuniya secara pasti untuk saat ini tentang bagaimana kondisi meraka berikut kepedihan siksanya, namun keberadaan Neraka merupakan sebuah keniscayaan yang nyata ada di alam akhirat kelak, tempat itu adalah tempat bagi orang-orang yang celaka, sekaligus tempat yang paling menyakitkan. Karena di dalamnya hanya ada siksa dan siksa.

Tentang bagaimana gambaran kedahsyatan azab di dalam Neraka, penjelasan itu bisa kita dapat dalam catatab Syaiful Bachri az-Zidani dalam buku bertajuk Dahsyatnya Neraka ini, penulis memberikan gambaran dan visulaisasi kongkriet tentang bagaimana kepedihan api neraka yang kelak akan menakan makhluk yang telah durhaka pada sang pencipta.

Neraka merupakan tempat penyiksaan bagi makhluk Allah SWT, yang membangkang. Mereka ialah orang-orang yang mendustakan Allah SWT, dan rasul-Nya saat masih hidup di dunia. Di dalam neraka tersebut, terdapat kehidupan yang berisi jiwa-jiwa manusia yang menderita bersama para iblis, binatang-binatang buas, dan api yang menyala-nyala. Hal tersebut sebagai hukuman bagi mereka karena telah melakukan dan menumpuk dosa besar, serta melakukan kejahatan-kejahatan sewaktu masih hidup di dunia (Hal. 12).

Begitulah visusalisasi awal tentang apa dan seperti apa neraka, sebuah tempat yang enjadi sentral pengazaban dari Allah SWT kepada makhluk yang telah membangkang selama di dunia, makanya diamarkan ditempat itu itu ada iblis, binatang buas, termasuk jiwa-jiwa manusia yang durhaka kepada Allah azza Wajallah.

Sementara itu, para calon penghuni neraka yang diurai dalm buku ini sangatlah banyak,  dalam artian, ada banyak jenis dosa yang dilakukan manusia dan kelak mereka akan menjadi penghuni sesuai kelas klasifikasi dosa yang mereka buat. Ibarat rombongan, masingmasing jiwa akan membentuk kelompok calon penghuni neraka sesuai dengan kriteria dosa yang mereka bawa.

Dalam buku ini ditulis setidaknya ada Sembilan golongan manusia yang sudah hampir pasti kelak akan menjadi penghuni tempat yang sangat meyeramkan tersebut. Diantaranya adalah orang yang menyekutukan Allah (Syirik), Membunuh orang lain tanpa alasan yang dibenarkan, Orang yang meningggalkan atau melalaikan shalat fardu, Orang Munafik, Durhaka kepada kedua orang tua, Pelaku Zina, Orang yang memakan harata anak yatim, minum minuman keras serta orang yang mati bunuh diri.

Detil gambaran neraka beserta isinya yang diurai dalam buku ini tentu bukan hanya berdasar pada pengetahuan teoritis penulisnya, akan tetapi merupakan hasil rangkuman dari beberapa dalil Qod’I, berupa Al-Qur’an dan hadits, sehingga, kebenaran tentang siksa neraka yang disampaikan dalam buku terbitan Saufa ini tentu sudah menjadi kebenaran Muthlak yang wajib kita yakini.

Buku ini mengajak umat manusia terutama umat islam untu kbisa mawas diri tentang apa sebenarnya tujuan hidup di dunia, Neraka diciptakan berarti menjadi petunjuk bagia manusia agar tidak mendekat dengan jalan ke temat tersebut, sebaliknya bagaimana bisa menjauhi hal-hal yang mengarah pada siksa yang abadi itu.

Akhirnya, hanya orang-orang waspada dan ikhlas saja yang dapat mempersiapkan diri menghadapi kematian. Orang-orang semacam inilah yang dapat menghindarkan diri dari neraka, tidak terpengaruh jebakan kekayaan, kehormatan, kemegahan dan kekuasaan. Ketika seseorang akan disiksa, ia tidak akan memperoleh kebebasan. Hanya akan berbisik.”Aduh, kematian itu benar-benar mengakhiri segalanya, hartaku, kekayaanku, kebangsawananku, semuanya tidak bermanfaat” (Hal. 146-


Tulisan ini dimuat di Harian Analisa Medan, 12 Pebruari 2016

Mendalami Wawasan Kebangsaan Cak Nun

Judul : Zaman Gendheng
Penulis : Agus Nur Cahyo
Penerbit : Ircisod
Cetakan : 1. Januari 2016
Tebal : 212 Halaman
ISBN : 978-602-391-082-3
Peresensi : Ahmad Wiyono

Emaha Ainun Nadjib alias Cak Nun dikenal sebagai tokoh bangsa yang budayawan, sastrawan sekaligus Agamawan, kiprahnya di negeri ini sudah banyak dirasakan oleh segenab bangsa Indonesia, setidaknya melalui ide-ide kebangsaannya yang selalu muncul dalam setiap keadaan.

Sebagai tokoh yang multisubjek, Cak Nun selalu menjadi bagian dari pergerakan bangsa ini, dan pembicaraan tentangnya tidak pernah habis dari segenap tautan ruang dan waktu. Dia dikenal sebagai seorang Kiai, dikenal juga sebagai penulis, sebagai sastrawan, budayawan, bahkan musisi. Namun yang tak kalah penting, dia adalah pekerja sosial yang selalu ada dalam kancah kegiatan sosial nusantara.

Untuk mengenal lebih jauh tentang sosok Cak Nun, kita bisa melacak melalui Kutipan-kutipan hikmah yang pernah disampaikannya dalam berbagai kesempatan. Buku berjudul Zaman Gendheng ini merupakan rangkuman kata-kata bijak yang pernah dilontarkan seorang Cak Nun dalam berbagai kegiatannya. Sedidiktnya ada 444 Kutipan hikmah yang berhasil direkam dari perkatan Emha Ainun Nadjib dan dijabarkan dalam 212 halaman di buku ini.

Kutipan hiikmah Cak Nun dalam buku ini pada dasarnya adalah buah pikiranya, ide segar, sekaligus gagasan brilian tetang Naisoanlisme dan spiritualisme yang dia tuangkan dalam berbagai bentuk.  Pidato, tulisan atau pun lagu yang menjadi bagian dari kegiatnnya. Maka tak heran jika banyak anggapan bahwa Cak Nun adalah manusia  luar biasa yang kontribusinya terhadap negeri ini sudah tak terhitung jumlahnya.

Kalau serius menyelidik bahasa sejati, Anda akan menemukan bahwa sejak berabad-abad silam, bangsa ini merupakan bangsa hebat. Bangsa yang seharusnya kolaps, tetapi mampu bertahan. Bangsa yang pendapatan perkapitanya terendah, tetapi makannya paling enak, tertawanya paling banyak, mobilnya paling mewah. Ada atau tidak adanya pemerintah, bangsa Indonesia tidak masalah (Hal. 16).

Begitu Cak Nun menggambarkan tentang kondisi faktual sebuah bangsa bernama Indonesia,  di mana Negara dianggap sebagai sesuatu yang absurd, karena rakyat berada pada posisi penting dan tidak penting terhadap keberadaanya. Sebuah kritik sosial yang sangat tajam terhadap konsistensi pemerintah dalam tindakan pengayoman terhadap rakyatnya, padahal negeri ini disebut-sebut sebagai Negara  paling kaya dalam sektor sumber Daya Alam (SDA).

Kita belum pernah punya pemerintahan yang sukses, Namun, rakyat Indonesia sungguh telah sukses sebagai rakyat. Mereka memiliki ketahanan dan kesabaran yang luar biasa. Setiap hari, dilanda banjir, tetap saja bahagia. Begitu di shoot kamera televise, bukannya menampakkan kesedihan, mereka malah senyum-senyum melambaikan tangan, dada-dada (Hal. 166).

Lain lagi dalam aspek spiritualisme, Cak Nun selalu mnegaskan bahwa dalam setiap pergerakan umat mansuia bisa bernilai ibadah ketika dia mau mendapatkannya, sehingga, segala sesuatu bisa mencapai substansinya tanpa hanya terpaku pada hasil dari apa yang dia kerjakan. Ada aspek ketuhahan yang bisa diraih dari segala aktifitas kemanusiaan tersebut. Itulah kata lain dari spiritualime ala Cak Nun.

Bukanlah hidup kalau sekedar untuk mencari makan. Bukankah sambil bekerja, seseorang bisa merenungkan suatu hal, bisa berdzikir dengan ucapan yang sesuai dengan tahap penghayatan atau kebutuhan hidupnya, mengamati macam-macam manusia, belajar kepada sebegitu banyak peristiwa, menemukan hikmah-hikmah, serta pelajaran dan kearifan yang membuat hidupnya maju dan baik (Hal. 26-27).

444 Kata Hkmah Cak Nun yang diurai dalam buku ini tidak hanya menyajikan petuah tentang seluk beluk kehidupan manusia, namun juga berisi kritik sosial yang sangat tinggi, termasuk ajakan untuk umat manusia agar menjadi kholifah yang bisa berguna bagi sesamamanusia dan alam sekitar. Catatan-catatan ini sungguh sangat menginspirasi dan memotivasi. Selamat membaca.


Tulisan ini dimuat di Harian Umum Radar Surabaya, 7 Pebruari 2016



Jumat, 05 Februari 2016

Implementasi Childern Education Berwawasan Lingkungan

 Judul : Green Mama
Penulis : Manda Aufachs Gillespie
Penerbit ; Metagraf (PT. Tiga Serangkai)
Cetakan : 1. 2015
Tebal : 280 Halaman
ISBN : 978-602-72110-2-5
Peresensi : Ahmad Wiyono

Ada anggapan bahwa masa depan seorang anak sangat ditentukan oleh kedua orang tuanya, terutama pola pendidikan keluarga yang diterapkan dalam lingkungan keluarga tersebut, sangat menjadi penentu terhadap eksisitensi sang anak kelak ketika sudah dewasa.
Betapa sangat urgennya pendidikan yang berkualitas dari sebuah keluarga sehingga menjadi penentu masa depan sang buah hati,  maka setiap orang tua harus mempersiapkan semaksimal mungkin pola asuh  sekaligus pola didik yang efektif demi terwujudnya pendidikan keluarga yang baik tersebut. Tentu sekali lagi untuk menyiapkan masa depan sang buah hati.

karya  Manda Aufachs Gillespie ini secara umum berisi tentang tata cara orang tua utamanya seorang ibu  daam mengasuh, membimbing dan mendidik buah hatinya yang berwawasan lingkungan,  pola asuh yang dijabarkan dalam buku berjudul Green Mama ini  meliputi  perawatan  kamar bayi serta tempat tidurnya yang ramah lingkungan, pentingnya memilih mainan  anak yang juga ramah lingkungan, hingga kiat sukses menyehatkan fisik anak yang juga ramah lingkungan.

Sepintas, buku ini sepertinya tak ada bedanya dengan buku-bukuy lainnya, terutama buku buku yang bertemakan pola asuh anak dan perkembangannya, namun yang menjadi karakter buku ini adalah  implememtasi pola asuh yang berbasis lingkungan. Ini yang kemudian menjadi kehkasan buku terbitan Metagraf ini.  Penulis menyadari, bahwa salah satu hal penting yang harus diajari sejak dini kepada bayi adalah  kondisi lingkungan keluarga  yang “ramah lingkungan”.

Buku ini mengajak para orang tua untuk menatap masa depan sang buah hatinya dengan konsep “pembiasaan”, pembiasaan dimaksud adalah dengan melakukan hal-hal yang sederhana namun berkelanjutan. Konsep metodologis ini yang nantinya berimplikasi pada watak setiap anak. Sehingga pola kehidupan berwawasan lingkungan yang diterapkan sejak dini oleh orang tua kepada anak, akan menjadi karakter kehidpan sang anak itu sendiri.

Otak dibentuk oleh kebiasaan, saat kita melakukan sesuatu  untuk pertama kalinya. Jalur baru terbentuk di dalam pikiran kita , di waktu waktu selanjutnya. Jalur itu lebih mudah ditemukan, dan lebih mudah lagi, sehingga membentuk jalur saraf. Mengubah kebiasaan berarti mengubah otak. Untungnya, otak kita sanga fleksibel selama kita menjadi orng tua sehingga semua kebiasaan baru dalam mengasuh anak menjadi nlebih mudah dijalankan (Hal.30).

Hal menadasar dari pola asuh bayi yang baik adalah kesiapan sang ibu untuk memberikan Air Susu Ibu (ASI) yang berkualitas, dalam buku ini, ASI bekualitas juga berkonotasi ramah lingkungan, itulah sebabnya, ibu harus bisa memperhatikan pola konsumsi sang ibu yang otomatis nantinya akan menjadi ASI yang siap diberikan kepada sang anak. Buku ini mengajarkan agar para ibu selektif dalam mengkonsumsi makanan yang kelak menjadi ASI tersebut.

Menurut ilmu penegtahuan, ASI adalah makan terbaik bagi bayi. ASI mengandung nutrisi lengkap, membuat system kekebalan tubuh bayi kuat sehingga bayi tidak tidak mudah terserang penyakit. Di usia dini maupun saat beranjak besar, dan ASI dikaitkam dengan perkembangan otak yang bagus dan peningkatan IQ (Hal. 99).

Mengingat pentingnya ASI tersebut, Green Mama mengajak para ibu untuk bisa menyuburkan ASI sesehat mungkin, asupan makanan sang ibu harus memperhatikan kandungan gizi yang baik. Itulah kata lain dari ASI yang ramah lingkungan dalam buku setebal 280 halaman ini.

Selain itu, buku ini juga hendak mengajari para orang tua agar bisa cerdas dalam memilih aneka maianan yang akan diberikan kepada sang buiah hatinya, agar orang tua tidak sembarangan memberikan mainan yang bisa jadi justru merusak system perkembanga otak sang anak itu sendiri.

Bab enam di buku ini, secara khusus penulis mengurai pentingnya memilihkan mainan anak yang ramah lingkungan, itu dalam rangka agar mainan yang diberikan kepada anak bisa membantu pola perkebangan oatak anak. Tidak sebaliknya.  Maka mainan yang ramah lingkungan yang bisa bermanfaat untuk pola tumbuh anak,  merupakan pilihan wajib orang tua disaat hendak mengajak anak-anakanya bermain atau memberikan mainan tersebut.

Kita sendiri paham, betapa kecanggihan tekhnologi saat ini kadang begitu mudah dijamah oleh anak-anak kita, tanpa sempat difikirkan dampak buruk dari kecanggihan tekhnologi tersebut. Bahkan, tak jaramg orang tua malah melakukan pembiaran ketiaka anak telah masuk dalam kubangan tekhnologi itu sendiri. Ini sbenranya yang harus diperhatikan setiap orang tua. Membatasi perilaku anak yang mulai “ketagihan” terhadap teknologi dalam berbagai bentuknya.

Anak-anak yang lebih besar pun akan memetik manfaat jika interaksinya dengan layar elektronik dibatasi dengan ketat. Anak dan orang tua akan merasa lebih baik dengan menghabiskan lebih banyak waktu yang menyenangkan (meskipun akibatnya rumah menjadi berantakan). (Hal.196-197).

Meski tidak ada jaminan seratus persen akan berhasil, namun kehadiran buku ini menjadi angin segar bagi para ibu untuk bisa menjadi guru bagi anak-anaknya, utamanya dalam menerapkan pola asuh yang berwawasan lingkungan. Sehingga ornag tua bisa memberikan yang terbaik bagi buah hatinya mulai hendak tidur di kamar tidurnya, bermain hingga memberikan asupan makan kepada calon penerus keluarganya tersebut. Buku ini mengajari orang tua menjadi orang tuan yang selalu didambakan.




Tulisan ini dimuat di Majalah Puspa, edisi Pebruari 2016

Habibi Kecil Dengan Mimpi Besar Membangun Indonesia

Judul : Rudy, Kisah Masa Muda yang Visioner
Penulis : Gina S. Noer
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : 1. 2015
Tebal : 262 Halaman
ISBN : 978-602-291-111-1
Peresensi : Ahmad Wiyono

Rudy merupakan  kisah tentang “Habibie Kecil” yang memiliki visi besar tentang masa depan Indonesia,  cerita tentang asa untuk mewujudkan sebuah negeri yang luar biasa, sekalius cerita tentang kegelisahaan ketika meyaksikan banyak kekurangan yang dimiliki oleh negeri yang berpenduduk ratusan juta tersebut. Yah, mimpi tentang Indonesia, yang diceritakan langsung oleh Habibie dalam cerita Rudynya.

Hasil torehan Gina S. Noer ini menginspirasi pembaca semua tentang kisah sang visioner yang berjuang keras dalam membangun tanah airnya, setidaknya dalam rangka memberikan sumbangsih besar terhadap masa depan negaranya. Karena Rudy merupakan asset bangsa yang eksistensinya betul-betul menentukan nasib bangsa itu sendiri. 

Sebagai kumpulan kisah yang direkam dari cerita-cerita BJ. Habibie, perjalanan Rudy dalam buku ini mencerminkan satu tatapan masa depan yang sangat jauh tentang kehdupan suatu bangsa dan Negara, bayangkan misalnya bagaimana tentang mimpi menciptakan peawat Terbang yang berhasil dibuat oleh Habibie jusru bermula dari rasa takutnya terhadap pesawat itu sendiri, yang itu terjadi pada perang dunia kedua.  Dan kisah ini teryata tak banyak mengetahuinya, sehingga cerita Rudy dalam buku ini mennjadi info segar bagi kita semua.

Uniknya, Rudy selalu menunjukkah sifat sahaja kepada setiap orang yang dikenalnya, potret kesahajaan Rudy sebagai Habibie Kecil terpotret dari sikapnya yang tidak pernah bangga disebut manusia genius, justru dia lebih senang ketika disebut manusia biasa yang tekun dan bekerja keras. Dari situlah tercermin bahwa Rudy meupakan manusia intelek yang tidak sombong dan sangat renda hati. Selain itu, ketulusannya untuk selalu belajar kepada siapapun membuktikan dirinya sebagai manusia luar biasa yang betul-betul punya keikhlasan untuk membangun bangsanya.

Rudy berusaha mencari ide dari mana saja. Dia membaca, mengajak kawan-kawan berdiskusi hingga bertanya kepada pejabat-pejabat pendidikan di Boom, tetapi mereka sedang lebih focus pada permasalahan politik di Indonesia. Kegiatan sehari-harinya tak bisa membuatnya melupakan kegelisahan ini (Hal.160).

Salah satu mimi besar Rudy kala itu dalah mendirikan industri pesawat terbang, mimpi yang terkategori nekat di masa itu. Namun demikian, bukan sesuatu yang tidak mungkin jika manusia selalu berikhtiyar untuk mendapatkannya. Termasuk apa yang teah dlakukan oleh Rudy. Ketakutannya terhadap pesawat justru mengantarkan dia menjadi manusia Indonesia yang berhasil membangun industri pesawat terbang itu sendiri.

Keseungguhan Habibie kecil dalam merajut dan mewujudkan mimpinya tersebut merupakan modal utama keberhasilannya.  Semangat mudanya ibarat api yang tak pernah padam. Tatapannya terus ke depan. bahwa perjuangan yang sungguh-sungguh pasti akan berbuah manis, itu yang dia tanamkan dalam jiwanya. Terpatrih dalam sanubarinya, dan selanjutnya terimplementasi dalam tindakan-tindakanya. Mimpi yang bukan sekedar mimpi.

Sementara itu, dibalik kisah sukses seorang Habibie kecil, juga tak lepas dari peran serta seorang gadis anggun yang setia menemaninya. Yah, Ainun adalah sosok perempan anggun yang telah berhasil merubah kehidupan Rudy menjadi lebih sempurna.  Kendati proses penyatuan keduaya masih harus melewati alan terjal nan berliku, namun perjumpaan Rudy dan Ainun akhirnya bisa betlanjut dan berlabuh ke pelaminan.

Terjadilah pernikahan dunia penerbangan dengan dunia kedokteran, penyatuan dua dunia yang nyaris berbeda, namun mampu diikat oleh tali cinta yang sejati. Dan sejak saat itulah, kebahagiaan demi kebahagian terus dipetik oleh Rudy, keberadaan Ainun kian menginspirasi dirinya untuk terus membangun visinya menjadikan Indonesia Negara luar biasa melalui keahliannya dibidang industri pesawat terbang.

Buku setebal 262 halaman ini secara utuh mengisahkan perjalnan BJ. Habibie sejak kecil hingga menjai dewasa. Rudy merupakn potret perjalanan Habibei yang lahir dan tumbuh menjadi manusia yang memeliki visi kuat untuk membangun Indonesia, visi yang datang dan dibentuk oleh orang tua dan keluarganya. Sekaligus para sahabat-sahabtanya. Cerita memukau perjalanan Rudy ini tentu menjadi inspirasi bagi semua bahwa Habibie kecil meruapakan sosok pemuda inspiratif, tekun, visionir  dan setia pada cita-citanya.
Tulisan ini dimuat di Harian Duta Masyarakat, 31 Januari 2016


Kamis, 04 Februari 2016

Spirit Revolusi Mental ala Al-Ghazali

Judul : Segarkan 
Penulis : Syekh Muhammad al-Ghazali
Penerbit : Zaman
Cetakan : 1. 2015
Tebal : 334 Halaman
ISBN : 978-602-1687-46-8
Peresensi : Ahmad wiyono


Islam adalah agama yang sesuai dengan watak dan kecenderungan alami manusia. Ajarannya selaras dengan tabiat yang murni dan pemikiran yang lurus. Panduan yang memancar dari prinsip-prinsip dasarnya (ushul) mengarahkan manusia menuju kesempurnaan dan kedamaian jiwa.

Begitulah ungkapan Syekh Muhammad al-Ghazali memulai karyanya yang berjudul Segarkan Hidupmu ini. al-Ghazali mememberikan penyegaran bagi umat manusia agar selalu optimis dalam menghadapi hidup. Karya dahsyatnya ini menjadi angin segar bagi segenap manusia untuk selalu menatap hari esok dengan baik.

Al-Ghazali melalui karyanya ini mengajak manusia untuk bisa berbenah memperbaiki kualitas dan mutu hidup, memalui spirit revolusi mental yang menjadi substansi dalam buku dengan judul asli Jaddid Hayatak ini. Eksistensi hidup mudah diraih jika manusia mampu menerjemahkan spirit revolusi mental ala al-Ghazali tersebut.

Pelajaran penting yang dimaktup al-Ghazali sebagai manifistasi dari revolusi mental dalam buku ini diantaranya adalah optimisme menjalai hidup dan kehidupan, dia menggambarkan bahwa kehidupan hari ini akan menjadi cerminan kehidupan yang akan datang, maka sudah seharusnya kehidupan saat ini diisi dengan sesutau yang berharga sehingga bisa berbuah baik di masa-masa berikutnya.

Rasa aman, kesehatan, dan kecukupan untuk hari ini merupakan kekuatan besar yang mencerahkan akal sehingga bisa berfikir lurus dan tenang. Pikiran yang lurus dan konsisten mampu mengubah seluruh perjalanan sejarah, bahkan seluruh perjalanan hidup seseorang. (Hal. 35).

Dibagian lain, Al-ghazali juga menyampaikan pesan luhur agar manusia bisa menghargai segala sesuatu yang ada dan dialami oleh manusia itu sendiri. Salah satu penyebab kegagalan manuia, kata al-Ghzalai diakibatkan oleh kurangnya menghargai sesuatu yang kadang dianggap kecil atau sepele. Itu yang nantinya berdampak pada hal-hal besar dalam hidup.

Jangan abaikan sesuatu yang sepele, begitu besan al-Ghazali dalam salah satu bab di buku ini, dia hendak mengajak manusia untuk bisa menjadikan sesuatu yang kecil menjadi potensi besar dalam kehidupan manusia itu sendiri. Dari snalah peluang meraih kehidupan yang hakiki bisa dicapai dengan baik. Begitu pula sebaliknya, hal sepeleh yang diabaikan kadang bisa berdampak buruk terhadap kehidupan manusia.

Orang cerdik mesti memperhatikan dan pemperhitungkan perbuatan-perbuatan yang dilakukannya. Bisa jadi, hal sepele yang tidak diperhitungkan justru membawa keburukan yang menghancurkannya. Selain dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan seseorang, hal-hal kecil yang diabaikan dapat menutupi kebaikan yang dilakukannya (Hal. 111).

Spirit revolusi mental lainnya yang digambarkan al-Ghazali dalam buku ini adalah tentang pentingnya menghargai masa lalu, tanpa harus menangisi masa llau itu sendiri. Karena setiap orang tentu memiliki masa lalu yang pahit, namun hal itu dalam pandangan al-Ghazali tak perlu dijadikan beban untuk menjalani hari ini dan esok. Justru, dijadikan pengalaman unuk tidak terjebak pada peristiwa serupa di masa-masa yang akan datang.

Sejarah memberi kita pelajaran bahwa apa yang telah menimpa generasi terdahulu juga akan menimpa generasi  berikutnya. Apa yang akan kita hadapi sebenarnya juga pernah dihadapi generasi sebelum kita. Langkah terbaik yang bisa kita lakukan adalah mencermati apa yang sudah terjadi dan mencoba menyelesaikan apa yang sedang terjadi. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran wahai orang yang punya wawasan (Hal. 


Tulisan ini dimuat di Harian Medan Bisnis, 31 Januari 2016

Kidung Cinta dan Denyut Spritualisme Rumi

Judul : Ratapan Kerinduan Rumi
Penulis : Osman Nuri Topbas
Penerbit : Mizania
Cetakan : 1. 2015
Tebal : 224 Halaman
ISBN : 978-979-433-868-1
Peresensi : Ahmad wiyono

Cinta yang tunbuh dan dimiliki manusia terkadang mampu menjadikan manusia menjelma menjadi apa saja, bahkan di luar dugaan dan rasio manusia itu sendiri. Tak jarang seseorang yang sedang jatuh cinta tiba- tiba menjadi pujangga lantaran selalu mengungkapkan cintanya dengan bahasa puitis. 

Itu hanya gambaran cinta yang dimiliki manusia dengan seama manusia, kedahsyatannya sudah sangat luar biasa, bagaimana jika cinta seorang hamba kepada Tuhannya?, sangat dimungkinkan manusia yang telah mencapai maqom cinta kepada sang Rabb akan merasakan kekuatan cinta tersebut lebih dari sekedar cinta antar sesama. Dia akan menjelma menjadi manusia yang tak berdaya jika harus berjauhan dari “sentuhan kasihn-Nya”.

Dan seperti itulah gambaran spritualisme seorang Jalalluddin Rumi, maunisa yang dikenal sebagai tokoh sufi yang betul-betul mersakan cinta seorang hamba kepada Tuhannya. Kecintaan itulah yang setiap saat selalu menjadikan desah rindu seorang maulana Rumi kepada Tuhan segenap alam yaitu Allah azza wajallah. Dalam buku ini diungkap bagaimana ratapan kerinduan Rumi kepada Tuhannya yang terus menggelora dari waktu ke waktu.

Sebagai buku kritik atas karya Jalaluddin Rumi yang berjudul Matsnawi, buku ini bertutur seputar kegelisahan Maulana Rumi dalam upaya menggapai cinta ilahi, Rumi adalah satu dari sekian banyak tokoh sufi yang sangat fasih melukiskan hakekat cinta seorang hamba kepada Tuhannya, dia selalu menggambarkan kecintaannya terhadap sang Kholik dengan nyanyian sufisme yang luar biasa.

Dalam pandangan Rumi, kedekatan hamba dengan sang Kholik bisa diraih apabila seorang hamba telah mneyadari akan esensi hidup dari manusia itu sendiri, sehingga secara sadar manusia tidak tertipu oleh gemerlapnya dunuiawi. Sementara kita tahu, tujuan hidup yang sebenarnya adalah menggapai kebahagiaan di alam baka. Itulah hakekat spiritualitas yang diajarkan Rumi dalam proses perjalananan sufistiknya selama hidup di dunia ini. Rumi  menegaskan agar setiap manusia tak tertipu dengan kecantikan di dalam cermin, karena kecantikan akan pudar seiring perjalanan waktu.

Orang tidak dapat melakukan perjalanan spiritual dari dunia bayangan menuju alam realitas abadi kecuali jika pikirannya, yang tertekan oleh misteri kelahiran dan kematian, dengan jelas menyadari secara spiritual tentang makna kehidupan ini dan seiring dengan kesadaran tersebut dia menjalani seluruh kehidupannya sesuai dengan aturan (Hal. 118).

Melukiskan cinta dan kerinduan seorang Hamba pada Tuhan memang membutuhkan bahasa yang tak biasa, maka bahasa Jiwa merupakan cara tepat untuk menggambarkan kecintaan serta kerinduan tersebut. Dan Rumi merupakan manusia yang selalu melukiskannya dari ruang ke ruang, dari waktu ke waktu. Energi sufisme yang terpancar dalam gerak spritituaiitas Rumi menjai kekuatan cinta kepada sang Maha Cinta.

Disaat manusia sudah bisa merasakan cinta atas maha Cinta tersebut, disaat itulah, manusia sudah menjadi manusia. Rumi mempertegas hal itu untuk menggambarkan tentang eksistensi manusia di hadapan Tuhan. Bagi Rumi, setiap manusia harus secara sadar mengetahui posisi dirinya, terutama ketika dia sebagai Abdullah di muka bumi ini. Sehingga Abdun tetaplah Abdun yang tak punya daya dan kuasa kecuali atas kemauan-Nya. Inilah kesederhanaan cinta yang dahsyat. Sekali lagi sederhana tapi Dahsyat.

Guru agung Rumi berkata: “pergilah ke area pemakaman. Duduk disana sejenak dalam keheningan. Dengarkan suara suara mereka yang terdiam”. (Hal. 157).

Jiwa jiwa mulia yang kaya akan warisan spiritual dibekali dengan kekayaan pengetahuan Ilahiah yang terpancar melalui nabi Muhammad SAW. Akan tetapi, jiwa jiwa yang rendah dinodai dengan ketidakmurnian (Hal. 157).

Tak hanya menjadi inspirasi, buku ini ternyata juga hadir dalam rangka menyelami lauitan makna dan pengetahuan seputar sufisme, spirituaisme serta kidung cinta seorang maulan Rumi. Dengan buku ini, kita diajak untuk bisa mengeksplorasi dirakan i interpretasi cinta yang sesungguhnya, yaitu cinta akan Allah, Tuhan semesta alam. Dan Maulana Rumi menjadi tokoh penting yang selalu mengajarkan tentang kecintaan tersebut kepada umat manusia.

Substansi kehidupan di mata Maulana Rumi adalah proses pencarian bekal untuk kehidupan yang abadi, maka baginya, dunia hanya merupakan jembatan untuk meniti ke alam yang lebih nyata. Itulah sebabnya, cinta bagi Rumi adalah cinta kepada Tuhan, rindu bagi Rumi adalah rindu pada sang pencipta. Sebuah eksistensialisme sufistik yang terpancar dari seorang tokoh sufi asal timur tengah tersebut. Dan itulah hakekat cinta di atas cinta. 

“Aku berada di dalam penjara dunia ini karena ditugaskan menuntun iwa jiwa yang tersesat. Jika tidak, apa makna keberadaanku dan apa tujuan penahananku? Mengapa aku harus terpenjara? Aku tidak pernah mencuri milik orang” (Hal. 196).


Tulisan ini dimuat di Harian Radar Sampit, 24 Januari 2016

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons