Rabu, 11 Desember 2019

Membangun Berbasis Swadaya: Ikhtiar Mengembalikan Semangat Gotong Royong dan Kemandrian Warga

Ruas Jalan Beltok yang diperbaiki berbasis swadaya 
Membangun Berbasis Swadaya: Ikhtiar Mengembalikan Semangat Gotong  Royong dan Kemandrian Warga

Oleh: Ahmad Wiyono*

Menjaga dan merawat lingkungan sekitar sejatinya adalah tanggung jawab bersama, setiap individu berkewajiban merawat lingkungannya masing-masing, hanya saja kadang kita dihadapkan para problem apatisme yang berlebihan sehingga kebersihan dan pelestarian lingkungan cenderung diabaikan. 

Kalau ditelisik lebih dalam akar problem lahirnya apatisme adalah pudarnya kesadaran personal yang itupun kadang diakibatkan oleh dorongan eksternal, sehingga mindset yang terbangun di masyarakat adalah bahwa pesoalan perawatan lingkungan adalah kegiatan “project” yang menurut pandangan mereka di luar tanggung jawab individu. Persoalan ini kian menggurita saat pemerintah menggelontorkan sejumlah program pembangunan fisik yang menjangkau hingga ke pelosok desa. Maka disinilah awal runtuhnya semngat gotong royong dan kemandirian warga.

Problem soulving dari realitas tersebut adalah dengan mengembalikan cara pandang masyarakat, dari yang berifkir pragmatis (berbasis project) ke arah sebalikya, yaitu mengarahkan pola pikir masyarakat tentang pentingnya kebersamaan dan gotong royong. Kalau kita mau flashback lebih jauh ke masa lalu, banyak sekali cerita kakek nenek kita yang menggambarkan tentang semangat kebersamaan yang guyub, mereka membangun jembatan, jalan poros, selokan, dan lain sebagainya, semuanya berbasis swadaya, nyais tak ada bantuan dari Negara. Lalu bagaimana jika keguyuban masa lalu itu kita kembalikan di masa kini, apakah mungkin?

Jawabannya sangat mungkin, karena yang menentukan bukanlah ruang dan waktu, melainkan kesadaran dan kemauan dari manusianya. Maka bisa kita pastikan bahwa manusia modern juga bisa mewarisi semangat gotong royong manusia masa lalu, meskipun tantangnnya jauh lebih berat karena kita dihadapkan pada modernitas yang sesekali mengancam konsistensi. Namun demikian semua itu bisa dimulai dengan mengetuk kesadaran personal bahwa manusia sebagai mahluk sosial wajib bertanggung jawab menjaga lingkungan mereka masing-masing, jika kesadaran sudah muncul maka semangat bekerja sama akan lahir dengan sendirinya, pelan tapi pasti.

Upaya inilah yang saat ini mulai diikhtiarkan oleh sekelompok Masyarakat di Dusun Beltok Desa Larangan Badung Palengaan Pamekasan Madura, mereka membangun kometmen untuk bersama – sama menjaga lingkungan berbasis swadaya melalui Kelompok Masyarakat Peduli Lingkungan (KMPP). Organisasi ini dibentuk berdasarkan kesadaran dan keinginan bersama sekelompok orang yang kemudian terus dikampanyekan kepada warga lainnya. Tujuannya adalah untuk mengembalikan semangat gotong royong warga berbasis kemandirian.

Suasana rapat KMPP Dusun Beltok
Menata dari Bawah
KMPP sudah resmi dibentuk di Dusun Betok Desa Larangan Badung, saat ini oragnaisai tersebut dikomandani oleh Moh, Holili seorang pemuda yang sangat concern dalam kegiatan pemberdayaan dan advokasi sosial. Semangat itu terus ditelorkan kepada pengurs lainnya untuk bersama-sama mengajak warga agar senantiasa peduli terhadap lingkungan sekitar. Rumusan dasar yang dibangun dalam organisai itu adalah membangun dari bawah, sebuah upaya memaksimalkan peran warga untuk senantiasa menjaga dan memperbaiki seluruh fasilitas umum yan ada di sekitar rumahnya masing-masing, sepeprti saluran air, jalan raya, kabel listrik, dan lain sebagainya.

Sejumlah program sudah mulai dirumuskan oleh KMPP, seperti perbaikan jalan, normalisasi saluran, optimalisasi jembatan, penghijauan, dan beberapa agenda lainnya. Agenda kerja itu dihasilkan dari musyawarah warga yang kelak akan dikerjakan pula oleh warga, dengan segala konsekuensi yang sudah dipertimbangkan bersama, seperti konsekuensi finansial, waktu dan tenaga. Mereka sudah menyatakan siap untuk bersama-sama “bantingan” dalam setiap kegiatan kemasyarakatan tersebut.

Salah satu bukti kongkriet yang sudah dilakukan oleh warga melalui komando KMPP adalah perbaikan jembatan dan jalan di gang menuju Pondok Pesantren Langgar Annyar yang diasuh oleh KH. Abd. Ghafur. Kondisi kerusakan jalan tersebut memang relatif parah, jika dilintasi oleh mobil jenis sedan sudah pasti “natap”, kondisi itu sudah bertahun-tahun tak ada penanganan, belum lagi kondisi jembatannya yang mulai longsor sehingga bisa mnegancam keselamatan. Maka, warga pun akhirnya mengambil inisitaif untuk memperbaikinya, dengan bahan dan alat seadanya mereka bercibaku meperbaiki jalan dan jembatan sehingga saat ini jalan dan jembatan itu sudah kembali normal.

Tidak selesai sampai disitu, warga pun berinisiatif untuk mempercantik jalan itu dengan mengecat “plengsengan” yang ada di sebelah kanan kiri jalan. Seperti yang bisa kita lihat ada photo, ada keunikan dan suasana yang berbeda saat kita melihat jalan pelosok kampung yang bernuansa kota, cat warna biru dan putih menghiasi sepanjang jalan tersebut. Inilah bukti awal keguyuban warga dalam ikut menjaga kebersihan lingkungan, mereka bekerja atas nama kebersamaan.



Semangat Kemandirian
Beberapa waktu lalu saya berkesempatan mengunjungi salah satu desa di Malang yang hari ini sudah menjadi desa wisata, konon desa itu sudah memiliki PAD hingga 4 Miliyar pertahun, tentu jauh lebih besar dari anggaran rata-rata Dana Desa (DD) per desa per tahun. Pesan yang bisa saya tangkap adalah kemandirian, bahwa mereka meberanikan diri membuat desain desa wisata dengan segala resiko besar yang mengancam. Namu keberanian itu berbuah manis, saat ini desa itu sudah menjadi desa percontohan di Indonesia, desa mandiri yang juga menjadikan masyarakatnya mandiri. Bahkan informasinya mulai tahun depan desa tersebut sudah tak mau lagi menerima Dana Desa dari pemerintah.

Cerita di atas penting dijadikan insprasi untuk desa – desa lain di Indonesia, termsuk di Larangan Badung, meski tidak semudah membalikkan telapak tangan, setidaknya ada beberapa sisi yang perlu kita tangkap untuk menginspiring lahirnya gagasan inovatif dalam mebangun kenandirian desa dn warga. Seperti apa yang dilakukan oleh warga dusun Beltok rupanya menjadi bagian kecil dari upaya-upaya membentuk kemandiran warga, setidaknya dalam skop kecil yaitu menjaga lingkungan sekitar. Jika warga sudah berkometmen untuk terus menjaga lingkungan secara mandiri, maka bukan tak mugkin kelak mereka bisa membangun sesuatu yang lebih besar secara mandiri pula.

Setidaknya semangat gotong royong ini sudah menjadi proses lahirnya kemandirian warga, apa yang dilakukan oleh KMPP bersama warga semata-mata untuk menggali kembali akar nasionalisme warga sebagai mahluk sosial, sehingba ke depan banyak yang bisa dilakukan secara bersama-sama. Lalau dari mana sumber pendanaannya? Pertanyaan ini tentu sangat menggelitik, karena pekerjaan fisik harus berjalan lurus dengan keuatan finansial. Sejauh ini sumber pendanaan KMPP masih berbasis swadana masyarakat, sumbangan antar warga, termasuk juga donasi dari beberpa tokoh sekitar.

Strategi pengumpulan dana yag dilakukan oleh pengurus KMPP adalah dengan menggalang sumbangan sukarela kepada seluruh warga, kegiatan ini dilaksanakan setiap malam jum’at dengan menggunakan kotak sodaqoh yang digerakkan pada kegiatan kolom malam Jum’at, termasuk juga untuk kolom Muslimat setiap malam Senin, sehinga warga bisa memberikan infaq seikhlas mereka,  tanpa beban sedikitpun. Strategi lain adalah dengan menggandeng sejumlah tokoh masyarakat dan donator yang sifatnya tidak mengikat, mereka biasanya memberikan bantuan material saat ada pekerjaan yang harus dilakukan. 

Menuju Beltok Berseri
Tak bisa dipungkiri bahwa sukses itu harus bermula dari mimpi, maka segala seuatu harus kita buatkan mimpi, mimpi bersama yang kelak akan diwujudkan dan dinikmati bersama. Menjadikan Dusun Beltok Berseri (Bersih, Sehat dan Asri) adalah mimpi kita saat ini, dan kita akan berusaha untuk mewujudkannya. Keasadaran dan kemauan warga melalui kerja gotong royong adalah kunci untuk mewujudkan semua mimpi itu.

KMPP akan hadir untuk selalu mengajak warga bersma-sama membangun mimpi dan menerjemahkannya melalui kerja-kerja kongkriet, kegiatan santai berupa kerja bakti membersihkan lingkungan akan dikerjakan secaara rutin setiap hari Jumat, sementara kegiatan insidentil seperti perbaikan fasiliats yang rusak menjadi agenda tersendiri yang akan dilakukan sesuai jafwal yang sudah ditentukan nleh engurus. Kita patut berharap besar dan berdoa semoga kelak Dusun Beltok akan semakin maju dengan semangat gotong royong yang menggebu. Sukses untuk kita semua. (*)


Penulis adalah Penggerak Literasi Madura, warga Dusun Beltok Larangan Badung Palengaan Pamekasan.

Selasa, 01 Oktober 2019

Memperkuat Solidaritas Ekonomi Kerakyatan

Judul Buku : The Ma’ruf Amin Way
Penulis : Sahala Panggabean, Anwar Abbas, dkk
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : 1. 2019
Tebal : 312 Halaman
ISBN : 978-602-06-2355-9
Peresensi         : Ahmad Wiyono

Sistem ekonomi kapitalistik diyakini kurang memihak terhadap masyarakat khususnya kelas menengah ke bawah, bahkan meredupkan gerakan ekonomi keumatan,  karena dalam sistem ini muncul persaingan hebat untuk mengejar keuntungan, sehingga siapa yang kuat maka dia akan jadi pemenang, sebaliknya yang lemah akan semakin terpuruk dan tak mampu mengambil bagian.

Sebagai upaya ntuk menengahi gerakan ekonomi kapital tersebut, KH. Ma’ruf Amin menuangkan gagasan luar biasa terkait pentingnya ekonomi berbasis kerakyatan, gagasan itu berhasil direkam oleh Sahala Panggabean dan Anwar Abbas dalam buku The Ma’ruf Amin Way ini. Di dalamnya diulas secara mendalam konsep ekonomi kerakyatan sebagai arah baru ekonmi yang memihak pada kepentingan umat.

Secara prinsip, ekonomi keumatan merupakan konsep ekonomi yang berlandaskan spirit kerakyatan. Menurut Mubyarto, arti dari ekonomi kerakyatan adalah kegiatan ekonomi yang berlandaskan pada keberpihakan pada rakyat sebagaimana diatur dalam UUD 1945 bahwa segala usaha dikelola bersama dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dengan kata lain, prinsip ekonomi keumatan sejalan dengan ekonomi kerakyatan, yakni berpihak pada umat. (Hal. 171)

Basis gerakan ekonomi kerakyatan ini adalah pengembangan ekonomi dari bawah, melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses pemberdayaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki mereka. Ini yang juga menjadi kunci kesuksesan China membangun ekonominya sejak era Mao Zedong hingga saat ini. Pengembangan ekonomi dari bawah itu adalah membangun secktor ekonomi rakyat, pertanian, dan usaha mikro lainnya.

Inilah spirit ekonomi keuamatan bahwa pembangunan bermulai dari bawah (bottom-up economics development). Berbeda dengan ekonomi kapitalistik yang mengejar keuntungan dengan cara bersaing, ekonomi kerakyatan berprinsip pada kerja sama dan makmmur bersama. Apabila pengusaha besar mencapai efisiensi  dengan cara mematikan pesaing, di ekonomi kerakyatan efisiensi dicapai dengan kerja sama yang kompak. (Hal. 169).

Setidaknya ada empat landasan penguatan ekonomi kerakyatan atau keumatan yang diulas dalam buku terbitan Gramedia Pustaka Ini, yaitu ekonomi kerakyatan dilandasai oleh spirit kemitraan setara dan menguntungkan,  selanjutnya,  ekononomi kerakyatan dilandasai oleh sila ke-3 yakni “persatuan Indonesia. Kemudian sila ke-4 “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan” menjadi landasan ketiga. Sedangkan landasan keempat adalah prinsip pembangunan dengan pendekatan dari bawah. Empat prinsip inilah yang menjadi fondasi utama penguatan dan implementasi ekonomi berbasis kerakyatan.

Sementara itu, tujuan mulia dari penyelengaraan ekonomi kerakyatan atau keumatan ini adalah untuk meningkatkan pemberdayaan umat dibidang ekkonomi agar nantinya bisa melahirkan kemandirian ekonomi, kemandirian ekonomi inilah yang kelak menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan ekonomi kerakyatan, di mana umat menjadi subyek pepengembangan ekonomi sehingga mereka bisa maju bersama danm akmur bersama.

Dalam kemandirian ekonomi, pemberdayaan adalah uoaya mengangkat martabat ekonomi rakyat untuk mampu bersaing di pasar. Secara sederhana, kami selalu mengatakan pentingnya “membesarkan yang kecil dan tidak mengecilkan yang besar”. Membesarkan yang kecil adalah pemberdayaan. Tidak mengecilkan yang besar ialah sikap memperbolehkan usaha besar untuk berkembang baik dengan pengawasan Negara supaya tidak mematikan yang kecil. (Hal. 210).

Sebagai pusat gerakan ekonomi keumatan ini, KH. Ma’ruf Amin mencoba memulai hal tersebuut dari kelompok ekonomi Pondok Pesantren, hasilnya ternyata cukup membanggakan, pesantren rupanya mampu menjadi pusat pergerakan ekonomi umat yang dalam perjalanannya juga meluas hingga ke masyarakat umum. Penataan ekonomi umat dari pesantren inilah yang konon menjadi potret keberhasilan konsep ekonomi keumatan ala KH. Ma’ruf Amin, terbukti sudah lahir pasar pasar semi modern yang berbasis keumatan.

Apakah mungkin Ponpes dapat menjadi pusat unggulan ekonomi umat? Kami yakin bahwa hal ini dapat diterapkan dan mendorong Ponpes untuk menjadi pusat unggulan ekonomi umat. Setidaknya, kami mengidentifikasi ada empat modal yang yang telah dimiliki Ponpes yakni kuatnya internalisasi nilai-nilai keislaman  (Islamic volues), kapabilitas manusia terdidik (human capital), modal sosial (social capita), dan keuangan (financial capital). Selamat membaca.   

Tulisan ini pernah dimuat di harian Solo Pos, 15 September 2019



Latihan Fisik Ciptakan Mental Juara

Judul Buku : Pelatihan Kondisi Fisik
Penulis : Dikdik Zafar Sidik, dkk
Penerbit : Rosda Karya
Cetakan : 1. 2019
Tebal : 240 Halaman
ISBN : 978-602-446-343-4
Peresensi         : Ahmad Wiyono

Bagi para atlet, berlatih fisik secara rutin merupakan sebuah keharusan, agar stamina tubuh terjaga dengan baik sehingga saat melakukan pertandingan bisa mengimbangi lawan-lawannya, bahkan bisa memenangkan pertandingan tersebut.

Selain untuk menjaga kesehatan, latihan fisik juga penting untuk membangun mental juara, karena dengan kebugaran tubuh yang selalu terjaga, para atlet memiliki kepercayaan diri yang tinggi baik sebelum, saat dan sesudah bertanding. Seperti yang diulas dlam buku berjudul Pelatihan Kondisi Fisik ini.

Setiap manusia yang ingin mendapatkan derajat sehat dinamis yang tinggi harus melakukan latihan kondisi fisik. Apabila setelah mendapatkan derajat sehat dinamis yang diharapkan, maka meningkatkan derajat sehat menjadi sebuah prestasi sesuai dengan kemauan, kemampuan, dan kesempatan yang didapatkan. (hlm. 21).

Seridaknya Terdapat dua bagian bentuk latihan fisik yang diurai dalam buku terbitan Rosda Karya ini, yaitu latihan fisik umum, serta latihan fisik khusus. Keduanya meimiliki cirri dan cara yang berbeda. Latihan fisik umum merupakan latihan dasar yang biasa dilakukan banyak orang. Oleh banyak kalangan latihan fisik umum ini disebut latihan biasa, yang hampir semua orang bisa melakukannya dan bisa berlaku untuk semua cabang olahraga.

Latihan fisik khusus dilakukan atas dasar latihan umum yang luas pada kekhususan cabang olahraga (yang menentukan prestasi), misalnya latihan daya tahan aerab dan daya tahan anaerab untuk atlet pada cabang olahraga beladiri (karate, takwondo, pencak silat, gulat, tinju, judo, wushu, tarung derajat, anggar, kempo, dan cabor tarung lainnya). Cabang olahraga permainan (seperti sepak bola, futsal, basket, badminton, tenis, tenis meja, voli, hoki, bola tangan, dan lainnya). (hlm. 77-78).

Sementara itu, guna mendapatkan hasil yang maksimal dari kegiatan latihan fisik, maka latihan harus diatur dan dischedhule dengan baik, ini berkaitan dengan jenjang dan periodesasi latihan yang sistematis. Dengan demikian, latihan fisik yang terjadwal dengan baik akan berdmapk positif terhadap kesehatan fisik para atlet.

Dalam pereodesasi latihan, pelatih dapat melakukan perencanaan latihan jangka panjang yang secara sistematik dan manipulative, mengntrol serta mengubah ubah volume, intensitas, frekuensi, durasi latihan, dan kompetisi. Dengan demikian, dalam pereodesasi adalah penjabaran materi dan sasaran latihan dengan cara memvariasikan intensitas, volume, recovery, internal, durasi, dan frekuensi dalam waktu tertentu yang disesuaikan dengan tahapannya. (hlm. 182).

Buku ini sangat penting dibaca terutama oleh para atlet dalam rangka menambah pengetahuan seputar cara dan langkah latihan fisik yang tepat sehingga menghasilkan energi yang positif tyang berdampak pada kesehatan fisik itu sendiri. Apalgi buku ini dilengkapi dengan grafis tata cara latihan yang benar yang tentu sangat membantu dalam memberi pemahaman cara latihan yang efektif untuk meraih kesehatan fisik yang maksimal. Selamat membaca. (*)


Tulisan ini dimuat di Harian Jawa Pos Radar Madura edisi 28 September 2019

Minggu, 08 September 2019

Mengenal Lebih Dekat Pesona Arsitektur Nusantara


Judul Buku : Arsitektur Nusantara
Penulis : Nuryanto
Penerbit : Rosda Karya
Cetakan : 1. 2019
Tebal : 472 Halaman
ISBN : 978-602-446-334-2
Peresensi         : Ahmad Wiyono

Indonesia dikenal sebagai Negara yang kaya akan kebudayaan dan tradisi lokalnya, jutaan khazanah kebudayaan nusantara tersebut ternyata menjadi kekuatan tersendiri yang mampu merekatkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk dengan spirit Bersatu dalam keberagaman.

Salah satu kekayaan nusntara yang menjadi karakter kekayaan bangsa ini adalah arsitektur, di mana hampir semua daerah memiliki kekhasan lokal yang menjadi ikon dari daerah itu sendiri, kekayaan arsitektur ini bahkan sudah dikenal hingga dunia global betapa bangsa Indonesia mempunyai keragaman arsitektur yang menonjol sesuai dengan daerah masing-masing.

Buku berjudul arsitektur Nusantara ini berhasil merangkum pesona arsitektur nusantara yang merupakan kekayaan lokal dari berbagai daerah di Indonesia. Buku ini juga menggambarakan falsafah luhur, norma dan nilai yang disimbolkan dalam bentuk arsitektur tradisional dari berbagai daetah tersebut. Dengan demikian semakin jelaslah betapa bangsa Indonesia sangatlah kaya raya.

Dibagian awal pembahasan buku terbitan Rosda Karya ini, penulis mencoba mengurai terlebih dahulu serentetan definisi arsitektur yang disadur dari berbagai pendapat tokoh baik dalam maupun luar negeri, hal itu penulis  maksudkan untuk menyamakan persepsi terkait pengertian dari arsitektur itu sendiri mengingat banyak seklai definisi yang bisa diasdur secara bebas. 

Arsitektur berkaitan dengan perancangan, yakni suatu konstruksi yang sengaja dibuat untuk mengubah lingkungan fisik melalui suatu cara atau sistem penataan tertentu. Arsitektur berkaitan dengan budaya, memiliki sistem lambang, makna, serta skema kognitif. (hlm. 6).

Arsitektur merupakan bagian dari kebudayaan, maka arsitektur tentu tidak bisa lepas dari kebudayaan itu sendiri. Penulis sengaja membuat bab khusus terkait relevansi arsitektur dengan kebudayaan hal tersebut untuk mepertegas relevansi dari keduanya. Ini yang dimaksud diawal bahwa pesona kebudayaan nusantara salah satu produknya adalah arsitektur yang memjadi karakter dari kekayaan tradisional bangsa Indonesia.

Arsitektur dan kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat, karena keduanya saling beririsan. Arsitektur adalah produk kebudayaan, sedangkan kebudayaan membutuhkan wadah berupa ruang (space) dan tempat (place) untuk memfasilitasinya. Ruang dan tempat berkaitan dengan dengan sistem nilai dan tindakan manusia sebagai penghuninya. (hlm. 75).

Setidaknya terdapat enam contoh arsitektur daerah yang diurai dalam buku setebal 472 halaman ini, alasan penulis mengapa hanya enam tentu sangat teknis, yaitu berkaitan dengan keterbatasan halaman buku ini, tentu sangat tidak memungkinkan jika semua harus dicover, pasti membutuhkan ribuan halaman. Tapi paling tidak, menurut penulis enam daerah ini sudah merepresentasikan Indonesia, yaitu Sunda, Jawa, Bali, Toraja, Batak dan Papua. 

Masing-masing daerah tersebut memiliki kekhasan yang kental, menggambarkan norma dan falsafah kehidupan dari daerah itu sendiri. Tak hanya itu, pesona arsitektur dari masing-masing daerah juga menyampaikan pesan terkait dengan banyak hal yang menjadi adat istiadat dari daerah tersebut, seperti di Bali misalnya, sejumlah produk arsitektur menggambarkan suasana Bali sebagai pulau Dewata.

Perkembangan arsitektur bangunan tradisional di Bali tidak terlepas dari peran beberapa tokoh sejarah pada masa Bali Aga dan zaman Majapahit. Tokoh Arsitek lokal Kebo lwa Kuturan yang hidup pada abad ke-11, atau zaman pemerintah Raja Anak Wungsu di Bali banyak mewarnai landasan pembangunan arsitektur tradisional Bali (hlm. 305-308). 

Sebagai buku yang dirancang berbasis riset akademik, buku ini sangat layak untuk dijadikan refernsi utama para akademisi yang konsen dalam bidang arsitektur, kendati demikian buku bergengsi ini juga pantas untuk menjadi bacaan semua orang untuk memperdalam pengetahuan seputar kekayaan budaya Nusantara memlui pesona arsitektur yang menjadi karakter kebudayaan lokal di bumi Indonesia ini. Selamat membaca. (*)


Tulisan ini dimuat di harin Bhirawa, edisi Jum'at, 6 September 2019

Selasa, 23 Juli 2019

Nasionalisme dan Spirit Memanusiakan Manusia

Judul Buku : Cinta Negeri Ala Gus Mus
Penulis : M. Zidni Nafi’
Penerbit : Imania
Cetakan : 1. 2019
Tebal : 245 Halaman
ISBN : 978-602-7926-46-2
Peresensi         : Ahmad Wiyono

Problem terbesar yang dihadapi bangsa kita dewasa ini sebenarnya adakah persoalan moral, sejumlah tindakan tak etis yang dilakukan oleh banyak orang hampir merupakaan bias dari krsisi moral yang melanda. Tindakan kriminal yang dilakukan oleh sejulah anakmuda, hingga perbuatan korupsi yang dilakukan oleh elit, semua itu meruapakn sebab akibat dari rendahnya moralitas mereka sebagai anak bangsa.

Cinta Negeri ala Gus Mus ini merupakan catatan – catatan KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) yang berhail diabadikan oleh M. Zidni Nafi’ menjadi buku bergengsi ini, di dalamnya mengurai sejumlah fakta dan fenomena sosial yang menjadi problematika bangsa akhir-akhir ini. Muara dari semua itu adalah lemahnya moralias, sehingga mereka yang berbuat kurang baik adalah kelompok atau perorangn yang tak ammpu memaknai nilai-nilai kemanusia secarau tuh. Imbasnya adalah mereka tak bisa memanusiakan manusia.

Situasi kebangsaan saat ini benar-benar krisis. Korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan bukan saja melanda kalangan eksekutif dan legislatif, tetapi juga yudikatif. Penyelewengan penegak hukum  merupakan pertanda masyarakat sedang menyongsong masa kehancuran. Berbagai kasus yang mencuat saat ini juga mengindikasikan adanya upaya menghabisi orang-orang baik di negeri ini. (hlm. 114).

Ungkapan ini tentu bukan ungkapan biasa yang tak berdasar, karena fakta dan kondisi di lapangan memang sudah demikian adanya, banyak orang yang tak lagi peduli dengan masa depan bangsa dan negaranya, mereka hanya memikirkan kepentingan pribadi dan kelompoknya, akibatnya nyaris tak ada rasa solidaritas untuk sesamanya, segala cara dilakukan demi bisa mencapai hasrat kekuasaan. Itulah sebbanya Gus Mus mengilustrasikan bahwa di negeri ini sudah ada upaya untuk menghabisi orang-orang baik. Jika itu terjadi, maka tunggulah kehancurannya.

Buku ini hadir untuk “menelanjangi” kondisi bangsa yang kian carut marut, yang hal itu diakibatkan oleh ulah sekelompok orang yang nyaris tak memimliki semangat nasionalisme. Membaca buku ini kita akan dibuat terenyuh karena sudah sangat sedemikian parahnya kondisi kebangsaan kita saat ini. Namun demikian, buku terbitan Imania ini juga tak lupa menyuguhkan optimisme dari seorang Gus Mus, bahwa separah apa pun carut marutnya bangsa saat ini, masih ada secercah harapan untuk memperbaikinya.

Kita ingin mendorong agar warga negeri ini sadar kembali sebagai orang Indonesia. Kalau sadar sebagai orang Indonesia, mereka akaan merawat dan memberi kontribusi. Kalau tidak merasa sebagai orang Indonesia, maka dibiarkan saja masalah-masalah bangsa ini. (hlm. 109).

Gus Mus menekankan pentingnya semangat kebangsaan dari para warga negeri ini, mereka diharapkan sadar bahwa bumi yang dipijak adalah bumi Indonesia yang merupakan milik bersama dan harus dijaga bersama, dengan begitu maka akan lahir jiwa nasionalisme yang kokoh dan sama-sama menghindari tindakan yang kurang baik yang bisa mengancam keutuhan dan kebersamaan sebagai anak bangsa.

Selain mengetuk kesadaran berbangsa dan berbegara, Gus Mus juga mengutaraikan statemen seputar kunci sukses manusia dalam menjalani hidup, hal itu sebagai energi agar manusia bisa mamahami dirinya dan lingkungannya. Tentu tujunnya tak ada lain kecuali untuk membangun ghiroh kebersamaan di level individu sehingga puncaknya tak ada sifat dan sikap saling sikut dan saling sikat. Inilah yang nantinya bisa menjadi modal untuk memperkuat jiwa kebersamaan antar bangsa sehingga tak ada niat untuk melakukan sesuatu yang negatif.

Ada dua kunci sukses bagi manusia untuk mencapai kenikmatan dunia dan akhirat. Yang pertama, adalah istikamah, jangan berlebihan dalam melakukan sesuatu. Lakukan semua aktivitas secara wajar. Termasuk shalat tidak boleh berlebihan. Allah swt. tidak menyukai segala seuatu yang berlebihan. Yang kedua, sebagai umat beragama harus saling meguatkan, apa pun keyakinan dan agama mereka. (hlm. 146). Inilah kunci untuk membangun semangat nasionalisme dan memanusiakan manusia, Selamat membaca. (*)


Tulisan ini dimuat di harian pagi Jawa Pos Radar Madura, edisi Minggu 14 Juli 2019

Membaca Peluang dan Tantangan Bisnis Properti

Judul Buku : Bisnis Properti
Penulis : H. Cecep Sumarna
Penerbit : Rosda Karya
Cetakan : 1. 2019
Tebal : 242 Halaman
ISBN : 978-602-446-328-1
Persesni          : Ahmad Wiyono

Satu dari sekian banyak jenis bisnis yang paling menantang adalah bisnis properti atau perumahan, jenis  bisnis yang satu ini ternyata tak cukup hanya bermodal semangat kerja, kerja dan kerja, namun membutuhkan kelihayan nalar dalam membangun dan mengembangkan bisnis tersebut. Dalam melakoni bisnis ini, pelaku dituntut bisa kreatif dalam proses membangun rumah dan juga handal dalam proses penjualannya.

Buku berjudul Bisnis Properti, Nalar Bisnis dalam Tafsir Kesemestaan ini mencoba “menelanjangi” gelap terangnya dinamika bisnis properti, satu sisi bisnis ini sangat menggiurkan, peluang dibidang finasialnya sangat menggiurkan, namun di sisi lain proses yang harus ditempuh juga relatif berat, penuh jalan terjal dan berliku. Karena menjalani bisnis properti pelaku bisnis tak hanya dituntut untuk bisa menjual produk, namun lebih dari itu pelaku bisnis sudah harus mampu merancang dari nol hingga produk itu siap dipasarkan.

Bisnis properti, harus dimulai dengan kesanggupan mengikhlaskan mata agar menjadi lembab, kulit menjadi kering, bibir menjadi hitam, rambut kadang harus sedikit kumal, tubuh lebih banyak lemas dan pakaian serta sepatu yang kadang kotor dan hampir sulit kembali disemir. Sekujur tubuh telah dibikin lelah, harus sanggup dipenuhi simbahan keringat yang kadang sulit dikeringkan. Tidak sedikit kotoran-kotoran hutan menempel di kulit yang membutuhkan waktu cukup lama untuk dinetralkan. (Hal. 32).

Sebuah ilustrasi betapa sukarnya memulai bisnis properti ini, narasi itu menujukkan bahwa menjalanai bisnis tersebut tak cukup hanya dengan bermodal materi dan gagasan, tapi harus turun langsung menjadi bagian dari pelaksana lapangan. Ini yang disebut dalam buku terbitan Rosda Karya ini bahwa menjadi pelaku bisnis properti membutuhan nalar dan kesiapan mental serta fisik, karena pelaku harus terlibat langsung mulai dari proses merancang, melaksanakan, hingga pada tahap pemasaran.

Bisnis di bidang perumahan, menurut penulis hanya dapat diikuti oleh mereka yang memiliki mental baja layaknya Maksalmina yang berani memimpin Tamlikha, Martinus, Kastumus, Bairumus, Damimus, dan Yatthbunus, dalam lakon penyembunyian diri di sebuah gua yang disebut Ashab al-Kahfi. Hal ini dapat direkam dari jejak pernyataan al-Qur’an dalam surat Al-Kahfi (18): 1-26, di mana ketujuh pemuda plus satu anjing (Qithmir), harus rela lari dan bersembunyi dari kejaran para penggawa raja Dikyamus yang sangat kejam. (Hal. 37).

Setidaknya ada beberapa pesan yang hendak disampaikan penulis terkait dengan bisnis properti tersebut, melalui sejumlah ilustrasi yang penulis urai dalam buku ini, diantaranaya adalah pentingnya mental baja yang harus dimiliki oleh para pelaku bisnis properti agar mereka tak mudah putus asa di tengah jalan. Mengingat tantangan dalam bisnis ini sangat kompleks sehingga keteguhan pendiirian menjadi kunci dari proses keberhasilan bisnis perumahan tersebut.

Selan itu, penulis juga mencoba menjabarkan pentingnya komunikasi, sosialisasi serta promosi kepada publik, agar nantinya produk properti yang sudah berhasil dikerjakan bisa terjual dengan baik. Penguasaan metode komunikasi ini menjadi jalan penting berikutnya agar bisnis properti tidak mandek di tengah jalan, karena setelah pelaku bisnis berhasil melahirkan produk properti maka langkah penting selanjutnya adalah bagaimnaa produk itu terjual sesuai target.

Ada dua hal yang selalu dibutuhkan manusia dalam membangun koloni kemanusiaan. Pertama, diwujudkan dalam bentuk komunikasi, yang berarti berkoloni karena kesamaan bahasa. Kedua, dibutuhkan sarana dan prasarana untuk berkumpul dan bersosialisasi menurut koloninya masing-masing. Di sinilah teori pemasaran perumahan ditemukan. (Hal. 2010). Selamat membaca. (*)


Tulisan ini pernah dimuat di harian Duta Masyarakat edisi 6 Juli 2019

Senin, 08 Juli 2019

Peran Bahasa Asing Dalam Dunia Bisnis

Judul Buku : Pintar Bahasa Arab dalam Bisnis
Penulis : Uus Rustiman
Penerbit : Rosda Karya
Cetakan :. 1. 2019
Tebal : 124 Halaman
ISBN : 978-602-446-335-9
Peresensi : Ahmad Wiyono

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw. pernah bersabda; “barsng siapa yang menguasai bahasa suatu kaum, maka selamtlah dia dari tipu daya mereka”. Hadits ini menegaskan betapa pentingnya menguasai sejumlah bahasa, agar manusia mudah beradaptasi saat berhadapan dengan orang lain yang kebetulan memiliki bahasa yang berbeda.

Dalam kegiatan bisnis, penguasaan bahasa asing juga sangat urgen, karena tak jarang seseorang akan berhadapan dengan lawan bisnisnya yang berasal dari Negara lain yang notabeni menggunakan bahasa berbeda. Maka untuk menjaga keberlangsungan bisnis tersebut, manusia dituntut untuk paham dan menguasai bahasa asing sebagai modal komunikasi satu dengan lainnya.

Setidaknya, para pelaku bisnis bituntut untuk bisa menguasai bahasa internasional, seperti bahasa Inggris dan bahasa Arab. Dua bahasa ini sangat mungkin ditemukan oleh pelaku bisnis terutama saat moment moment tertentu. Nah, Cara praktis penguasaan bahasa Arab tersebut bisa kita baca dalam buku berjudul Pintar Bahasa Arab Dalam Bisnis karangan Uus Rustiman ini. Dalam buku ini penulis sevara praktis mengurai rahasia menguasai bahasa Arab yang fokus digunakan dalam bunia bisnis.

Di awal uarain buku ini, penulis menegaskan bahwa posisi bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat utama, keberlangsungan komunikasi bisa terjalain dengan baik jika antara komunikator dan komonican bisa memahami bahasa satu sama sama lain. Maka keberlangsungan bisnis juga akan ditentunakn oleh sebrapa besar model komunikasi bahasa yang digunakan. Disinilah pentingya memahami bahasa internasional sebagai alat komunikasi utama dalam menjalin hubungan bisnis. Jangan sampai kerja sama yang sudah hampir terjalin menjadi rusak hanya karena kesalahan komunikasi dalam konteks bahasa.

Kegagalan membangun komunikasi seringkali terjadi akibat tidak menguasai media komunikasi khususnya bahasa, dan keberhasilan membangun komunikasi banyak diraih dengan penguasaan yang tinggi dalam menggunakan bahasa sebagai media komunikasi. Penguasaan atas satu bahasa oleh seseorang merupakan pintu utama baginya untuk menguasasi komunikasi dalam lingkungan masyarakat. (Hal. Iv). Disinilah letak pentingnya penguasaan bahasa terutama bahasa Arab sebagai salah satu bahasa internasional.

Belajar bahasa Arab melalui buku terbitan Rosda Karya ini relatif mudah, karena penulis menggunakan metode percakapan yang banyak disadur dari pengalaman empiris di lapangan. Selain itu, penulis juga mengkemas buku ini secara tematik, sehingga pembaca bisa menentukan tema apa yang akan dipelajarai sesuai kebutuhan pembaca. Semisal percakapan di rumah makan, percakapan di bandara, percakaan di terminal, di hotel, toko baju, bank dan lain sebagainya. Dalam setiap kondisi dan tempat tentu ada banyak kosa kata baru yang sesuai dengan tempat tersebut.

Seperti pada bank, kita akan menjumpai sejumlah kosa kata yang berkaitan dengan perbankan, seperti jenis mata uang, istilah rekening, transfer, saldo dan lain sebagainya. Semua itu pasti akan kita temukan dalam kegiatan di bank. Maka dalam konteks ini pembaca akan sangat mudah mengingat sejumlah kosa kata karena akan dihadapi langsung dalam proses komunikasi. Selain itu, dengan belajar tema bank ini pembaca akan dapat mengetahui kosa kata bahasa arab dalam transaksi bisnis di bank, sekaligus dapat memahami percakapan bahasa Arab dalam transaksi bisnis di bank tersebut. (Hlm. 80).

Hadirnya buku ini menjadi wahana pengetahuan baru bagi para pembaca terutama berkaitan dengan pentingnya penguasaan bahasa, agara seluruh kegiatan bisnis yang dilakukan bisa berjalan lancar dengan ditopang oleh media komunikasi yang baik. Selain menyajikan cara berbahasa Arab dengan cepat dan praktis, pada akhir pembahasan di setiap tema buku ini juga dilengkapi dengan kalam-kalam hikmah yang bisa menarik minat pembaca untuk belajar bahsa Arab secara komperhensif. Selamat membaca. (*)



Tulisan ini dimuat di Harian Jawa Pos Radar Madura, edisi 27 Juni 2019.



Kamis, 23 Mei 2019

Mengembangkan Budaya Riset Berbasis Masyarakat

Judul Buku : Paradigma Penelitian Pendidikan
Penulis : Tatag Yuli Eko Siswono
Penerbit : Rosda Karya
Cetakan : 1. 2019
Tebal : 282 Halaman
ISBN : 978-602-446-329-8
Peresensi        : Ahmad Wiyono

Derasnya arus Informasi melalui kecanggihan media sosial (Medsos) yang masuk ke tengah-tengah kehidupan masyarakat kita dewasa ini tak jarang mengakibatkan kebingungan yang luar biasa, terlebih saat informasi tersebut muncul dengan wajahnya yang menyesatkan, seperti kabar bohong atau hoax serta ujaran kebencian. Dua hal tersebut rupanya sudah menghiasi jagad media sosial kita sepanjang waktu.

Untuk menangkal pengaruh jahad hoax tersebut, maka masyaraat harus dibekali dengan pengetahuan pengetahuan yang sifatnya mendasar agar nantinya bisa menfilter mana informasi yang benar dan mana informasi yang tidak benar dan bersifat provokatif. Transformasi pengetahuan ini tentu harus dilakukan oleh kelompok masyarakat terdidik yang sudah memiliki basic pengetahuan ilmiah seperti guru, dosen dan kelompok masyarakat terdidik lainnya.

Salah satu pengetahuan yang berfungsi untuk menyaring informasi adalah pengetahuan Riiset atau penelitian, seperti yan diulas dalam buku ini. Melalui riset seseorang bisa mengolah setiap informasi sedetil mungkin sehingga bisa dipastikan mana yang benar dan mana yang salah. Analisa mendalam yang dilakukan dalam kerja riset setidaknya bisa membedah antara informasi yang kredibel dan tidak kredibel, dengan demikian semua informasi yang masuk akan mudah disaring sebelum kahirnya disharing.

Penelitian adalah sutau cara formal yang sistematis dan objektif untuk mencari kebenaran atau gejala-gejala dan memecahkan atau menjawab suatu permasalahan. Objektivitas penelitian disesuaikan dengan cara pandang peneliti atau lingkup kerja peneliti. Cara formal yang digunakan menggunakan pendekatan ilmiah atau pendekatan lain yang diterima oleh para ilmuwan bidang tertentu. (hlm. 34).

Ilmu riset inilah yang nantinya bisa kita telorkan kepada masyarakat luas dalam upaya menangkal informasi yang tidak bertanggung jawab, yaitu mencari kebenaran dan kemugkinan gejala-gejala yang akan imbul dari informasi tersebut. Karena bukan tidak  mungkin apabila setiap informasi langsung ditelan mentah-mentah maka akan berdampak buruk terhadap orang yang menkonsumsinya termasuk kepada orag lain di sekitar kita. Maka aspek pencarian kebenaran dalam ilmu riset bisa dijadikan pengetahuan oleh seluruh masyarakat dalam setiap menerima informasi.

Buku ini setidaknya membagi jenis penelitian dalam tiga rumpun besar, Pertama, adalah penelitian historis yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang sudah tetjadi. Kedua, peneliitian deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan kejadian atau persitiwa saat ini. Dan Ketiga, penelitian eksperimen yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apapun yang akan terjadi  apabila variable-variabel tertentu dikontrol atau dimanipulasi. Tiga klasifikasi penelitian ini tentu sangat relevan untuk dijadikan bahan pengetahuan dalam membedah setiap informasi yang tumbuh subur di media sosial.

Lalu bagaimana cara untuk memunculkan gagasan besar dalam melakukan penelitian?, buku terbitan Rosda Karya ini juga mengulas dengan seksama pola dan proses untuk melakukan penelitian, salah satunya adaah dengan melahirka ide atau gagasan sebagai proses kfeatif menulis dalam konteks penelitian. Memang tak bisa dipungkiri bahwa kerja penelitian hatus diawali dengan proses kreatif membangun ide karena dari situlah proses riset akan berjalan dengan baik. 

Membangun ide untuk sustau proposal penelitian merupakan proses berpikir kreatif  atau disingkat proses kreatif. Proses berpikir kreatif adalah langkah-langkah atau tahapan berpikir yang meliputi tahap mensintesis ide-ide, membangun suatu ide, kemudian merencanakan penerapan ide dan menerapkan ide tersebut  untuk menghasilkan suatu (produk) yang “baru” dengan lancer (fluency) dan fleksibel. (hlm. 63).

Kegiatan riset ilmiah ini mungkin hanya bisa dilakukan oleh kelompok masyarakat terdidik, seperti mahasiswa, dosen, guru dan lain sebagainya, lalu bagaimana dengan masyarakat umum? Nah inilah yang dimaksud di awal bahwa tugas menelorkan ilmu riset ini kepada masyarakat adalah kelompok terdidik, tentu tidak lansung ditelorkan secara utuh sebagaimana teori riset, melainkan hhal-hal yang bersifat praktis yang tujuan utamanya bisa menjadikan masyarakat melek infroomasi dan tahu cara bagaimana menyaring informasi tersebut. Buku ini bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh seluruh lapisan masyarakat untuk belajar bagaimana mendalami sebuah informasi, kemudian mengkajinya dan memutuskan apakah informasi itu benar atau sebaliknya agar kita semua diselamatkan dari bahaya hoax. Selamat membaca.



*Tulisan ini dimuat di Harian Jawa Pos Radar Madura, 16 Mei 2019

Minggu, 12 Mei 2019

Revolusi Industri dan Tantangan Berpikir kritis

Judul Buku : Pembelajaran dan Penilaian Berbasis HOTS
Penulis : Helmawati
Penerbit    : Rosda Karya
Cetakan         : 1. 2019
Tebal : 306 Halaman
ISBN : 978-602-446-330-4
Peresensi         : Ahmad Wiyono

Era Revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi rupanya menuntut manusia untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi atau berpikir kritis (HOTS/ Higher, Order, Thinking, Skills), hal tersebut sebagai modal utama agar manusia bisa menganilisis setiap persoalan sekaligus mampu mengambil keputusan yang tepat daan cepat. Agar tidak tertinggal oleh putaran waktu yang sangat dahsyat kecepatannya.

Pembelajaran keterampilan berpikir tingkat tinggi atau berpikir kritis tersebut tentunya bisa dimulai dari kegiatan pembelajaran formal di sekolah, meskipun pada dasarnya memerlukukan beragam persipan mulai dari SDM hingga sarana prasarana. Seperti yang dijabarkan dalam buku Pembelajaran dan Penilaian Berbasis HOTS ini. Di dalamnya mengurai sejumlah langkah praktis untuk menerapkan pendidikan keterampilan tingkat tinggi tersebut.

Lalu, apa yang dimaksud berpikir tingkat tinggi atau berpikir kritis tersebut?. Buku ini menjelaskan bahwa berfikir kritis adalah berpikir yang memeriksa, menghubungkan dan mengevaluasi semua aspek, mengorganisasi, mengingat dan menganalisis informasi. (Hal 139). Jadi, berpikir kritis itu sederhananya bersikap dan bertindak detil, mampu membaca keadaan secara komprehensif sehingga dalam merespon dan menjalani keadaan selalu diimbangi dengan analisis dan seribu kemungkinan yang akan terjadi, namun tidak menafikan unsur kecepatan dan ketepatan.

Berpikir kritis adalah analitis dan reflektif. Berfikir kreatif sifatnya orisinal dan reflektif. Hasil dari keterampilan berpikir ini adalah sesuatu yang kompleks. Kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan menentukan efektivitasnya. Berpikir kreatif juga meliputi kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya menemukan hasil akhir yang baru. (Hal. 140).

Analitis dan berpikir kreatif ini merupakan tingkatan awal keteramilan tingkat tinggi, dengan harapan nantinya manusia (peserta didik) bisa mengurai sejumlah permasalahan dengan baik dan menciptakan gagasan solutif dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Sementara tingkatan berikutnya adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang bisa dijadikan media untuk proses penyelesaian. Salah satu contoh yang diurai dalam buku ini adalah persoalan kebersihan di sekolah, berpikir tingkat tinggi tahap awal adalah kemampuan siswa menyelesaikan masalah kebersihan, namun pada tahap yang lebih tinggi siswa mampu mencipataan alat untuk proses penyelesaian kebersihan tersebut.

Apabila pembelajaran diarahkan pada tingkat berpikir yang lebih tinggi (HOTS) lagi, yaitu mencipta, maka akan terbentuk perencanaan untuk menjaga kebersihan diri; bagaimana menciptakan alat-alat yang dapat membantu peserta didik memelihara kebersihan. Proses pembelajaran dengan keterampilan berpikir ini hendaknya diberlakukan pada semua mata pelajaran. Keterampian berpikir inilah yang apabila dilatih sejak dini akan menjadi modal yang sangat berguna dalam hidupnya. (Hal. 159).

Keberhasilan penerapan berpikir tingkat tinggi ini akan berhasil jika ditopang oleh sarana dan prasarana yang memadai, terutama SDM tenaga pendidik yang mempuni. Karena transformasi skill bisa berjalan baik jika yang mentranfer memiliki kemampuan yang bagus. Untuk itu, buku terbitan Rosda Karya ini menekankan agar sebelum penerapan berpikir tinggkat tinggi untuk semua materi pelajaran hendaknya para tenaga pendidiknya betul-betul dimantapkan terlebih dahulu agar prosesnya berjalan baik, dan hasilnya juga baik.

Hadirnya buku ini bisa menjadi rujukan bagi segenap guru dan para orang tua agar bersama-sama berjuang untuk menerapkan keterampilan berpikir tinggi pada anak didik, karena keterampilan inilah yang nantinya akan menjadi mpdal pengetahuan dan tidnakan peserta didik dalam merespon segala sesuatu di era yang serba cepat ini. Selamat membaca. 



*Tulisan dimuat di harian pagi Jawa Pos radar madura, edisi 13 Mei 2019

Jumat, 15 Maret 2019

Ajaran Toleransi Beragama Dalam Islam

Judul Buku : Pendidikan Agama Islam
Penulis : Enang Hidayat
Penerbit : Rosda Karya
Cetakan : 1. 2019
Tebal : 210 Halaman
ISBN : 978-602-446-305-2
Peresensi : Ahmad Wiyono

Secara universal, Agama Islam sejatinya dapat mengantarkan umat manusia menuju kehidupan yang bahagia, baik di dunia lebih-lebih di akhirat. Hal itu bisa dicapai apabila pemeluknya mampu menerjemahkan dan mengaplikasikan fondasi ajaran islam dengan benar dalam kedupan mereka.

Fondasi ajaran islam tersebut antara lain adalah akidah, syariah dan akhlak. Tiga hal ini akan menjadi penentu kualitas keagamaan sesorang sehingga kelak bisa menjadi jaminan diraihnya kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. Kaum beragama tentu perlu mendalami dan merinci ketiga fondasi keislaman tersebut agar bisa meraih kehidupan yang luar biasa.

Buku berjudul Pendidikan Agama islam ini mencoba mengurai integrasi nilai-nilai aqidah, syarah dan akhlak yang sudah seyogyanya menjadi landasan Beragama umat manusia, tujuannya adalah agar umat islam mampu memahami subtsansi dirinya sebagai hamba yang berkewajiban untuk menjalankan risalah ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari.

Ajaran lain yang diurai dalam buku ini dan jelas-jelas merupakan amanah bagi kaum beragama adalah pentingnya menjaga toleransi antar umat beragama, dalam konteks ini kualitas keimanan sesorang sangat ditentukan dengan seberapa besar dia mampu menghargai keimanan dan keyakinan orang lain. Karena semakin besar keimanan seseorang, justreu dia semakin sadar akan keragaman dan mampu menghargainya.

Sebagaimana kita pahami bersama bahwa islam sudah jelas jelas diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh alam, ini meunjukkan bahwa islam sejatinya harus selalu hadir dengan wajah damai terhadap semua umat, termasuk kepada masyarakat non muslim. Kesejatian islam itu bisa kita temukan saat kaum Beragama sudah mampu menerjemahjan makna toleransi sebagai perwujudan dari spirit islam sebagai rahmat nagi alam.

Oleh karena itu, ajaran islam yang bersifat demikian menebarkan kasih sayang bagi pemeluk lain selain non islam. Makanya, dalam islam tidak dikehendaki adanya kekerasan dalam menyampaikan dakwah apalagi sampai menyinggung perasaan pemeluk non muslim. Ajarannya yang ramah tamah, bukan penuh kemarahan. Ajaran yang penuh dengan kedamaian, bukan menebar permusuhan. Tidak boleh ada paksaan dalam beragama. (Hal. 112).

Inilah substabsi islam sebagai agama rahmat, ajaran ini sudah tertuang dalam kitab suci Al-Qur’an, maka sudah seharusnya para pemeluk agama islam mmapu menerjemahkan spirit ini dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam melakukan interaksi bersama pemeluk agama lain agar kerukunan, kedamain dan ketentraman senantiasa terjaga dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.

Orang islam tidak diperbolehkan mengolok-olok  apa yang disembah orang non Islam, karena khawatir mereka juga akan mengolok-olok apa yang disembah oleh orang islam, yaitu Allah. Begitupun sebaliknya dengan orang non islam. Prinsip ini dikenal dalam kajian ilmu Ushul Fiqih dengan konsep saddud dariah; menutup jalan agar tidak terjadi yang tidak diinginkan. (Hal. 118).

Buku ini hadir untuk memberikan penegasan seputar pentingnya menjaga tolerasni antar umat beragama, dengan menjaga prinsip keragaman sebagai sesuatu yang sunnatullah, maka menjadi kaum beragama yang sejati adalah ketika mereka mampu menjalankan spirit agama itu sendiri yaitu merawat perdamaian dengan semua orang termasuk dengan mereka yag berbeda agama. Selamat membaca. (*)


Tulisan ini dimuat di harian Jawa Pos Radar Madura, edisi Kamis 14 Maret 2019


Revitalisasi Peran Kepala Sekolah di Era Milenial

Judul Buku : kepala Sekolah Sebagai Manajer
Penulis : Herdarman dan Rohanim
Penerbit    : Rosda Karya
Cetakan        : 2018
Tebal : 149 Halaman
ISBN : 978-602-446-266-6
Peresensi        : Ahmad Wiyono

Salah satu faktor penting yang memengaruhi keberhasilan pembelajaran di sekolah adalah keberadaan kepala sekolah, posisinya menjadi penentu pergerakan sistem pemlejaran,  dengan demikian tugas dan fungsi kepala sekolah tentu tidak semudah yang kita bayangkan, karena ditangannya lah keberhasilan pendidikan ditaruhkan.

Di zaman modern seperti saat ini, tugas kepala sekolah tentu semakin kompleks, mengingat dinamika pendidikan dan pembelajaran juga tak jarang harus menyeseuaikan dengan perkembangan zaman, maka tentu harus ada revitalisasi peran dan fungsi kepala sekoah yang tujuannya adalah untuk memperkuat perannya dalam mengatur pergerakan pembelajaran di sekolah.

Salah satunya kepala sekolah harus mampu mejadi manajer dalam lingkungan sekolah, seperti yang diulas dalam buku berjudul Kepala sekolah sebagai Manajer ini. Posisi manajer bagi kepala sekolah merupakan kebijakan progresif dalam rangka memberikan kewenangan kepada kepala sekolah sebagai penentu sekaligus penanggung jawab terhadap kinerja proses pembelajaran.

Buku ini mengurai setidaknya lima kompetensi dasar yang harus dimiliki kepala sekolah dalam menerjemahkan perannya sebagai manajer, antara lain pertama: kompeten dalam menyusun perencanaan pengembangan sekolah secara sistemik, kedua: kompeten dalam mengoordinasikan semua komponen sistem, ketiga: kompeten dalam mengarahkan seluruh personel, keempat: kompeten dalam pembinaan kemampuan profesional guru, dan kelima: kompeten dalam melakukan monitoring dan evauasi. (Hal. 50).

Seluruh kompetensi dasar tersebut nantinya akan menjadi cirri khas kepala sekolah zaman now yang memiliki peran penting sebagaai manajer, dengan demikian peran manajer kepala sekolah harus diwujdukan dalam kepemilikan karakter yang kuat serta keunggulan literasi yang nantinya dipadukan sebagai insrumen untuk mewujudkan kualitas pendidikan yang tidak hanya merespon tantangan dan dinamika lokal, tapi juga yang berskala global atau internasional.

Inovasi kerja Kepala Sekolah yang diwujudkan dalam revitalisasi perannya sebagai manajer tentu akan mampu membangun suasana dan kultur sekolah yang nyaman, pembagian peran yang sistematis, serta pola hubungan kerja yang sistemik. Dengan demikian, kepala Sekolah akan mampu menata seluruh SDM yang ada sehingga berimplikasi pada terciptanya suasana pembelajaran yang bermutu untuk selaanjutnya lahir output pendidikan yag baik dan berkualitas.

Kepala sekolah merupakan sumber daya manusia yang seharusnya berperan sebagai manajer. Sebagai manajer maka kepala sekolah memiliki tugas dan fungsi mengoordinasikan dan menyerasikan sumber daya manusia jenis pelaksana melalui sejumlah imput manajemen. Dengan tugas dan fungsi tersebut, proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik untuk dapat menghasilkan output yang diharapkan. (Hal. 49).

Peran kepala sekolah sebagai manajer menuntut agar kepala sekolah bisa menciptakan iklim akademik yang produktif, di mana para pelaku pendidikan baik guru maupun siswa didesain bisa melahirkaan ide-ide kreatif sepanjang masa, sehingga proses pembelajaran tidak hanya terpaku pada tuntutan teks yang ada pada buku pelajaran, melainkan ada inovasi yang muncul dari para pengajar termasuk siswa, dan itu bisa didapat jika iklim akademik produktif itu sudah dibangun oleh kepala sekolah.

Sebagai manajer maka kepala sekolah perlu memelihara suatu lingkaran pertumbuhan dan kreativitas yaitu dengan memicu tumbuhnya budaya  yang penuh kreativitas, membuka peluang pengembangan karier, dan membuka perkembangan profesional yang berkelanjutan, khusunsya bgai setiap unsur yang ada dalam internal sekolah. (Hal. 127-128).

Buku ini bisa dijadikan rujukan utama para kepala sekolah untuk menginovasi perannya sebagai mamajer, setidaknya harus dipahami bahwa peran manajer seorang kepala sekolah bisa membantu proses keberhasilan pembelajaran di sekolah yang dipimpin. Harus diakui bahwa kepala sekolah menjadi ujung tombak keberhasilan pendidikan, maka inovasi peran menjadi sebuah keharusan. Selamaat membaca.

Tulisan ini dimuat di Harian Malang Post, 27 Januari 2019

Rabu, 16 Januari 2019

Peran Linguistik Arab Terhadap Pengembangan Studi Islam

Judul Buku : Pengantar Linguistik Arab
Pemulis    : Ade Nandang
Penerbit    : Rosda Karya
Cetakan         : 1. 2018
Tebal : 136 Halaman
ISBN : 978-602-446-246-8
Peresensi : Ahmad Wiyono

Islamic studies atau studi (pemikiran dan pendidikan) islam sudah dipastikan tidak akan lepas dari peran bahasa arab, karena di dalamnya selalu menggunakan kosa kata arab sebagai salah satu sumber kekayaan bahasa, apalagi studi islam dalam berbagai kajiaannya akan mengggunakan sumber-sumber referensi yang berbahasa arab seperti al-Qur’an, hadist serta qaul para ulama terkemuka.

Untuk itu perlu adanya pemahaman yang komperhensif terhadap bahasa arab dalam setiap pelaksanaan studi islam, baik oleh kalangan dosen termasuk para mahasiswa agar tidak terjadi pemahaman yang parsial dalam setiap penyelengagraan kajian keislaman. Salah satu unsur penting yang wajib dikuasai adalah linguistik sebagai pedoman dasar penggunaan bahasa arab yang baik benar.

Buku berjudul Pengantar Linguistik Arab ini mencoba menghadirkan metode penguasaan linguistik bagi para dosen dan mahasiswa, tujuannya tentu dalam rangka memberikan konsep dasar tentang tata cara menggunakan bahasa arab yang benar sesuai dengan kaidah dan rumus yang baku. Secara umum linguistik biasanya diajarkan dalam pembelajaran bahasa dan sastra, namun demikian kajian studi islam juga tidak akan lepas dari peranan linguistik tersebut.

Linguistik sebagai salah satu bidang ilmu tentunya akan memberi manfaat bagi siapa saja yang mempelajarinya dengan baik. Pada umumnya, -dikalangan mahasiswa-, yang mempelajari linguistik adalah mahasiswa jurusan bahasa dan sastra. Kedua jurusan ini dalam mempelajari linguistik mempunyai orientasi yang berbeda. (12). Seiring perjalanan waktu, sejumlah disiplin ilmu yang di dalamnya ada pmbelajaran bahasa juga menggunakan linguistik sebagai salah satu bidang pembelajaran.

Guna memberikan informasi yang lengkap terkait linguistik, buku ini mengurai sejumlah cabang linguistik sebagai gambaran awal tentang macam-macam linguistik itu sendiri, mulai dari linguistik descriptive, linguistik historis, linguistik comparative, linguistik contrastive, linguistik teoritis, dan linguistik terapan.

Linguistik terapan adalah ilmu yang berusaha menerapkan hasil penelitian di bidang linguistik untuk keperluan praktis. Linguistik terapan juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah-masalah praktis yang banyak sangkut pautnya dengan bahasa. Jadi linguistik dipakai sebagai alat untuk kepentingan lain. Misalnya, dalam pengajaran bahasa, linguistik dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan bahasa agar perolehan anak lebih meningkat. (Hal. 23-24).

Peran linguistik arab dalam kegiatan studi islam tentu juga sangat vital karena studi islam akan selalu bertemu dengan kosa kata arab yang sesekali memerlukan pendekatan linguistik sebagai dasar penggunaan bahasa yang baik dan benar. Hadirnya buku terbitan Rosda Karya ini setidaknya bisa menjadi referensi utama bagi kelompok akademisi dalam memgembangkan studi keislaman yang notabeni akan selalu beremu dengan kosa kata arab. Selamat membaca. (*)


Tulisan ini dimuat di Harian Radar Mojokerto, 16 Desember 2018

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons