Selasa, 01 Oktober 2019

Memperkuat Solidaritas Ekonomi Kerakyatan

Judul Buku : The Ma’ruf Amin Way
Penulis : Sahala Panggabean, Anwar Abbas, dkk
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : 1. 2019
Tebal : 312 Halaman
ISBN : 978-602-06-2355-9
Peresensi         : Ahmad Wiyono

Sistem ekonomi kapitalistik diyakini kurang memihak terhadap masyarakat khususnya kelas menengah ke bawah, bahkan meredupkan gerakan ekonomi keumatan,  karena dalam sistem ini muncul persaingan hebat untuk mengejar keuntungan, sehingga siapa yang kuat maka dia akan jadi pemenang, sebaliknya yang lemah akan semakin terpuruk dan tak mampu mengambil bagian.

Sebagai upaya ntuk menengahi gerakan ekonomi kapital tersebut, KH. Ma’ruf Amin menuangkan gagasan luar biasa terkait pentingnya ekonomi berbasis kerakyatan, gagasan itu berhasil direkam oleh Sahala Panggabean dan Anwar Abbas dalam buku The Ma’ruf Amin Way ini. Di dalamnya diulas secara mendalam konsep ekonomi kerakyatan sebagai arah baru ekonmi yang memihak pada kepentingan umat.

Secara prinsip, ekonomi keumatan merupakan konsep ekonomi yang berlandaskan spirit kerakyatan. Menurut Mubyarto, arti dari ekonomi kerakyatan adalah kegiatan ekonomi yang berlandaskan pada keberpihakan pada rakyat sebagaimana diatur dalam UUD 1945 bahwa segala usaha dikelola bersama dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dengan kata lain, prinsip ekonomi keumatan sejalan dengan ekonomi kerakyatan, yakni berpihak pada umat. (Hal. 171)

Basis gerakan ekonomi kerakyatan ini adalah pengembangan ekonomi dari bawah, melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses pemberdayaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki mereka. Ini yang juga menjadi kunci kesuksesan China membangun ekonominya sejak era Mao Zedong hingga saat ini. Pengembangan ekonomi dari bawah itu adalah membangun secktor ekonomi rakyat, pertanian, dan usaha mikro lainnya.

Inilah spirit ekonomi keuamatan bahwa pembangunan bermulai dari bawah (bottom-up economics development). Berbeda dengan ekonomi kapitalistik yang mengejar keuntungan dengan cara bersaing, ekonomi kerakyatan berprinsip pada kerja sama dan makmmur bersama. Apabila pengusaha besar mencapai efisiensi  dengan cara mematikan pesaing, di ekonomi kerakyatan efisiensi dicapai dengan kerja sama yang kompak. (Hal. 169).

Setidaknya ada empat landasan penguatan ekonomi kerakyatan atau keumatan yang diulas dalam buku terbitan Gramedia Pustaka Ini, yaitu ekonomi kerakyatan dilandasai oleh spirit kemitraan setara dan menguntungkan,  selanjutnya,  ekononomi kerakyatan dilandasai oleh sila ke-3 yakni “persatuan Indonesia. Kemudian sila ke-4 “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan” menjadi landasan ketiga. Sedangkan landasan keempat adalah prinsip pembangunan dengan pendekatan dari bawah. Empat prinsip inilah yang menjadi fondasi utama penguatan dan implementasi ekonomi berbasis kerakyatan.

Sementara itu, tujuan mulia dari penyelengaraan ekonomi kerakyatan atau keumatan ini adalah untuk meningkatkan pemberdayaan umat dibidang ekkonomi agar nantinya bisa melahirkan kemandirian ekonomi, kemandirian ekonomi inilah yang kelak menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan ekonomi kerakyatan, di mana umat menjadi subyek pepengembangan ekonomi sehingga mereka bisa maju bersama danm akmur bersama.

Dalam kemandirian ekonomi, pemberdayaan adalah uoaya mengangkat martabat ekonomi rakyat untuk mampu bersaing di pasar. Secara sederhana, kami selalu mengatakan pentingnya “membesarkan yang kecil dan tidak mengecilkan yang besar”. Membesarkan yang kecil adalah pemberdayaan. Tidak mengecilkan yang besar ialah sikap memperbolehkan usaha besar untuk berkembang baik dengan pengawasan Negara supaya tidak mematikan yang kecil. (Hal. 210).

Sebagai pusat gerakan ekonomi keumatan ini, KH. Ma’ruf Amin mencoba memulai hal tersebuut dari kelompok ekonomi Pondok Pesantren, hasilnya ternyata cukup membanggakan, pesantren rupanya mampu menjadi pusat pergerakan ekonomi umat yang dalam perjalanannya juga meluas hingga ke masyarakat umum. Penataan ekonomi umat dari pesantren inilah yang konon menjadi potret keberhasilan konsep ekonomi keumatan ala KH. Ma’ruf Amin, terbukti sudah lahir pasar pasar semi modern yang berbasis keumatan.

Apakah mungkin Ponpes dapat menjadi pusat unggulan ekonomi umat? Kami yakin bahwa hal ini dapat diterapkan dan mendorong Ponpes untuk menjadi pusat unggulan ekonomi umat. Setidaknya, kami mengidentifikasi ada empat modal yang yang telah dimiliki Ponpes yakni kuatnya internalisasi nilai-nilai keislaman  (Islamic volues), kapabilitas manusia terdidik (human capital), modal sosial (social capita), dan keuangan (financial capital). Selamat membaca.   

Tulisan ini pernah dimuat di harian Solo Pos, 15 September 2019



Latihan Fisik Ciptakan Mental Juara

Judul Buku : Pelatihan Kondisi Fisik
Penulis : Dikdik Zafar Sidik, dkk
Penerbit : Rosda Karya
Cetakan : 1. 2019
Tebal : 240 Halaman
ISBN : 978-602-446-343-4
Peresensi         : Ahmad Wiyono

Bagi para atlet, berlatih fisik secara rutin merupakan sebuah keharusan, agar stamina tubuh terjaga dengan baik sehingga saat melakukan pertandingan bisa mengimbangi lawan-lawannya, bahkan bisa memenangkan pertandingan tersebut.

Selain untuk menjaga kesehatan, latihan fisik juga penting untuk membangun mental juara, karena dengan kebugaran tubuh yang selalu terjaga, para atlet memiliki kepercayaan diri yang tinggi baik sebelum, saat dan sesudah bertanding. Seperti yang diulas dlam buku berjudul Pelatihan Kondisi Fisik ini.

Setiap manusia yang ingin mendapatkan derajat sehat dinamis yang tinggi harus melakukan latihan kondisi fisik. Apabila setelah mendapatkan derajat sehat dinamis yang diharapkan, maka meningkatkan derajat sehat menjadi sebuah prestasi sesuai dengan kemauan, kemampuan, dan kesempatan yang didapatkan. (hlm. 21).

Seridaknya Terdapat dua bagian bentuk latihan fisik yang diurai dalam buku terbitan Rosda Karya ini, yaitu latihan fisik umum, serta latihan fisik khusus. Keduanya meimiliki cirri dan cara yang berbeda. Latihan fisik umum merupakan latihan dasar yang biasa dilakukan banyak orang. Oleh banyak kalangan latihan fisik umum ini disebut latihan biasa, yang hampir semua orang bisa melakukannya dan bisa berlaku untuk semua cabang olahraga.

Latihan fisik khusus dilakukan atas dasar latihan umum yang luas pada kekhususan cabang olahraga (yang menentukan prestasi), misalnya latihan daya tahan aerab dan daya tahan anaerab untuk atlet pada cabang olahraga beladiri (karate, takwondo, pencak silat, gulat, tinju, judo, wushu, tarung derajat, anggar, kempo, dan cabor tarung lainnya). Cabang olahraga permainan (seperti sepak bola, futsal, basket, badminton, tenis, tenis meja, voli, hoki, bola tangan, dan lainnya). (hlm. 77-78).

Sementara itu, guna mendapatkan hasil yang maksimal dari kegiatan latihan fisik, maka latihan harus diatur dan dischedhule dengan baik, ini berkaitan dengan jenjang dan periodesasi latihan yang sistematis. Dengan demikian, latihan fisik yang terjadwal dengan baik akan berdmapk positif terhadap kesehatan fisik para atlet.

Dalam pereodesasi latihan, pelatih dapat melakukan perencanaan latihan jangka panjang yang secara sistematik dan manipulative, mengntrol serta mengubah ubah volume, intensitas, frekuensi, durasi latihan, dan kompetisi. Dengan demikian, dalam pereodesasi adalah penjabaran materi dan sasaran latihan dengan cara memvariasikan intensitas, volume, recovery, internal, durasi, dan frekuensi dalam waktu tertentu yang disesuaikan dengan tahapannya. (hlm. 182).

Buku ini sangat penting dibaca terutama oleh para atlet dalam rangka menambah pengetahuan seputar cara dan langkah latihan fisik yang tepat sehingga menghasilkan energi yang positif tyang berdampak pada kesehatan fisik itu sendiri. Apalgi buku ini dilengkapi dengan grafis tata cara latihan yang benar yang tentu sangat membantu dalam memberi pemahaman cara latihan yang efektif untuk meraih kesehatan fisik yang maksimal. Selamat membaca. (*)


Tulisan ini dimuat di Harian Jawa Pos Radar Madura edisi 28 September 2019

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons