Kamis, 21 Januari 2016

Rahasia Sukses Mewujudkan Keluarga Samawa

Judul : Marriage With Heart
Penulis : Elia Daryati dan Anna Farida
Penerbit : Kaifa
Cetakan : 1. 2015
Tebal : 202 Halaman
ISBN : 978-602-0851-12-9
Peresensi : Ahmad Wiyono

Setiap orang tentu memiliki mimpi dan harapan untuk bisa bahagia, serentetan aktifitas dalam kehidupan yang dilakukan manusia sebagai manifistasi dari ikhtiyar pada akhirnya bermuara pada satu tujuan yaitu mreaih kehidupan yang bahagia. Kebahagian dimaksud adalah tercapainya segala cita-cita dan orientasi dalam kehidupan ini. Semisal, harta. Ilmu dan sebagainya.

Demikian juga dalam konteks pernikahan, semua orang yang telah melangsungkan ikatan rsmi pernikahan tentu meiliki harapan besar untuk bisa meraih kebahagiaan dalam keluarga mereka, baik isteri aau pun suami akan selalu berusaha melakukan berbagai macam cara demi terwujudnya ikatan keluarga yang bahagia tersebut. Dalam islam kebahgaian tersebut terajud dalam satu huungan keluarga Sakinah Mawaddah wa rohmah (Samawa).

Meski bukan sesuatu yang mudah, namun meraih kebahagian dalam keluarga bukanlah sesuatu yang tidak mungkin. Selama manusia mau untuk selalu berusaha, niscaya kebahagiaan  dalam rumah tangga tersebut akan bisa terwujud. Tentu dengan segala bentuk rintangan dan jalan terjal yang harus dihadapi. Jalan terjal untuk meraih kehidupan rumah tangga yang sakinah tersebut banyak diceritakan dalam buku karya Elia Daryanti dan Anna Farida ini.

Diangkat dari sejumlah kisah nyata lika liku kehidupan sebuah keluarga, buku ini hadir dengan samudera kelimuan yang layak untuk kita baca, utamanya bagi mereka yang baru saja melangsungkan ikatan pernikahan suami isteri. Sejumlah rahasia sukses menjadi keluarga yang utuh terungkap dalam buku terbitan Mizania ini. Dengan menggunakan bahasa “tutur” yang snagat renyah, buku ini tak hanya nikmat dibaca, namun juga asyik menemnai kita semua.

Salah satu kunci kebahagiaan dalam senuah rumah tangga, adalah dengan terjadinya sublimasi atau peleburan antara segala kebutuhan isteri dan suami, dalam buku ini diungkap bahwa suami dan isteri sudah semestinya tidak lagi menjadikan dirinya masing-maisng, namun sudah menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi. Maka buku ini membahasakan, bahwa keluarga itu harus menjadi “kami” bukan”aku”.

Diantara sekian banyak faktor yang kadang menjadi boomerang dlaam kehidupan keluarga adalah lahirnya egoisme dari salah satu pasangan atau bahkan keduanya. Maka hal ini bisa diminimalisir apabila masing-maisng dari kefuanya membangun kesadaran muthlak bahwa setiap manusia sudah pasti meliki kekurangan, maka kekurangan suami dilengkapai oleh isteri dan begitu sebaliknya. Kesadaran untuk menjadi “kami” bukan ”aku” inlah yang menurut buku ini cukup menjadi solusi dari persoalan tersebut.

Selain itu, tak seidikt sebuah keluarga yang hingga tahun kesekian mereka belum dikarunia keturunan, fakta ini tentu menjadi kegelisahan tersendiri bagi pasangan keluarga tersebut. Apalagi tak sedikit kadang teman atau pun kolega yang secara tidak sengaja menayakan perihal keturunan tersebut. Lambat laun, kondisi seperti itu membuat pasangan  keluarga tidak nyaman, bahkan saling mencurigai. 

Disaat seperti itulah, suami dan isteri harus sama-sama berhati dingin, bahwa tidak etis jika keduanya harus aling mencurigai. Toh, semua tahu, bahwa anak adalah salah satu ketentuan dari Alah SWT. Tindakan ini yang kelak akan sedikit mendinginkan suasana dalam rumah tangga tersebut. Terlepas dengan banyaknya pertanyaan yang selalu hadir ke telinga pasangan tersebut, suami dan isteri yang baik akan tetap menanggapi dengan suasana dingin.

Salah satu sikap yang bisa kita ambil saat merasa terganggu dengan pertanyaan itu adalah dengan mengubah cara pandang. Keingintahuan semacam itu umum terjadi di masyarakat Indonesia. Kita tak bisa menghindarinya di mana saja. So, jangan anggap terlalu serius, anggap basa basi dan arahkan pembicaraan ke topic lain yang lebih produktif (Hal. 55).

Membangun keutuhan rumah tangga tentu lebih sulit dari sekedar membangun “jembatan”, apalagi memeliharanya. Cobaan dan godaan akan selalu dating silih berganti. Namun demikian, keluarga yang kuat akan selalu menemukan jalan keluar yang baik pula untuk keutuhan keluarga tersebut. Hal yang  paling sering tertjadi dalam sebuah rumah tangga adalah perselisihan pendapat yang tak jarang berujung pada percekcokan.  Solusinya tetap  pada kesadaran masing-maisng dan kepala serta hati yang selalu dingin.

Prinsipnya adalah mengedepankan prasangka baik, saat pasangan anda bersikap kasar, jangan langsung berfikir , “dia tak lagi mencintaiku dan sedang cari gara-gara untuk meninggalkanku”, siapa tahu dia sedang menghadapi masalah, dan anda kena abu hangatnya. Kita harus selalu ingat bahwa menikah adalah seni memperbaiki diri dan pasangan. Karena itu,  ketika pasangan sedang khilaf, tugas anda adalah mengingatkannya. Salah satunya adalah dengan bersifat asertif saat terjadi kekerasan (Hal. 140-141).


Tulisan ini dimuat di Harian Kabar Madura, 22 Januari 2016


Senin, 18 Januari 2016

Raport Merah Moralitas Penguasa Negeri

Judul : Demokrasi Ala Tukang Copet
Penulis : Mohammad Sobary
Penerbit : Mizan
Cetakan : 1. 2015
Tebal : 124 Halaman
ISBN : 978-979-433-836-0
Peresensi : Ahmad Wiyono

Fakta seputar kebobrokan moralitas yang terjadi di tengah bangsa kita seakan menjadi warisan yang sulit untuk dipunahkan, bahkan dalam setiap pergantian rezim selalu ditemukan ragam kebobrokan moral yang terkesan menjadi “keharusan” dari setiap pelaku kebijakan di negri ini.

Pemimpin dan segenap penguasa di negeri ini tak ubahnya telah memberikan contoh buruk kepada segenap bangsa, tentang serentetan perilaku mereka yang cendrung mengabaikan kepentingan rakyat, bahkan melukai hati nurani rakyat. Kasus korupsi misalnya, sudah puluhan, bahkan ratusan penguasa negeri dengan lihainya merampok uang rakyat, yang jelas-jelas itu melukai hati rakyat.

Bagiamana mungkin, penguasa bisa mengajak rakyuatnya untuk melakukan sesuatu yang baik, sementara mereka sendiri telah memberikan contoh yang tidak baik, sikap apatis justru akan menjadi sesutau yang ditunjukkan oleh rakyat. Bahkan tak sedikit yang mengecam terhadap para penguasa itu sendiri.

Demokrasi Ala tukang Copet, merupakan buku ringan namun tegas dalam memberikan kritik terhadap situasi dan perkembangan negeri ini, sekumpulan tulisan santai disusun indah oleh penulisanya sehingga menjadi buku tipis namun sangat berwibawa ini. Semuanya berisi tentang sindiran terhadap negeri tercinta Indonesia, yang notabeni diakibatkan oleh tingkah laku penguasanya yang tak bermoral.

24 tulisan Mohammad Sobary yang diurai dalam buku ini jelas-jelas merupakan nyanyian kekecewaan putera bangsa ketika melihat para pnguasa negerinya sudah nyaris terjerembab pada lembah kepentingan kelompok dan golongan sehingga tak sempat berfikir lebih jauh bagaimana masa depan rakyat yang mereka pimpin. 

Dalam buku ini dijelaskan, pemimpin semestinya bisa berjiwa tenang namun tegas, karena hal itu menjadi penentu kewibawaan sang pemimpin itu sendiri. Tenang dalam artian selalu detil dalam memutuskan kebijkan sehingga rakyat tidak dirugikan. Tegas maksudnya bisa memilah dan memilih mana yang harus dilakukan dan mana yang harus ditinggal, tentu dengan tetap mengacu pada aspek kepentingan rakyat.

Pemimpin yang baik boleh kelihatan kaku sesekali, tapi tindakannya jelas dan bisa dipertanggungjawabkan secara kemanusiaan. Pemimpin tak perlu terlibat dalam diskursus yang tak ada ujung pangkalnya. Pemimpin, di depan atau di belakang, bahkan jika berada di tengah pun, harus mengemban tanggung jawab publik yang tak ringan. Dia tidak boleh takut, tak boleh mengeluh, tak boleh menangis (Hal. 24).

Satu hal lagi yang menjadi karakteristik para pemimpin negeri kita saat  ini, yaitu kebiasaan merebut pangkat dan jabatan, situasi ini yang seringkali menjadikan para penguasa bertindak amoral. Segala cara kadang dilakukan hanya demi memenuhi hasrat kepentingan dan kekuasaan merka. Tak jarang pula, situasi seperti itu yang menyebabkan terjadinya perang saudara antar penguasa itu sendiri.

Watak penguasa tersebut pada akhirnya akan berimplikasi pada lahirnya perilaku negatif dan bersifat fatal, KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) misalnya, tak sedikit penguasa yang harus melakukan praktek suap hanya demi memenuhi target dan keinginannya. Nah, inilah salah satu “penyakit jiwa”  para penguasa negeri ini, di mana pangkat selalu menjadi target, sementara pekerjaan yang berdampak terhadap kesejahteraan rakyat selalu menjadi pekerjaan kesekian.

Pribadi yang tidak merdeka, takut tidak naik pangkat, kepentingan untuk memperoleh jabatan, kecendrungan sikap menjilat atasan dan tigkah laku yang sedikit pun tak mengenal makna “zuhud”, atau asketik dalam hdup, membuka peluanhg menjerumuskan atasan. Tak ada orang yang betul-betul loyal pada atasan. Manusia-manusia itu hanya loyal pada diri mereka sendiri. Tak mengherankan, mereka bukan hanya tak berbuat sesuatu, melainkan bisa jadi malah sebaliknya; menjerumuskan (Hal. 48).

Sindiran-sindiran kritis dalam buku setebal 124 halaman ini adakalanya bisa membuat kita tersenyum miris, lantaran kondisi moralitas penguasa yang kian hari kian jauh dari harapan. Namun demikian, kang Sobary dalam buku ini juga berhasil memenrikan catatan perenungan bagi pembaca tentang bagaimana menatap Indonesia, negeri yang kaya raya, serta besar secara kuantitas, namun sekalu dipermainkan justru oleh orang-orang yang bercibaku di negeri itu sendiri.


Tulisan ini dimuat di harian Radar Madura, 3 januari 2016



Romantika Menjemput Jodoh Pilihan Allah

Judul : Aku, Kau dan Dia
Penulis : Syafaat Selamet
Penerbit : Mizania
Cetakan : 1. 2015
Tebal : 122 Halaman
ISBN : 978-602-1337-24-0
Peresensi : Ahmad Wiyono

Salah satu rahasia Allah yang akan menjadi taqdir bagi umat manusia adalah jodoh. Jodoh sendiri merupakan lawan jenis yang berfungsi untuk mendampingi hidup manusia selama nafas masih dikandung badan. Maka tak heran jika sebuah pasangan keluarga bisa berjalan secara abadi mereka dikatakan berjodoh.

Manusia sebagai kholifah memiliki tugas kehambaan untuk melakukan usaha secara adami dalam mencari jodohnya masing-masing. Agar nantinya setiap pasangan bisa merasakan nikmatnya anugerah Allah tersebut, apalagi jika mereka sudah bisa meraih predikat Sakinah, Mawaddah wa Rohmah.

Naluri kemanusiaan menjadikan mahluk Allah yang paling sempurna ini selalu memiliki keinginan yang luar biasa dalam hidup, termasuk dalam hal mencari jodoh. Itulah  sebabnya manusia kadang sangat selektif dalam mencari pasangan hidupnya, bahkan tak jarang harus menunda pernikahan lantaran merasa belum menemukan pasangan yang cocok.

Adalah Syafaat Selamet yang mencoba melakukan pendinginan cara berfkir manusia tentang proses pencaharian jodoh, melalui buku berjudul Aku, Kau dan Dia ini, penulis hendak memberikan penyadaran kolektif kepada umat manusia, bahwa jodoh merupakan taqdir Allah yang jika disadari secara utuh, maka manusia akan mampu menerima setiap pemberian yang telah ditaqdirkn oleh Allah itu sendiri.

Egosime kadang menjadi penyakit dalam setiap pergerakan umat manusia, seakan tidak pernah yakin bahwa rencana Allah jauh akan lebih indah dari rencana manusia. Hal itu terjadi lantaran manusia kaang mengedepankan pola pikir rasional dan menafikan apek ketuhanan.

Oleh karena itulah, untuk memilih pasangan hidup, jangan mengandalkan kepintaran pikiran saja. Apalagi merasa cukup dengan masukan dan pertimbangan orang lain, meskipun itu keluarga atau sahabat. Harus diingat, manusia terdiri dari jasad kasar (jasmani) dan badan halus (nurani). Untuk urusan jiwa, manusia seringkali tak mampu menjangkaunya. Dalam hal ini kehadiran Allah sebagai pemilik dan pencipta segalanya harus disertakan. Tanpa menyertakan Allah, sangat mungkin apa yang danggap baik saat ini justru kelak itulah yang buruk (Hal. 42).

Sebuah ungkapan bijaksana, sekaligus, bahwa fakta empiris dalam setiap apa pun manusia tak bisa melepas campur tangan sang Maha Kuasa, termasuk dalam proses pencaharian jodoh. Dalam konteks ketuhanan, Allah sudah menyiapkan jodoh dan pasangan hidup bagi setiap hambanya yang ada di muka bumi. Maka tugas manusia adalah menjemput jodoh yang dihadirkan oleh Allah tersebut.

Buku terbitan Mizania ini hadir dengan membawa informasi penting kepada segenap manusia, bahwa pada dasarnya manusia tidak akan bisa menentang kehendak Allah, taqdir Allah akan selalu nyata bagi kehidupan mausia itu sendiri. Jodoh merupakan salah satu dari bagian dari taqdir-Nya. Untuk itu manusia diminta untuk selalu memasrahkan diri kepada-Nya.

Sebagai landasan historis emperik, buku ini juga menghadirkan kisah keharmonisan Rasulullah dalam menata hubungan rumah tangga, yang hal iu bisa dicapai lantaran beliau selalu menghadirkan Allah dalam setiap gerak langkahnya. Dalam urusan rumah tangga, beliau selalu minta pertolongan Allah untuk dijadikan keluarga yang baik nan abadi. meyakini bahwa jodoh pilihan Allah adalah yang terbaik, maka itulah kunci keberhasilan sebuah hubungan rumah tangga.

Perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, adalah contoh terbaik, bagaimana waktu yang pendek , 63 tahun, menjadi bermakna abadi. Masa kecil yang singkat menjadi masa menimba ilmu. Masa remaja masa belajar dan bekerja. Pada usia muda, beliau membangun rumah tangga sakinah mawaddah wa rahmah. Bukan saja keluarganya, masyarakat tercerahkan karena kehadiran beliau (Hal. 94).

Sungguh luar biasa, betapa perjalanan rumah tangga Rasulullah bisa meraih kehidupan yang bahagia, sekali lagi semua iti bisa dicapai karena beliau selalu  bersandar pada kekuasaan Allah sebagai penguasa alam raya. Manusia mana pun ketika sudh meyakini dengan kekuasaan Allah, maka kehdupan mereka selalu mendapat ketentraman. Termasuk dalm hal menentukan jodoh.

Dengan menggunakan bahsa yang renyah, segar dan ringan, buku ini menawarkan tuntunan hidup bagi manusia untuk mewujudkan pernikahan impian, pernikahan yang dicita-citakan, sekaligus pernikahan yang indah, lantaran hadirnya jodoh dari yang maha indah. Buku setebal 122 halaman ini mengajak manusia untuk selalu bersama-sama Allah, termasuk mencari jodoh bersama Allah, lalu menjemput jodoh pilihan 

Tulisan ini dimuat di Harian Duta Masyarakat

Mengungkap Esensi dan Implikasi Birrul Walidain

Judul : Orangtuaku Pintu Surgaku
Penulis : Mahmud asy-Syafrowi
Penerbit : Mizania
Cetakan : 1. 2015
Tebal : 206 Halaman
ISBN : 978-602-1337-64-6
Peresensi : Ahmad Wiyono


Islam sebagai agama Rahmatan lil Alamin selalu memberikan petunjuk bagi segenap penganutnya, agar para hamba Allah tersebut bisa mendapatkan jalan yang lurus yaitu jalan yang diridlai oleh Allah SWT. Salah satunya adalah rambu tentang urgensi pengabdian terhadap kedua orang tua. Sudah menjadi kewajiban setiap anak untuk mengabdi pada kedua orang tunaya, baik selagi masih hidup, atau pun ketika sudah meninggal.

Pengabdian anak terhadap orang tua secara sosisoligis juga memiliki makna balas budi atas segala bentuk pengorbanan yang telah dilakukan oleh orang tua tersebut, kendati tidak akan pernah sebanding arti balas budi tersebut terhadap perngorbanan yang telah dilakukan sang orang tua, baik waktu, tenaga maupun pengorbanan lainnya. Jika pengorbanan orang tua kita ibaratkan air di lautan, maka balas budi yang dilakukan anak hanya tak lebih dari secangkir air.

Namun demikian, seorang anak tetaplah memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk mengabdi kepada orang tuanya, sekecil apa pun hasil dan makna pengabdian tersebut. Setidaknya, itu semua sebagai ikhtiyar seorang anak untuk menjadikan dirinya sebagai anak yang soleh atau solehah. Nah, pembuktian kesolehan anak tentu terwujud dalam tindakan Birrul walidain, baik di dunia maupun ketika keduanya sudah tiada.

Buku ini hadir memberikan spirit bagi kita semua yang notabeni merupakan anak dari orang tua kita untuk bisa mengimplementasikan makna pengabdian kepada mereka. Sebagaian besar isi dari buku ini mengulas tentang urgensitas menghormati, menyayangi dan mengabdi kepada orang tua. Sehingga orang tua bisa hadir sebagai barokah sekaligus memberi karomah dalam setiap langkah perjuangan sang anak itu sendiri.

Selain berdampak sosial, pengabdian yang tulus juga akan berbuah manis bagi sang anak, yaitu dijanjikannya Surga bagi mereka yang ikhlas mengabdi kepada orang tuanya, dengan begitu orang tua merupakan kunci terbukanya pintu surga bagi seorang anak. Maka tak berelebihan sekali jika buku ini diberi judul Orangtuaku Pintu Surgaku, sebuah gambaran bahwa surga betul-betul ada di bawah telapak kaki mereka.

Orang tua, terutama ibu, adalah sosok penting yang sangat berpengaruh terhadap usaha kita meraih surga. Orangtua adalah tali yang akan menghubungkan kita ke surga. Sehebat apapun usaha kita untuk meraihnya , takkan ada artinya selama kita menyia-nyiakan mereka. Karena bakti kepada mereka adalah syarat kita masuk surga. Menaati mereka adalah sebab dekatnya kita memasuki surga (Hal. 51).

Birrul Walidain menjadi kata kunci akan makna ketaatan kita terhadap orang tua, buku ini secara gamnlang mengurai tentang apa sebenarnya substansi dan efek dari Birrul Walidain tersebut, selain itu, terdapat petunjuk tentang beberapa tata cara untuk mewujud nyatakan ketaatan kita terhdap orang tua, penulis buku ini memberikan indikator tentang wujud ketaatan terhadap orang tua tersebut, antara lain menaati perintah orang tua, melayani dengan pelayanan terbaik, menafkahi orang tua, menjaga silaturahim dengan orangtua, meminta izin dan restu orangtua, mendoakan orang tua, menjaga adab kepada orang tua, rendah hati dan tidak sombong kepada orang tua, serta memandang orangtua dengan cinta dan kasih sayang.

Serangkaian “perilaku soleh” di atas merupakan tata cara untuk membuktikan sikap Birrul Walidain. Sehingga seluruh perilaku tersebut nantinya akan berbuah manis, sesuai dengan janji agama bahwa anak soleh yang mengabdi pada orag tuanya, maka akan meraih Surganya Allah. Sementara itu, bentuk pengabdian dan ketaatan seorang anak terhadap orang tuanya juga harus diwujudkan dalam tindakan menghindari menyakiti perasaan kedua orang tuanya tersebut. Dengan kata lain seorang anak harus menghindari berbuat keji yang berujung pada perbuatan dosa, karena dosa pada orang tua merupakan dosa besar.

Setiap dosa yang kita lakukan di dunia akan menghalangi rezeki dunia dan akhirat, sebagimana nabi SAW menyabdakan; “sungguh seseorang akan terhalangi dari rezeki sebab dosa yang meninpanya”. Maka, apalagi dosa durhaka kepada orangtua, yang dikategorikan sebagai dosa besar. Tentu akan lebih besar pengaruhnya, bukan? (Hal. 93-94).

Mengabdi pada orang tua berarti membuka pintu Surga, ini kata sederhana untuk menggambarkan pentingnya ketaatan dan pengabdian kepada orang tua. Seabrek ulasan tentang urgensitas pengabdian terhadap orang tua tersebut  terdapat dalam buku setebal 306 halaman ini.  Di dalamnya juga mengurai beberapa kisah hikmah tentang manfaat dan dampak dari mengabdi kepada orang tua, begitu juga sebaliknya.

Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan beberapa kisah manusia yang secara ikhlas berbakti kepada perintah orangtuanya, totalitas pengabdian beberapa hamba Allah yang ditulis dalam buku ini kian menambah inspirasi bagi kita semua. Seperti kisah bakti nabi Ismail As yang luar biasa, ada juga kisah seorang lelaki yang menggendong ibunya sambil Thawaf, kisah Harits bin Nu’man dan baktinya kepada ibunya, , kisah Usamah bi Zaid dan baktinya kepada ibunya dan beberapa kisah lainnya yang kian menambah hikmah dan khazanah kelimuan dari buku 


Tulisan ini dimuat di Harian Duta Masyarakat 27 Nopember 2015

Mengarungi Pendidikan Spiritual Gus Dur

Judul : Gus Dur, Mengarungi Jagat Spiritual Sang Guru Bangsa
Penulis : Dr. Abdul Wahid Hasan
Penerbit : IRCiSoD
Cetakan : 1. 2015
Tebal : 252 Halaman
ISBN : 978-602-255-956-6
Peresensi : Ahmad wiyono

Selain dikenal sebagai tokoh bangsa yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai pluralisme, almarhum KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga terkenal sebagai sosok yang agamis yang selalu berpijak pada nilai-nilai spiritualitas dalam setiap pergerakan ide, gagasan serta aksi nyatanya dalam kehidupan ini. Itulah sebabnya, Gus Dur sering disebut-sebut sebagai tokoh sufi yang pluralis.

Ketokohan Gus Dur dibidang spritualitas, diwujudkan dalam sebuah frem gerakan pemikiran yang multi sektoral, dengan memaknai spiritual tidak hanya sebatas proses kedekatan hamba kepada sang penciptanya, namun lebih dari pada itu, spiritualitas dalam kacamata Gus Dur juga dimaknai sebagai upaya membangun kebersamaan dalam bingkai perbedaan dan keanekaragam dalam ketuhanan.

Ini yang pada akhirnya mengkerucut pada satu aspek pembelajaran nilai-nilai spiritualitas ala Gus Dur, di mana lahir gerakan pemikiran untuk lebih mementingkan kebersamaan yang dibingkai dari sudut perbedaan tersebut. Dalam pemahaman yang lebih sederhana, Gus Dur memberikan pelajaran tentang esensi spiritualisme dalam kehidupan beragama.

Pendidikan Spiritual ala Gus Dur tersebut secara detil dipaparkan dalam catatan desertasi yang kemudian diadaptasi menjadi sebuah buku bergengsi ini, penulis secara cermat mengulas seputar esensi spiritual berdasar perspektif Gus Dur. Gerakan spiritualitas Gus Dur yang diusung secara khusus dalam buku ini menjadi pengetahuan penting kepada pembaca, tentang urgensi pembelajaran nilai spiritual kepada semua generasi bangsa dengan menitik beratkan pada aspek perdamaian dan kemanusiaan.

Diantara aspek pendidikan spiritual Gus Dur yang patut dan harus kita implemetasikan dalam kehidupan sehari-hari meliputi pendidikan keagamaan yang terbuka, pendidikan berbasis moral, pendidikan berbasis masyarakat, serta pendidikan berbasis local wisdom. Aspek ini menjadi kunci keberhasilan implementasi nilai-nilai spiritual dalam kehidupan masayarkat utamanya generasi muda yang sedang dalam proses pencaharian jati diri.

Di sini pentingnya melestarikan pemikiran Gus Dur, terutama dalam konteks keberagamaan dengan keanekaragaman yang ada di Indonesia. Menurut Laode ida, pemikiran kebangsaan dan perjuangan Gus Dur yang begitu gigih dan sangat jelas itu seharusnya menjadi rujukan bagi penyelenggara Negara dan atau siapa saja yang beperan di ranah public (Hal. 229).

Sementara itu, untuk menguatkan penanaman nilai-nilai spiritualisme ala Gus Dur tehadap segenap bangsa Indonesia, utamanya para pelajar, perlu ada upaya-upaya khusus yang dilakukan para tenaga pendidik dan orang tua  sebagai langkah strategis terhadap upaya pengembangan substansi spiritualitas tersebut, hal itu dalam upaya mempermudah cara tangkap[generasi muda tentang apa sebenarnya hakekat spiritualitas itu sendiri.

Pengembangan spiritual memang tidak cukup hanya disampaikan secara teoritis oleh para guru, orang tua, dan lain-lain, ia membuthkan suadana yang kondusif dan contoh kongkriet yang mendukung ke arah tersebut. Secara teori, seorang guru atau orang tua bisa dengan mudah mengatakan tentang pentingnya rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia, bersikap juur, amanah, bertanggungjawab, displin, menghargai orang lain, peka terhadap penderitaan mereka, dan sikap lain. Namun, para murid atau anak-anak akan menjadi kecewa jika orang yang menyuruh mereka ternyata tidak memiliki kebaikan seperti yang disampaikan. Nilai-nilai spiritualitas yang hendak disampaikan menjadi hambar, mentah, dan terpental. Kegagalan penanaman dan pengembangan spiritualtas tersebut bisa dipastikan akan menemukan kegeglan (Hal. 223).

Tulisan ini dimuat di Harian Tribun jateng, 03 Januari 2016

Jagat Pemikiran Para Psikolog Dunia

Judul : Buku Pintar Pemikiran Tokoh-Tokoh Psikologi
Penulis : Eka Nova Irawan
Penerbit : IRciSOD
Cetakan : 1. 2015
Teal : 304 Halaman
ISBN : 978-602-255-969—6
Peresensi : Ahmad Wiyono

Khazanah keilmuan global tidak akan lepas dari para pemikir-pemikirnya, lahirnnya penemuan-penemuan mutaakhir akan selalu berbanding lurus dengan munculnya ilmuwan-ilmuwan dunia yang kompeten dengan bidangnya masing-masing. Salah satunya adalah pemikir-pemikir tentang dunia psikologi, dunia telah mencatat serentetan nama-nama terkenal yang mengisahkan para pencetus sekaligus ahli psikologi tersebut.

Secara epistimolois, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari gejala jiwa dan pengaruhnya terhadap seseorang, tentu dengan beragam teori dan tema yang dimunculkan oleh para tokoh-tokoh psikologi itu sendiri. Makanya, cara pandang atau perspektif tokoh psikologi tersebut yang pada akhirnya menjadi penentu tema dan konsep psikologi bahkan buah pemikiran tentang bagaimana kehidupan manusia beserta isinya bisa tertata dengan baik.

Untuk membaca jagad keilmuan para psikolog dunia, buku ini rasanya cukup representatif dijadikan landasan literatis, mengingat catatan Eka Nova Irawan ini begitu detil mengupas pergerakan pemikiran para tokoh psikologi mulai dari zaman klasik hingga era modern. Sedikitnya ada 29 tokoh piskologi yang berhasil dirangkum dalam buku setebal 304 halaman ini.

Cakupan bahasan yang dituang dalam buku terbitan Ircisod ini tidak lebih pada seputar gagasan dan pemikiran para tokoh psikologi dunia, dengan mengangkat isu seputar pengaruh gagasan dan ide tokoh-tokoh tersebut terhadp perkembangan dunia global. Khususnya dalam kaca mata kelimuan. Selain itu, untuk mendekatkan pembaca dengan para tokoh psikologi tersebut, buku ini juga dilengkapi dengan biografi singkat para tokoh sekaligus ilmuan tersebut.

29 tokoh yang dijadikan sampel dalam buku ini tentu kita yakini bukanlah tokoh sembarangan, mengingat kontribusi pemikiran mereka sudah tidak diragukan lagi terutama dalam perkembangan peradaban dunia serta pertumbuhan ilmu pengetahuan, dengan basic dan latar belakang yang nyaris tidak sama, 29 tokoh psikologi yang diangkat di buku ini mencerminkan keunikan dan keragaman pemikiran yang berkontribusi luar biasa.

Plato misalnya, tokoh filsuf yunani kuno ini nyaris tak ada yang tak mengenalnya, apalagi masyarakat akademik sudah sangat akrab dengan nama sekaligus pemikiran-pemikirannya. Dia merupakan salah satu tokoh yang buah pemikiran psikologinya diangkat dalam buku ini, bahkan berada di urutan pertama. Pemikiran psikologi Plato mencakup hubungan jiwa dengan tubuh, rasional dan irasional serta relasi manusia dan lingkungan.

Menurut Plato, Jiwa bersifat abadi. Oleh karena itu, jiwa tidak material. Berbeda denga jiwa, tubuh itu material dan fana. Jadi, sifat jiwa dan tubuh dapat dikatakan antipodal dan oposisi biner. Hal ini merupakan sebuah paradox klasik. Kita pantas untuk mempertanyakan bagaimana sesuatu yang tidak material dan abadi (jiwa) dapat bersatu dengan sesuatu yang bertolak belakang (tubuh)? (Hal. 14).

Begitu sekilas cara pandang plato  tentang hubungan jiwa dengan tubuh. Pandangan psikologis Plato di atas menjabarkan tentang relasi jiwa dengan tubuh manusia, yang secara psikologis memiliki perbedaan yang nyata dan luar biasa. Setidaknya dalm konteks abadi dan tidak abadi. Untuk itu, Plato memberikan pelajaran penting bagaimana membangun sinergi antara kedua hal yang tidak sama tersebut, untuk sesuatu yang bersifat jangka panjang.

Selain memuat silsilah ketokohan dan pemikiran para ilmuan barat yang rupanya telah menjadi ikon pemikir dunia, seperti Plato, Aristoteles dan sederet nama ilmuan lainnya, buku ini juga tak lupt menhadirkan tokoh-tokoh dari timur tengah, semisal Ibnu Sina yang kita kenal dengan ilmu kedokterannya, ada juga Abu zaid yang dikenal sebagai Matematikawan sekaligus dokter. Semua diulas lengkap dengan jagad pemikirannya serta pengaruhnya terhadap dunia pengetahuan global.

Membaca buku ini, sama halnya kita menyelami jagad kelimuan para tokoh yang luar biasa tersebut. Buah pemikiran serta gagasan keilmuan mereka sudah menjadi rujukan khazanah ilmu pengetahuan dunia hingga saat ini. Buku Pintar Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi dari Klasik sampai Modern ini layak untuk dijadikan bacaan wajib oleh seluruh masyarakat yang cinta terhadap ilmu pengetahuan, terutama masyarakat akdemik yang setiap hari bergelut dengan gagasan dan pemikrian para 


Tulisan ini dimuat di Harian Radar Surabaya

Doa-doa Mustajabah Amalan Rasulullah

Judul : 101 plus Doa Mustajab dari Rasulullah SAW
Penulis : L. Nihwan Sumranje
Penerbit : Tinta Medina (PT. Tiga serangkai)
Cetakan : 1. 2015
Tebal : 192 Halaman
ISBN : 978-602257—116-2
Peresensi : Ahmad Wiyono

Doa merupakan sebuah usaha ritual yang dilakukan manusia untuk meminta sesuatu kepada Tuhannya, dengan doa manusia bisa berkomunikasi secara langsung kepada Allah SWT. Komunikasi tersebut tentu dalam batas komunikasi antara makhluk dengan penciptanya. Tentu dalam rangka untuk menyampaikan segala keinginan dan harapan-harapannya agar dikabulkan oleh sang maha pencipta.

Ada anggapan bahwa doa tidak hanya sebatas berfungsi sebagai media untuk meminta sesuatu yang sedang diinginkan oleh manusia, namun juga berpengaruh terhadap berubahnya takdir. Logika sedehana yang bisa dibangun terhadap asumsi tersebut adalah takdir merupakan ketentuan Allah yang akan tejadi dan dirasakan oleh manusia, namun takdir juga bisa berubah atas kemauan-Nya berkat doa yang disampaikan oleh manusia itu sendiri.

Tentang kekuatan dan macam-maca doa yang istijabah, dan pernah menjadi amalan nabi kita Muhammad SAW, buku karya L. Nihwan Sumarenji ini secara lengkap menyajikan hal tersebut. Dalam buku ini ditulis sedikitnya 101 doa mustajabah yang sudah menjadi amalan Rasulullah SAW. Bahkan juga dilengkapi dengan beberapa doa tambahan yang juga telah menjadi amalan beliau semasa hidup.

Dari ratusan doa yang dirangkum dalam buku ini, penulis sengaja membagi dalam beebrapa tema penting, sehingga hal itu memudahkan pembaca untuk mencari dan mengklasisifkasi tentang tema-tema doa yang diinginkan. Sedikitnya ada Sembilan tema doa yang berhasil dipilah dan dipilih oleh penulis dalam buku terbitan Tinta Medina ini.

Kesembilan tema doa tersebut anatara lain adalah doa-doa memomohn ampunan, doa-doa agar terlindung dari berbagai keburukan, doa-doa dalam menghadapi kesulitan, doa-doa untuk kesembuhan berbagai penyakit, doa-doa berkaitan dengan perjalanan, doa-doa yang berkaitan dengan pagi, siang dan malam, doa-doa yang berkaitan dengan tidur, doa-doa yang berkaitan dengan hujan. Dan tema yang terakhir adalah doa menutup aib, dekat kebaikan, dan keselamatan dunia kahirat.

Salah satu kelebihan dari buku setebal 192 halaman ini adalah terdapatnya ulasan tentang keutamaan doa-doa yang pernah dilakukan oleh nabi dan para sahabat terdahulu, dengan kata lain, ada testimony dari beberapa tokoh penting setelah melakukan atau membaca doa tersebut. Sehingga hal itu semaikn menambah keyakinan kita semua akan makna dan dampak doa tersebut.

Buku ini mengcover hampir seluruh kebutuhan hidup manusia sehari-hari, mulai dari kebutuhan pribadi manusia sehari-hari, hingga pada yang berkaitan dengan kebutuhan sosial. Contoh tentang doa ketika manusia ada di dalam rumah, termasuk ketika sudah hendak dan bangun tidur. Semua diulas dalam buku ini. Dengan demikian, doa juga hadir sebagai wujud adab manusia baik kepada sesama mau pun kepada Tuhan. 

Yang paling Nampak ketika kita hendak menjenguk orang sakit, disitulah manusia tidak hanya hadir dengan memberikan dukungan moril,  namun juga hadir dengan lantunan doa agar orang yang dijenguk tersebut segera diberi kesembuhan, serta keluarga yang bersangkutan diberi kesabaran. Betapa doa sangat luar biasa memberikan kesejukan kepada orang lain.

Telah menceritakan kepada kami Ar Rabi’ bin yahya, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, telah menceritakan kepada kami Yazid. Abu Khalid dari al-Minhal bin Amr dari sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas dari nabi SAW, beliau bersabda, “Barang siapa yang mengunjungi orang sakit yang belum datang ajalnya, kemudian ia mengucapkan (doa) di sebelahnya sebanyak tujuh kali, ‘aku mohon kepada Allah yang maha Agung, Tuhan arsy yang Agung semoga Dia menyembuhkanmu’ maka Allah menyembuhkannya dari penyakit tersebut (Hal.87).

Susunan doa tematik yag disuguhkan dalam buku ini tentu menjadi pencerahan bagi kita semua, dalam rangka mempermudah mencari dan membaca doa sesuai dengan kebutuahn kita sebagai hamba Allah. Kita tentu patut bersyukur dan mengapresiasi hadirnya buku ini. Disaat sebagian orang sudah mulai apatis dengan kegiatan-kegiatan ubudiyah dikarenakan faktor kesibukan mereka, buku ini hadir dengan sangat elegan untuk menyadarkan kembali umat manusia akan pentingnya doa dan dzikir.


Tulisan ini dimuat di Harian Kabar Madura

Minggu, 17 Januari 2016

Mengenal Metodologi Belajar Imam Madzhab

Judul : Mengungkap Rahasisa Cara Belajar Para Imam Madzhab
Penulis : Yanuar Arifin
Penerbit : Diva Press
Cetakan . 1. Agustus 2015
Tebal : 220 Halaman
ISBN : 978-602-255-946-7
Peresensi : Ahmad Wiyono

Siapa yang tidak kenal terhadap empat Imam Madzhab? Umat Islam tentu sudah tak asiang lagi dengan nama-nama manusia pilihan tersebut. Apalagi bagi masyarakat Sunni (Ahlus Sunnah wal jamaah), Empat Imam madzhab tersbut sudah tentu menjadi panutan dalam kehdupan beragama.

Kisah keberhasilan para Imam besar dalam proses belajar dan syiar keislamannya tersebut rupanya menjadi ulasan khusus dalam buku berjudul Mengungkap Rahasia Cara belajar Para Imam Madzhab ini. Seabrek kiat-kiat jitu para Imam dalam mencapai kesuskesan belajarnya diulas secara mendalam dalam buku karya Yanuar Arifin tersebut.

Secara mendasar, buku ini mengulas tentang konsep belajar para Imam Maszhab yang sekaligus hal itu menjadi kunci keberhasilan mereka sehingga pada akhirnya berhasil menjadi Mujtahid dan diikuti oleh seluruh umat Islam di dunia. Buku ini  terdiri dari empat bab, masing-masing bab membahas cara belajar dan kiat sukses satu Imam.

Dijelaskan bahwa, Terdapat beberapa kesamaan konsep belajar dari empat Imam besar ini, kesamaan tersebut tentu bukan sesuatu yang direkayasa, karena secara faktual konsep itu selalu menjadi kunci keberhasilan belajar. Semisal ketekunan dalam belajar, waktu yang panjang dan lain sebagainya. Kendati demikian, ada konsep-konsep khusus yang dimiliki oleh masing-masing Imam, itu yang mejadi karakteristik ketokohan Iamm tersebut.

Imam  Abu Hanifah misalnya, dalam belajar dia mempunyai konsep Berfikir secara Bebas, hal itu dilakukan dalam rangka untuk membangkitkan semangat kebebasan berdealektika, sehingga selalu mendapatkan insprasi terkait kelimuan-kelimuan baru yang bisa menambah khzanah keilmuannya. Tentu dalam hal ini kebebasan berfikir yang dimaksudkan oleh Imam Abu Hanifah bukanlah bebas sebebas-bebasnya.

Sebagai intelektual, Abu hanifah menggunakan berfikir secara bebas sebagai salah satu cara atau metode belajarnya, apalagi, tempat di mana sang Imam  hidup saat itu, yaitu Kufah, merupakan kota berperadaban maju, dengan corak pemikiran penduduknya yang cendrung  logis dan rasional. Dengan background semacam ini, wajarlah bila Abu Hanifah juga sngat bebas dalam berfikir. Dalam banyak kasus, ia sering kali menyelesaikan suatu persoalan dengan melakukan pemikiran yang kritis, dengan berpijak pada al-Qur;an dan hadits (Hal. 45).

Metodologi belajar yang diterapakan oleh Imam maliki juga tergolong efektif, yaitu menentukan spesifikasi kelimuan. Ini didasari oleh keterbatasan manusia dalam memahami seluruh rumpun ilmu pengetahuan secara bersamaan. Maka dalam buku ini, penulis juga mengurai kunci sukses Imam Maliki dengan menentukan salah satu bidang ilmu yang menjadi focus garapan kelimuannya kala itu.

Dalam konteks ilmiah, seorang pembelajar yang baik hendaknya memilih spesifikasi ilmu yang dikaji sebagaimana ditempuh oleh Malik bin Anas dalam belajar. Hal ini sangatlah penting agar belajar lebih efektif dan hasil yang diperoleh pun menjadi lebih maksimal. Selain itu, memilih spesifikasi ilmu yang tepat, dalam artian yang sesuai dengan potensi, akan mampu membangkitkan semangat seseorang pembelajar untuk benar-benar mencurahkan seluruh energinya. Dengan semangat yang tinggi, sudah pasti akan mengantarkan seorang pembelajar untuk mencapai kesuksesan (Hal.91).

Selain itu, Imam Syafi’I sebagai salah satu Imam madzhab juga memilki cirri khas dalam proses nelajar. Ambisius dalam Belajar rupanya dia jadikan salah satu kunci sukses dalam proses belajarnya. Namun demikian, ambisius belajar yang dia tunjukkan dalam belajar pada dasarnya sebagai wujud nyata kecintaanya terhadap Ilmu. Bahkan, tak jarang dia rela bergadang demi mempelajari dan menelaah sebuah ilmu.

Kehadiran buku ini menjadi sprit baru bagi kita semua, setidaknya dalam upaya merevolusi semangat belajar dengan menimba pengetahuan dari para Imam besar tersebut. Metodologi belajar yang diterapkan manusia-manusia hebat itu merupakan konsep nelajar yang tak akan lekang oleh zaman.

Buku setebal 220 halaman ini menebar ilmu pengetahuan tentang rahasia sukses para Imam Madzhab dalam menuntut ilmu hingga akhirnya sukses menjadi mujtahid. Tak hanya itu, buku ini juga tak lupa mengulas kisa perjalanan meraka mulai sejak kecil, hingga kembali pada sang 



Tulisan ini dimuat di Harian Radar Surabaya

Siapa di Balik Tragedi G 30 S

Judul : Mengurai Kabut Pekat Dalang G30S
Penulis : Herman Dwi 
Penerbit : Palapa
Cetakan : 1. Agustus 2015
Tebal : 212 Halaman
ISBN : 978-602-255-942-9
Peresensi : Ahmad Wiyono

Satu dari sekian banyak peristiwa bersejarah yang pernah terjadi di negeri ini adalah peristiwa pemberontakan 30 September, tragedi ini populer disebut dengan G.30 S/PKI. Di mana persitiwa tersebut merupakan puncak pemberontakan sekelompok orang yang bekakangan disebut sebut Partai Komunis Indonesia (PKI).

Tragedi dahsyat yang pernah terjadi di awal awal kemerdekaan bangsa Indonesia tersebut terus menyedot perhatian bangsa, utamanya ketika sudah memasuki bulan Sepetember seperti saat ini, hal itu dikarenakan tragedi 30 September tersebut terjadi dan mengakibatkan gugurnya banyak pejuang di negeri ini. Sehingga orang selalu mneyebut tragedi itu sebagai tragedi kemanusiaan yang dahsyat.  Meski demikian, peristiwa 30 september masih menjadi tanda Tanya besar  bagi segenap bangsa Indonesia. Sebagian besar orang selalu mempertanyakan siapa actor utama dalam peristiwa maut tersebut.

Untuk mengungkap fakta perihal siapa dalang dibalik peristiwa tersebut, Herman Dwi Sucipto melakukan studi komperhensif sekaligus bedah data yang kemudian berwujud dalam sebuah buku berjudul Mengurai Kabut Pekat Dalang G 30 S. dalam buku ini penulis menguari secara lugas perihal dugaan keterlibatan sejumlah pihak dalam peristiwa yang memakan korban beberapa jenderal dan pejuang negeri ini.

Ada beberapa data dan fakta tentang sejumlah pihak yang diduga kuat mejadi otak kerusuhan 30 September dimaksud, dalam buku ini penulis tidak segan segan mengungkap hal tersebut, pengungkapan fakta tersebut tentu berdasar dari beberbagai sumber terpercaya, termasuk melalui studi komperhenif yang dilakukan penulis dalam kurun waktu yang relative lama.

Fakta yang paling populer yang diangkat dalam buku ini terkait actor dibalik tragedi 30 September tersebut mengerucut pada kelompok PKI, hal itu diungkap oleh penulis berdasar sejumlah fakta yang mengkaitkan keterlibatan utuh PKI dalam pemberontakan tersebut. Setidaknya, jika diusut dari awal mula terbentuknya PKI hingga pada kesan konspirasi kelompok PKI untuk menguasai negeri ini.

PKI sebagai dalang G 30 S merupakan versi yang paling popular bagi seluruh rakyat Indonesia. Boleh dikatakan bahwa kisah mengenai PKI sebagai otak dari gerakan 30 September sudah melekat di ingatan dan hati sanubari seluruh rakyat Indonesia. Seluruh rakyat Indonesia diwajibkan menonton filem kolosal tentang G 30 S PKI dengan tujuan mengenang para pahlawan revolusi (Hal. 128).

Namun demikian, buku ini juga menyajikan data keterlibatan sejumlah pihak dalam tragedi tersebut, secara detil penulis menyajikian data satu persatu pihak yang diduga kuat menjadi bagian dari actor kerusuhan itu, seperti sebagain perwira AD yang juga diduiga menjadi actor kerusuhan. 

Selain itu, Presiden Soeharto juga disebut sebut menjdai bagian dari actor kerusuhan 30 September, hal ini mencuat seteah W.F. Werthein mengeluarkan sebuah artikel  berjudul “Soerharto and the Untung Coup The Missing Link” (1970). Bahkan, yang sangat mengejutkan adalah adanya dugaan keterlibatan pihak Amerika serikat melalui CIA.

Hadirnya buku ini setidaknya bisa membuka tabir kelam tentang tidak tuntasnya kasus kerusuhan 30 september yang selama ini masih menjadi perhatian serius bangsa Indonesia. Setidaknya, publik sudah bisa membaca tentang siapa sebenarnya actor penting dari kerusuhan tersebut. Untuk selanjutnya bisa memhami apa sebenarnya akar persoalan tragedi yang telah menggugurkan seumlah pejuang itu.

Herman Dwi Sucipto betul betul memberi angin segar kepada seluruh bangsa Indonesia, bahwa dalang dari tragedi kemnusiaan tersebut memang layak untuk diaungkap demi memberikan pelajaran penting bagi sgenap rakyat di nusantara ini. Penulis memberanian diri untuk mencari titik terang di wilayah abu abu.



Tulisan ini dimuat di Harian SM


Urgensi Pendidikan Berbasis Kemanusiaan

Judul : Sekolahnya Manusia
Penulis : Munif Chatib
Penerbit : Kaifa Learning
Cetakan : Mei. 2015
Tebal : 175 Halaman
ISBN : 978-602-7870-93-2
Peresensi : Ahmad Wiyono

Banking Education adalah salah satu typologi pendidikan klasik yang lumrah terjadi di berbagai pembelajaran formal, dimana guru sebagai salah satu pelaksana sistem di sekolah kerap menjadikan peserta didik sebagai objek. Akibatnya, tak jarang peserta didik harus kehilangan kemerdekaan berfikir lantaran harus menuruti subsistem yang telah ditetapkan oleh sang guru tersebut.
Paradigma ini yang rupanya ditentang oleh Munif Chatib dalam karyanya berjudul Sekolahnya Manusia ini. Munif Chatif mencoba mengevalusi ulang sisten pembelajaran yang telah berlangung selama bertahun-tahun di sekolah. Dalam perspektif Munif, setiap manusia membutuhkan sekolahnya manusia, tidak membutuhkan sekolahnya Robot. Itu yang dimaksud bahwa setiap peserta didik berhak untuk mendapat pendidikan yang manusiawi.

Beberapa fakta yang diugkap dalam buku ini diantaranya adalah perihal kebingungan peserta didik dalam menerima pelajaran dan tidak mampu mencerna materi yang diberikan. Dalam kasus ini, banyak guru bahkan sekolah secara kelembagaan yang justru menuduh anak didik tersebut bermasalah. Padahal, hal tersebut hanya merupakan masalah ketidak sesuaian gaya mengajar guru dan gaya belajar murid. Sehingga, dalam pandangan Munif, setiap peljaran akan terasa mudah dan menyenangkan, apabila lahir kesesuaian antara gaya mengajar guru dan gaya belajar murid itu sendiri.

Karya Munif Chotib ini memang sangat revolusionir, mengajak semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan untuk bisa mengurai benang kusut persoalan pendidikan yang terjadi selama ini di Inodonesia. Permasalahan kesulitan pelaksanaan proses pembelajaran yang kerap terjadi selama ini, juga menjadi salah satu fokus bahasan dalam buku ini. Bagi Munif, keberhasilan pendidikan formal di sekolah tak cukup hanya dituntaskan  selama jam pelajaran, namun juga harus ditopang oleh beberapa elemen termasuk keluarga para peserta didik.

Tentu, dalam menemukan kecerdasannya, seorang anak harus dibantu oleh lingkungannya, baik itu orang tua, guru, sekolah, maupun sisten pendidikan yang diimplementasikan dalam suatu negara. Betapa banyak contoh tokoh-tokoh yang cerdas, terkenal, dan bermanfaat bagi masyarakatnya ternyata banyak memiliki kelemahan (Hal. 70).

Sementara itu, untuk menyukseskan proses pemnelajaran, guru diharuskan memiliki polarisasi pembelajaran yang inovatif, mengingat guru sebagai penentu utama keberhasilan tersebut. Sebagai orang yang terlibat langsung dalam proses pendidikan, guru menjadi penentu keberhasilan sang peserta didik. Ini yang dimaksud Munif sebagai langkah mendeteksi gaya mengajar dan gaya belajar.

Pada dasranya, sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas proses pembelajaran, bukan pada kualitas input siswanya. Kualitas proses pembelajaran bergantung pada kualitas para guru yang bekerja di sekolah tersebut. Apabila kualitas guru di sekolah tersebut baik, mereka akan berperan sebagai “agen pengubah”  siswanya (Hal. 85).

Lingkungan belajar yang nyaman juga menjadi salah satu penentu keberhasilan peserta didik, dan salah satu indikasi kenyamanan lingkungan tersebut adalah terletak pada cara guru dan sistem sekolah yang diterapkan kepada peserta didik. Kreatifitas guru dalam menbina peserta didik sangat dibutuhkan untuk lahirnya lingkungan pembelajaran yang kondusif.

Strategi pembelajaran Multiple Intelligences merupakan salah satu tawaran inovatif Munif Chatif dalam buku setebal 175 halaman ini. Munif berpendangan bahwa model tersebut menawarkan suasana baru dalam sistem pembelajaran di sekolah. Di mana, peserta didik tak lagi menjadi objek yang hanya terus menrima pelajaran, namun demikian, mereka juga berhak menjadi subjek yang memilki kemandirian berpendapat untuk menopang keberhasilan pembelajaran.

Buku ini hadir sebagai fajar baru bagi pendidikan kita, harapan akan terselenggaranya sistem pendidikan yang berbasis kemanusiaan rupanya sudah terekam dalam karya Munif Chatib ini. Baginya, Sekolah manusia adalah sekolah yang berbasis Multiple Intelligences, yaitu sekolah yang mengharagi berbagai jenis kecerdasan 

Tulisan ini dimuat di Haria Jawa Pos Radar Madura

Mengintip Perseteruan Oreintalisme vs Oksidentalisme

Judul Buku : Antara Barat dan Timur: Batasan, Dominasi, Relasi, dan Globalisasi
Penulis : Al Makin, Ph.
Penerbit : Serambi
Cetakan : Maret 2015
Tebal : 258 halaman
ISBN : 978-602-290-031-3

Gerakan orientalisme, yaitu pembacaan dunia barat terhadap timur sudah lama menjadi bagian dari konstelasi politik internasional. Kondisi itu yang kerap menjadikan iklim politik  dunia selalu bersitegang antar dua kutub tersebut. Hal itu pula yang kemudiaN memicu lahirnya gerakan oksidentalisme atau pembacaan dunia timur terhadap barat. Dua gerakan ini menjadi wacana tanding yang terus mengalami diskurus hingga kini.

Oksidentalisme sendiri, yang lahir jauh setelah orientalisme berkembang nampaknya juga tak mau kalah dengan gerakan barat tersebut. Berbagai upaya dilakukan untuk menandingi gerakan orientalisme tersebut. Situasi inilah yang kemudian mengindikasikan betapa bersitegangnya dunia barat dan timur terus mengalami peruncingan.  Seakan keduanya berebut wilayah gerakan antara barat dan wilayah timur.

Buku berjudul Antara Barat dan Timur: Batasan, Dominasi, Relasi, dan Globalisasi ini dengan jelas mengulas tentang problem dunia barat dan timur dalam konteks gerakan orientalisme dan oksidentalisme, buku setebal 258 halaman ini menguak tentang relasi dunia barat dan timur mulai jaman koloneal hingga era moderen saat ini.

Buku ini diawali dengan uraian tentang awal mula dan alasan gerakan barat membaca timur. Itu terjadi awal mulanya pada era penjajahan belanda. Setidaknya Hal itu yang telah terjadi di Indonesia. Buku ini memang fokus mengambil sampel di indonesia, barangkali dikarenakan penulis buku ini yaitu Al-Makin sedang berdomesili di tanah air, sehingga lebih memudahkan dalam melacak data dan informasi tentang dua gerakan tersebut.

Hal ikhwal gerakan pembacaan barat terhadap timur, -khususnya di indonesia- dimulai sejak masa penjajahan. Ada banyak kemungkinan alasan mengapa hal itu dilakukan, salah satunya adalah kemunngkinan pertimbangan kekuasaan penjajah kala itu. Gerakan pembacaan barat terhadap timur dimungkinkan mempermudah akses perebutan kekuasaan oleh para penjajah yang notabeni memilki ambisi untuk menguasai tanah jajahan mereka dikala itu.

Orientalisme mulai muncul setelah Barat bertemu Timur melalui penjajahan. Terlepas dari kepentingan kekuasaan, dalam mengkaji Timur para ilmuwan Barat memperlihatkan semangat dan dedikasi yang luar biasa. Kesungguhan ini tidak hanya tampak dalam keseriusan mereka mempelajari teks tapi juga dalam terjun ke lapangan dan meneliti kehidupan masyarakat Indonesia sehingga menghasilkan karya yang sering dikutip. Beberapa ilmuwan Barat yang bisa disebut antara lain Richard Bell, Clifford Geertz, dan William Liddle (Hal.  28-30). 

Dari fakta itu, banyak masyarakat timur yang mulai gerah dengan gerakan barat tersebut, bahkan tak sedikit yang mengklim bahwa orientalisme adalah gerakan yang sangat merugikan dunia timur. Namun demikian, penulis buku ini menganggap tudingan itu merupakan suatu kesalahan. Baginya, orientalisme, tidak bermaksud untuk menghancurkan timur. Terbukti, tidak ada bukti yang mejustifikasi segala persepsi tersbut.

Namun demikian, terlepas dari salah dan benarnya persepsi masyarakat timur terhadap gerakan orientalisme tersebut, Dunia timur, akhirnya juga mencetuskan gerakan oksindetalisme. Gerakan itu dimunculkan seakan dunia timur tak mau kecolongan dengan gerakan kaum barat. Pemaparan gerakan oksidentalisme sendiri ditelisik melalui sudut pandang beberapa tokoh, seperti Hassan Hanafi, Mukti Ali, dan Burhanuddin Daya. Hassan Hanafi merintis sudut pandang dekonstruktif atas mitos Barat yang dipandang merepresentasikan seluruh umat manusia (Hal. 195). 

Kehadiran buku ini mampu memberikan wawasan kepada kita semua  tetang dinamika barat dan timur yang sama-sama memiliki kekuatan gerakan melalui anutan orientalisme dan oksidentalisme tersebut,  namun demkian, ada kecenderungan penulis yang lebih “memihak” terhadap barat, hal itu bisa dilihat dari berbagai fakta sejarah yang lebih “mengagungkan” dunia barat. Tak hanya itu, penilaiannya terhadap Hassan Hanafi yang dianggap terlalu ambisius untuk melihat eropa, menunjukkan bahwa Al Makin masih kurang obejktif dan kurang cermat dalam menyampaikan argumen.

Namun demikian, kehadiran buku terbitan Serambi ini tetap menarik untuk kita cerna lebih dalam, setidaknya, kita bisa menggali khazanah keilmuwan kita seputar perkembangan barat dan timur, dan lebih mujur lagi jika buku ini bisa menginspirasi semua pihak, sehingga ketegangan dunia barat dan timur bisa tercairkan. Setidaknya, dalam konteks sosial budaya. Selamat membaca.



Tulisan ini dimuat di Harian Duta Masyarakat

Motivasi Spritual Ala al-Ghazali

Judul : Segarkan Hidupmu
Penulis : Syekh Muhammad al-Ghazali
Penerbit : Zaman
Cetakan : 1. 2015
Tebal : 334 Halaman
ISBN : 978-602-1687-46-8
Peresensi   : Ahmad Wiyono


Manusia yang hebat adalah manusia yang selalu memilki tujuan hidup, ke mana hidup akan diarahkan dan untuk apa kehidupan itu dijalani. Setidaknya, mereka selalu optimis menjalani kehidupan hari ini dan menatap kehidupan yang akan datang.

Bagi masyarakat muslim, substansi hidup itu dilandaskan pada caaian kebahagiaan hdup di dunia dan kehidupan di akhirat, dua hal ini yang selalu menjadi acuan keberlangsungan kehidupan masyakat islam. Sehingga, hidup bukan hanya untuk hari ini, namun juga untuk persiapan di kehidupan di alam baka.

Spiriit pengetahuan tentang rahasia sukses di dunia dan akhirat dijabarkan oleh Syekh Muhammad al-Ghazali dalam buku berjudul Segarkan Hidupmu ini, buku yang diterjemah dari kitab klasik ini memjelaskan perihal pelbagai ilmu yang harus diketahui manusia dalam rangka meraih kebahagiaan dunai dan akhirat.

Tak dapat dipungkiri, bahwa hati merupakan pusat pergerakan seluruh organ tubuh manusia, seluruh tindak tanduk yang dilakukan manusia pada dasarnya sudah digerakkan pertama kali oleh hati. Maka, sangat penting setiap manusia untuk bisa merawat kesucian hati sehingga seluruh gerakan oragn tubuhnya juga penuh dengan nilai-nilai kesucian dan diridlai oleh Allah.

Dalam pandanngan al-Ghazali, hati menjadi kunci keberhasilan ibadah seseorang, karena dengan hati yang tenang dan damai, manusia akan mampu melihat dan menilai seluruh kehidupan ini dengan penuh kebaikan, bahkan terhadap Allah sekalipun, manusia akan selalu berpandanghan baik lantaran dilandasi oleh hati yang baik pula.

Bila direnungkan, nikmat hidup dan kesehatan sesungguhnya merupakan jalan utama untuk meningkatkan hubungan ruhani seorang hamba dengan Tuhannya. Ada perbedaan besar antara kedaan damai dan tenang dengan keadaan menerima apa adanya dan merasa cukup. Orang yang hatinya tenang akan memandang Tuhan dengan pandangan orang beragama, yaitu pandangan yang menuntunnya untuk patuh dan tunduk (Hal. 75).

Dengan hati yang suci, manusia tentu akan selalu mengalami kemudahan dalam menjalani kehidupan, hal itu didasari oleh mudahnya petunjuk atau hidayah masuk ke dalam hati itu sendiri. Selain, itu, hati yang bersih selalu menuntun manusia untuk selalu berbuat sesuatu yang baik, dan meninggalkan sesuatu yang tidak baik. Salah satunya adalah sifat dendam, al-Ghazali menegaskan bahwa dendam merupakan sifat yang tak layak di pendam.

Al-Ghazali secara tegas menyampakian bahwa dendam atau kemarahan sama persis dengan racun yang mengalir dalam jiwa manusia, bisa dibayangkan bagaimana reaksi racun pada jiwa manusia. Maka getaran jiwa mansuia yang terkena racun pasti  dalam kondisi up normal, sehingga berpengaruh pada tindakan berikutnya. Disinilah kemudian betapa dendam tersebut harus betul-betul dihindari demi tercapainya ketentraman hidup manusia itu sendiri.

Jika manusia senantiasa menjaga kehormatan dan kemuliaan dirinya, tentu ia tidak akan bersikap gegabah dan memelihara hasrat membalas dendam. Ia akan tetap bersikap tenang, berpikiran jernih, dan mengendalikan emosi. Bahkan, ia anggap penghinaan sebagai kritik yang membangun, yang mengingatkan kekurangan dan cacat dirinya (Hal. 170).

Sebagai kitab klasik yang diperkuat dengan sumber-sumber keislaman terpercaya, buku ini tentu tidak hanya menjadi sumber pengetahuan baru bagi kita semua, namun juga mampu menjadi terapi spiritual untuk bekal keberlangsuangan hidup yang lebih baik. Al-Ghazali mencoba memancarkan pesoan kehidupan hakiki yang harus dilakukan oleh amusia. Jika, manusia memang berharap meraih kebahagian dunia dan akhirat.

Dibagian lain, al-Ghazali juga berpesan kepada umat manusia agar  selalu optimis dalam menjalani hidup, tidak ada gunanya jika manusia selalu menyalahkan masa lalunya yang kuirang baik, apalagi jika dia aharus kehilangan masa depannya. Bagi al-Ghazalai, sesuatu yangh telah terjadi tak perlu djadikan beban, namun cukup dijadikan pelajaran agar tidak terulang untuk yang kesekian kalinya.

Tak bisa dipungkiri, penderitaaan hidup aka terasa ringan jika dihadapi dengan tegar dan optimis. Kemampuan menghadapi dan mengalahkan derita jauh lebih baik dari pada sikap menyerah dan putus asa yang kadang justru membuat sesorang terpuruk lebih dalam (Hal. 229).

Karya dahsyat Syekh Muhammad al-Ghazali ini hadir sebagai penggugah hati manusia, pelbagai realitas sosial dan penyelasainnya seakan sudah terekam dalam buku setebal 334 halaman ini. Rasanya tak berelebihan jika harus dibilang bahwa buku ini adalah obat bagi segenap munusia, obat yang bisa menyembuhkan kegersangan jiwa manusia, dan obat yang bisa menyelamatkan mansuia di dunia lebih-lebih kelak di alam Akhirat.


Tulisan ini dimuat di majalah Manhajul Afkar

Menyelami Samudera Keilmuan Nabi Khidir

Judul : Menyimak Kisah dan Hikmah Kehidupan Nabi Khidir
Penulis : Moh. Fathor Rois
Penerbit : Zaman
Cetakan : 1. 2015
Tebal : 178 Halaman
ISBN : 978-602-1687-68-0
Peresensi : Ahmad Wiyono

Pupularitas Nabi Khidir di kalangan umat Islam sudah tak terbantahkan. Sosok kehidupannya selalu menjadi inspirasi bagi kehidupan manusia sesudahnya. Manusia pilihan yang memiliki nama asli Khadir tersebut telah banyak memberi pengetahuan dan ilmu kepada para tokoh islam sepanjang sejarah. 

Memang tidak begitu banyak literatur yang mengulas tentang sisi kehidupan Nabi Khidir, bahkan Al-Qur’an sendiri menyebutnya hanya dengan bahasa “abdun”, seperti pada surah Al-Kahfi ayat 65-82. Selebihnya, kitab suci tersebut tak banyak memberikan informasi seputar hal tersebut. Kekayaan pengetahuan masyarakat islam seputar nabi Kahidir, lebih pada khazanah pengetahuan tutur dari orang ke orang yang bersifat sejarah atau cerita hikmah.

Buku Menyimak Kisah dan Hikmah Kehidupan Nabi Khidir ini hadir dalam rangka memperkaya informasi seputar kehidupan nabi Khidir tersebut, buku yang diinspiarsi –kalau tidak mau disebut diadabtasi- dari kitab az-Zahr an-Nadhir fi Naba’ al-Khadir ini mengulas seputar asal muasal dan sepak terjangnya dalam kehidupan ini. Termasuk yang terpenting adalah samudera kelimuannya yang selalu diwariskan pada para tokoh-tokoh islam lintas generasi.

Perihal maqom kelimuan Nabi Khidir yang berada di atas rata-rata, menjadi ulasan khusus dalam buku ini, yang tentu dikemas melalui cerita-cerita perjalanannya bersama para tokoh islam termasuk para Rasul. Ilmu dan pengetahuan yang diberikannya kepada manusia lebih sering tak bisa diukur dari nalar logika. Itu sebabnya, Nabi Khidir sering membingungkan orang lain ketika orang tersebut diperintah atau dinasehati olehnya.

Kita tentu masih ingat cerita tentang Nabi Musa yang diperintahkan oleh Nabi Khidir merusak kapal yang ditumpanginya, saat itulah Nabi Musa mulai tak habis pikir mengapa harus dirusak?. Dan ternyata, Jawaban itu lahir jauh setelah peristiwa itu terjadi. “Kejunilan” Nabi Khidir di Mata Musa as sebenarnya sudah dia lihat sejak awal. Ketika Nabi Musa berhasil mendalami Kitab taurat dan memahami isnya, saat itulah, dia merasa menjadi orang yang paling alim di muka bumi. Akhirnya, dia bermimpi melihat Hujan lebat hingga menenggelamkan bumi. Dia juga melihat seekor burung menyelupkan parunya ke dalam air lalu memuntahkannya ke laut.

Kau telah mengira tidak ada orang yang lebih alim daripada kamu. Padahal Allah  SWT, mempunyai seorang hamba yang bila ilmumu dibanding dengan ilmunya, bagaikan air yang ada di paruh burung tadi dibanding dengan air laut. “Jibril, siapa orang itu” tanya nabi Musa. “Khadir ibn Amil, termasuk keturunan si bagus. Ibrahim AS. (Hal. 47).

Suatu ketika Umar Bin Khattab ra sedang menyolatkan jenazah, tiba-tiba ada seorang memanggil untuk ditunggu. Saat itu tak ada yang tahu kalau dia adalah seseorang yang luar biasa di mata Allah.  Para sahabat terus memperhatikannnya hingga ke kuburan. Ternyata dia berkata “hai penghuni kubur, beruntunglah kamu jika kamu tidak jadi pemimpin, penarik pajak, bendahara, sekretaris atau kemanan”. Umar agak geram, dia menyuruh para sahabat agar menagkapnya. Namun, akhirnya Umar tahu kalau dia adalah nabi Khidr setelah melihat jejak kakinya sepanjang batu bata.

Penyuguhan beberapa kisah nabi Khidir dalam buku ini, mencerminkan betapa dalam ilmu dan pengetahuannya. Buku ini juga menjadi jendela baru bagi kita semua, bahwa pengetahuan tutur tentang keilmuan nabi Khidir yang kita dapat selama ini, mulai bisa kita cerna melalui kisah-kisahya dalam buku ini. Referensi yang ditelisik dari kitab-kitab klasik serta litertaur kekinian, kian memperkaya buku terbitan Zaman ini.


Tulisan ini dimuat di Harian SM

Menjadi Kaya Raya Dengan Tahajjud

Judul : Dahsyatnya Mukjizat Tahajjud
Penuluis : Yazid al-Busthomi
Penerbit : Bahtera
Cetakan : 1. Agustus 2015
Tebal : 92 Halaman
ISBN : 978-602-255-929-0
Peresensi : Ahmad Wiyono


Di malam hari, ada satu saat yang ketika seorang Muslim meminta kebaikan dunia dan akhirat,  pasti Allah memberinya. Itu berlangsung pada setiap malam. (HR. Muslim)

Kaya raya tentu menjadi dambaan setiap manusia, tak heran jika manusia selalu melakukan banyak upaya dan usaha agar bisa meraih kekayaan tersebut. Dengan kekayaan itulah, manusia meyakini bisa meraih kebagiaan hidup di dunia ini. 

Bagi umat islam, doa merupakan bagian tak terpisahkan dari usaha. Sehingga dua hal ini selalu bersandingan dalam setiap pergerakan umat manusia. Untuk meraih kekayaan, manusia tentu harus berusaha, namun juga tidak melupakan doa kepada Allah SWT. Karena pada hakekatnya, dibuka tidaknya pintu rezeki tergantung pada kehendak Allah sebagai penguasa alam sememsta.

Sakah satu bentuk doa yang bisa dilakukan umat islam dalam upaya membuka pintu rezeki adalah dengan melakukan Shalat tahajjud, shalat yang dilaksnakan tengah malam ini diyakini bisa membuka pintu rezeki sehingga mempercepat umat manusia meraih kekayaan. Ini tentu beralasan, apalagi jika kita berkaca pada Hadits di atas, dimana pada tengah malam tertentu Allah akan mengabulkan setiap permintaan hambanya, untuk dunia dan akhirat.

Dalam buku Dahsyatnya Mukjizat tahajjud karya Ust. Yazid al-Busthomi Lc ini, diurai tentang beberapa kedahsyatan tahajjud utamanya dalam mempengaruhi terbukanya pintu rezeki, buku ini secara detil mengungkap fakta tentang dampak pelaksanaan tahajjud terhadap kekayaan seseorang.

Dengan berdasar pada nash dan hadis Rasul, uaraian buku ini menjadi sangat sempurna sebagai pedoman setiap umat mansia yang hendak meraih kebahagiaan dunia dengan kekayaan harata benda, termasuk juga kebagiaan kelak di alam abadi. seluk beluk dan kedahsyatan tahajjud, serta efek secara lansgung terhadap kehidupan manusia dasajikan dengan bahasa sederhana yang sangat mudah dipahami pembaca.

Shalat tahajjud adalah salah satu cara yang digunakan umat muslim untuk menjemput rezeki yang barokah tersebut. Dengan konsisten melakukan shalat tahajjud, maka Allah SWT akan meninggikan derajat dan melapangkan pintu rezeki kita. Itulah yang dijanjikan-Nya dalam, al-Qur’an, seperti yang telah disebutkan dalam surat al-Isra’ ayat 79 atau Qaf ayat 9-11. Dengan demikian, jika anda ingin usaha atau bisnis anda berkembang dan sukses, maka laksanakannlah perintah Allah SWT tersebut, yaitu bertahajjud kpada-Nya di waktu malam, dan berikhtiar di waktu siang (Hal. 29).

Bagi umat islam, hal tersbut tentu bukan sesuatu yang mustahil, apalagi hal itu sudah menjadi janji Allah. Maka, selama kita sudah melaksanakan perinta tersbut, maka pelan tapi pasti rezeki akan mengalir dalam kehidupan kita. 

Tentunya, untuk menjadi kaya dan bahagia kta harus melakukan shalat Tahajjud dengan benar, khusyuk, ikhlas, dan istiqamah. Selain itu, kita hendaknya juga melakukan kontemplasi penuh secara integeral  pada diri dan kehidupan kita. Dalam tahajjud, hendaknya kta berdoa kepada Allah SWT dengan penuh kekhusyukan. Sebab pada waktu sepertiga malam itulah, kita berada sangat dekat dengan-Nya (Hal. 44).
Buku ini tampil tak ubahnya menjadi terapi spritual bagi kita sebagai umat islam, dengan cara mengembalikan segala urusan kepada sang Khaliq. Mengerjakan shalat tahjjud untuk membuka pintu rezeki merupakan sikap terpuji yang sudah selayaknya dilakukan umat Islam. Karena sekali lagi, penentu dan pembuka rezeki adaah Allah SWT. Dan tahajjudlah salah satu cara untuk membuka pintu itu.

Namun demikian, mengerjakan shalat Tahajjud tentu tak hanya sekedar melaksnakan dengan tanpa diasari niat dan keikhlasan yang kuat, rezeki hanya bagian kecil dari efek pelaksanaan tahajjud itu sendiri, maka sejak awal, pelaksnaan shalat tahajjud harus betul-betul didasari pada permohonan ridla Allah SWT. Ini juga yang dipesankan buku ini kepada kita semua.

Dengan demikian, jika anda melakukan shalat tahajjud dengan khsuyuk –dalam pengertian tersebut- maka anda akan memperoleh manfaat yang luar biasa darinya. Keajaiban-keajaiban shalat Tahajjud yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, insya Allah akan anda peroleh. Untuk itu shalat Tahajjudlah anda dengan sekhusyuk-khusyuknya agar Allah SWT melapangkan rezeki anda, memberikan kekayaan dan kebahagiaan kepada anda, memberikan kecerdasam kepada anda, serta yang terpentng agar usaha anda diberi diberi jalan menuju kesuksesan (Hal. 70).

Meski sangat tipis, dengan halamna di bawah 100 halaman, namun buku ini sangat kaya dengan makna. Utamanya menyangkut kedahsyatan tahajjud dalam menopang kesuksesan manusia di dunia, tentu dalam hal ini untuk meraih kekayaan harta benda yang diridlai oleh Allah SWT.

Selain mengurai efek positif shalat tahajjud, yang tentu akan menggiurkan kita semua untuk melaksnakannnya, buku ini juga tak lupa menguilas seputar tata cara pelaksnaan shalat tahajjud yang benar dan dimungkinkan diterima oleh Allah SWT. Pada bagian akhir buku ini, penulis secara khusus mengulas tentang tata cara shalat tahajjud yang dianjurkan, sehingga hal itu menjadi pedoman penting bagi kita dalam melaksanakan shalat sunnah tengah malam tersebut.

Sayangnya, buku ini tidak sepat menampilkan testimoni dari beberapa umat yang telah merasakan kedashyatan shalat tahajjud tersebut, jika alasannya untuk menghindari riya’ sesorang, sebenarnya penulis bisa menyiasati dengan hanya menampilkan nama samaran orang-orang yang telah berhasil meraih efek positif shalat tahajjud tersebut.



Tulisan ini dimuat di Harian Analisa

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons