Selasa, 21 April 2015

Menyelami Kemuliyaan Al-Qur’an

Judul Buku : Permata al-Qur’an
Penulis : Muhammad Chirzin
Penerbit : Kalil (PT. Gramedia Pustaka Utama)
Cetakan : Januari 2015
Tebal : 320 halaman
ISBN : 978-602-03-0772-5

Peresensi: Ahmad Wiyono*


Al-Qur’an Al-Karim merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan langsung kepada Nabi Muhammad SAW, keberadaan kitab suci ini menjadi petunjuk bagi sekalian alam. Hampir dari semua kaedah perjalanan kehidupan umat manusia sudah termaktub dalam kitab suci ke empat yang diturunkan Allah kepada rasul-Nya.

Kitab suci Al-Qur’an diyakini bisa menjadi penyejuk hati setiap orang yang membaca termasuk juga yang mendengarkan, makanya, bagi setiap orang islam yang membaca Firman Allah tersebut dipastikan akan mendapat pahala termasuk orang yang mendengar bacaan ayat ayat tersebut.

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata; dan sesungguhnya kedua hal itu –yaitu Al-qur’an dan Iman- merupakan sumber segala kebaikan di dunia dan akhirat, ilmu tentang keduanya adalah ilmu yang paling agung dan paling utama. Bahkan pada hakekatnya tidak ada ilmu yang bermanfaat bagi pemiliknya selain ilmu tentang keduanya.

Buku Permata Al-Qur’an karya Muhammad Chirzin ini mengungkap seluk beluk keagungan Ayat-ayat suci Al-Qur’an, di dalamnya terurai berbagai keutamaan kitab suci Al-qur’an beserta faedah-faedahnya dalam kehidupan manusia. Mulai dari pedoman hidup, petunjuk yang lurus, obat, pintu keselamatan hingga pada sumber kedamaian hati.

Sebagai pembuka, Chirzin memberikan uraian tentang keberadaan Alquran yang berfungsi sebagai petunjuk bagi umat manusia, apabila umat manusia utamanya kaum muslim sepenuhnya bergantung pada pancaran petunjuk Al-Qur’an, maka dengan sangat mudahnya manusia akan mencapai jalan lurus utamanya dalam meraih Ridla Allah SWT.

Al-qur’an berisi petunjuk bagi manusia. Ajaran-ajarannya disampaikan secara variatif dan dikemas sedemikian rupa. Ada  yang berupa informasi, perintah dan larangan, dan ada juga yang memodifikasi dalam bentuk deskripsi kisah-kisah yang mengandung ibrah yang dikenal dengan istilah kisah-kisah dalam Al-Qur’an. (Hlm. 36).

Petunjuk Al-Qur;an kepada umat manusia ternyata disampaikan dengan berbagai bentuk, hal itu agar setiap manusia dengan mudah mencerna dan memahami setiap pesan-pesan suci tersebut. Namun demikian tak jarang Ayat Al-Qur’an yang langsung dengan tegas melarang manusia untuk melakukan suatu hal, satu missal dalam satu potongan ayat Allah berfirman, yang artinya “jangan kamu dekati Zina”.

Selain sebagai petunjuk, Kitab Suci Al-Qur’an  juga menjadi mukjizat, hal itu dalam rangka membuktikan keagungan Allah dengan cara memberikan I’jaz melalui para nabi dan rasul-Nya. Dan Al-Qur’an merupakan salah satu bukti keagungan-Nya.

I’Jazul Qur’an, kemukjisatan Al-Qur’an ialah kekuatan, keunggulan dan keistimewaan yang  dimiliki Al-Qur’an yang menetapkan kelemahan manusia, baik secara berpisah-pisah maupun secara berkelompok. Untuk mendatangkan sesuatu yang serupa  atau menyamainya. Yang dimaksud kemukjizatan al-Qur’an bukan berarti melemahkan manusia dengan pengertian melemahkan yang sebenarnya. Artinya memberi pengertian kepada mereka tentang kelemahan mereka untuk mendatangkan sesuatu yang sejenis dengan Al-Qur’an, menjelaskan bahwa kitab Al-Qur’an ini haq, dan rasul yang membawanya adalah rasul yang benar. (Hlm. 48).

Itulah bukti keagungan al-Qur’an, tak ada manusia yang mampu menyamainya, bahkan dahulu kita masih ingat dalam satu riwayat, tentang ulah beberapa kafir Quraisy yang hendak mengarang kalimat serupa Al-Qur’an, namun tak sampai satu ayat, mereka sudah tak mampu meniru kedahsyatan bahasa Al-qur’an.

Kedahsyatan bahasa Kitab Sauci Al-Qur;an pada akhirnya diakui oleh seluruh pujangga dan sastrawan arab kala itu, sehingga mereka tak ada yang bisa menandingi meski oleh para ahli syair sekalipun. Ini bukti bahwa Al-Qur’an adalah mukjizat yang turun di tanah arab waktu itu.

Namun demikian, meski al Qur’an menggunakan bahasa arab bukan berarti al-Qur’an hanya untuk masyarakat arab semata, Al-Qur’an hadir untuk segenap alam dan umat di seluruh penjuru dunia. 
Meskipun Al-Qur’an  diturunkan dalam kalangan bangsa arab dan berbahasa arab, Al-Qur’an merupakan kitab dakwah yang ditujukan kepada segenap umat manusia. Al-Qur’an melampaui ruang dan waktu. Kandungan ayat-ayat Al-Qur’an memiliki kekuatan yang kekal dan universal. (Hlm. 57).

Hanya ada dua bagian dalam buku ini, yaitu wawasan al-Qur’an dan Senarai Permata Al-Qur’an, namun demikian, uraiannya sangat kompleks perihal keagungan Al-qur’an berikut petikan ayat-ayat suci yang bersentuhan langsung dengan kehiduan kita seharai-hari.

Jika anda termasuk salah satu pecinta dan pembaca setia Al-qur’an, akan sempurna rasanya jika mencoba memetik hikmah dari buku Permata al-Qur’an  setebal 320  halaman ini. Setidaknya untuk semakin menambah keimaan kita kepada Allah SWT dan kecintaan kepada rasul-Nya. 


 Ahmad Wiyono; Alumni PP. Annuqayah. Jurnalis tinggal di Pamekasan


Tulisan ini dimuat di Harian Suara Madura Edisi 24 Maret 2015

Senin, 23 Maret 2015

Menembus Batas Makna Sukses

Judul Buku : Sukses Itu
Penulis : Widarko Bangkit
Penerbit : Saufa
Cetakan : Januari 2015
Tebal :206 Halaman
ISBN : 978-602-255-779-1

Peresensi: Ahmad Wiyono*


Istilah sukses merupakan sesuatu yang abstrak, hampir setiap orang pasti memiliki interpretasi tersendiri terkait makna uskses tersebut.  Menentukan definisi sukses yang utuh bukanlah sesuatu yang mudah, setiap individu akan mengutarakan perspektifnya masing-masing ketika ditanya apa hakekat sukses ittu sendiri.

Sebagian orang menganggap sukses adalah ketika seseorang telah bergelimang harta benda, tapi tidak juga bagi kalangan lainnya. Sebagian berpendapat sukses adalah ketika orang sudah memiliki jabatan, namun dengan sendirinya hal itu terbantahkan, bahwa jabatan bukan ukuran muthlak dari sebuah kesuksesan.

Relatifitas makna sukses ini yang kemudian menjadikan sukses sangat tak terbatas, tergantung pada sudut pandang dari setiap orang yang hendak mendefinisikannya. Sehingga kesuksesan tidak bisa diukur dari sekedar tercapainya cita dan kehendak sesorang.

Menarik untuk mencermati buku karya Widarko Bangkit berjudul Sukses itu, penulis dengan cermat merangkai beberapa catatan yang berkaitan dengan kriteria sukses dari berbagai sudut pandang, sehingga sukses tidak hanya dimaknai dari persoalan materi semata. Jauh dari tiu ada banyak sekali hakekat sukses yang bisa dijadikan komparasi, meski tak cukup untuk dimasukkan dalam kriteria sukses yang sesungguhnya.

Nilai suatu hal bukan terletak pada persoalan materi,  melainkan kualitas dari hal-hal yang dilakukan. Banyak hal yang dapat diambil sebagai contoh, salah satunya sebuah film yang mampu meraih keuntungan besar. kesusksesan  film tidak hanya dipandang dari nilai keuntungan material. Sebagian besar orang beranggapan film yang sukses berarti menghasilkan laba besar, padahal hakekatnya tidak demikian, karena ada hal yang jauh lebih penting, yaitu proses pembuatan film itu sendiri. (Hlm. 16).

Sampai di sini, sudah sangat jelas, bahwa materi tidak menjai ukuran sukses, ada kegiatan proses yang menjadi nilai kepuasan dari suatu perbuatan, dan itu masuk pada hakekat sukses. 

Ada sebagian orang juga berpendapat bahwa sukses juga ditentukan oleh faktor keturunan, asumsi ini lahir karena jika seorang anak lahir dari keluarnya kaya, maka dengan samgat gampangnya ia akan merih apa yang dicita-citan. Nah, persepsi ini lagi-lagi kembali pada ukuran materi sebagai nilai kesuksesan.

Dengan demikian, anda dapat menyadari bahwa kesuksesan tidak dapat ditentukan oleh faktor genetika, melainkan melalui kerja keras.(Hlm. 49).

Berani untuk bangkit
Manusia lahir dan hidup dengan diwarisi sifat salah dan lupa, kedua sifat ini akan mengikuti kemana kaki melangkah. Maka sangat mungkin akan terjadi kekhilafan dan kesalahan dalam setiap langkah manusia, sekecil apa pun. Buku ini juga membahas tentang bagaimana manusia bisa bangkit dari keterpurukannya. Bangkit dari kesalahan yang dilakukan dan memperbaikinya. Tindakan ini masuk dalam kriteria sukses, yah, sukses belajar dari kesalahan.

Tak seorang pun di dunia ini yang bersih dari berbuat salah. Ketika kesalahan terjadi, maka sudah sewajarnya manusia menganggap hal itu telah ditentukan. Namun demikian, hal selanjutnya yang harus dilakukan ialah mengelola kesalahan tersebut menjadi bernilai positif dan berharga di masa depan. (Hlm. 157).

Dengan demikian, jangan pernah memandang kesahan sebagai sesuatu yang negatif, berpikirlah positif bahwa kesalahan justru akan membawa anda pada kesempatan-kesempatan yang tak terduga. Mampu belajar dari setiap kesalahan merupakan hal hebat. Sebab, salah satu ciri kesuksesan adalah selalu berusaha melakukan sesuatu untuk menjadi lebih baik. (Hlm. 161).

Satu hal lagi yang tak terlupakan dalam buku ini, bahwa sukses harus termaknai ibadah, sehingga keberlangsungan hdup di dunia juga berimplikasi menjadi investasi akhirat, inilah ciri sukses pamungkas yang diurai penulias dalam buku stebal 206 halaman ini. Sukses adalah menjadikan hidup sebagai ibadah.

Hidup di dunia hanya sekali, sehingga, kehidupan sesaat ini merupakan satu-satunya kesempatan untuk beribadah kepada Tuhan. Sepahit apa pun hidup yang anda rasakan, nikmati dan jalani dengan syukur. Hal itu jauh lebih baik dari pada selalu berkeluh kesah yang hanya menambah luka di hati. (Hlm. 200).
Buku ini merupakan kumpulan 41 artikel pendek seputar hakekat kesuksesan, dan dengan sangat lihainya penulis meracik bahasanya dalam buku ini, sehingga sngat renyah untuk dikonsumsi kita semua. Mari kita pahami hakekat sukses yang sebenarnya dengan membaca buku ini.

Ahmad Wiyono; Alumni PP. Annuqayah, Jurnalis Tinggal di Pamekasan.


Tulisan ini dimuat di Harian Suara Madura Edisi 18 Maret 2015

Perjalanan Spiritual Menggapai Cinta Allah

Judul Buku : Spiritual Journy
Penulis : Jasser Auda
Penerbit : Mizania
Cetakan ; I Desember 2014
Tebal : 224 Halaman
ISBN : 978-979-433-864-3

Peresensi: Ahmad Wiyono*

Cinta letaknya di hati, meskipun tersembunyi, namun getarannya tampak sekali, ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan. (Jalaluddin Rumi).

Penggalan syair di atas menggambarkan betapa dahsyatnya makna cinta dalam kehidupan manusia, cinta akan mampu merubah angka lima menjadi dua, dan begitu sebaliknya. Bahkan kata Rumi cinta mampu merubah Budak menjadi raja. Iniah realitas cinta dalam konteks mahluk bernama manusia. 

Lantas bagaimana dengan Cinta Allah?, jika kedahsyatan cinta sesama mahluk sudah terasa luar  biasa, bisa kita bayangkan betapa dahsyatnya cinta Allah kepada hamban-Nya jika hal itu bisa diraih. Pertanyaanya adalah mungkinkah itu bisa terjadi?

Adalah buku Spiritual Journey (28 langkah meraih cinta Allah) yang berhasil menjawab pertanyaan mendasar di atas, bahwa Cinta Allah kepada mahluk-Nya adalah cinta sebenar-benarnya Cinta yang wajib untuk diperjuangkan oleh segenap mahluk di muka bumi, utamanya manusia yang beriman.

Buku ini memuat dengan lengkap beberapa langkah penting agar bisa meraih maqom manusia yang dicintai Allah, secara sistematis langkh-langkah itu diurai satu persatu dengan menggunakan bahasa yang sangat mudah dipahami oleh para pembaca.

Sedikitnya ada 28 langkah utama yang harus dilalui oleh setiap manusia beriman dalam rangka mencapai kesempurnaan Cinta sang Maha Cinta, 28 langkah-langkah itu bisa dinikmati dalam buku setebal 224 halaman ini. Sehingga kedahsyatan cinta Allah kepada manusia akan bisa diraih dengan sempurna.

Bertaubat dan penuh harap (Raja’) merupakan langkah pertama yang ditulis dalam bukiu ini, Taubat merupakan proses permohonan ampun sang hamba kepada Allah atas segala kesalahan yang dibuatnya. Ini menjadi penting mengingat sifat manusia yang tidak bisa lepas dari sifat salah. Sehingga dalam segala tindak tanduk kehidupan manusia harus selalu diimbangi dengan meminta ampun kepada Allah, dan disaat bersamaan manusia selalu optimis bahwa setiap permohonannya akan dikabulkan oleh Allah SWT. 

Raja’ seharusnya tidak dipengaruhi oleh gravitasi kesalahan-kesalahan seseorang. Sebaiknya, orang tersebut hendaknya mengusahakan niat yang sungguh-sungguh untuk bertaubat kepada Allah SWT, dan mengharap Rahmat-Nya. (Hlm. 35).

Setelah itu manusia perlu menanamkan sikap ikhlas kepada Allah, langkah ini bagian dari tangga penting untuk meraih Cinta-Nya. Dengan sikap ini manusia bisa memahami secara utuh apa sebenarnya takdir Allah dan menerimanya dengan sabar. –baik atau pun jelek-.

Keikhlasan kepada Allah SWT, adalah hal esensial dalam perjalanan spiritual kita.  Ibn Ata’illah menyatakan; Aamal-amal itu bagaikan tampilan fisik semata yang hanya dapat hidup dengan adanya spirit keikhlasan. Jika kita membayangkan kiasan (tamsil) antara perbuatan dan tubuh manusia, maka perbuatan yang hampa dari keikhlasan itu seperti tubuh tanpa nyawa, yakni layaknya tubuh yang mati. (Hlm. 52).

Buku ini bukan hanya penting, tapi juga indah untuk terus diselami. Tangga demi tangga dalam perjalan meraih cinta Allah tak ada yang luput dalam catatan cataan penting buku ini, terjemahan kitan klasik Al hikam ini betul-betul mengajak kita untuk menjadi hamba yang meraih cinta-Nya.

Tangga penting lainnya adalah dengan cara menyeru umat manusia untuk menuju Allah, mengapa? Tindakan tersebut selaian merupakan ikhtiyar ubudiyah, juga tergolong pada kesalehan sosial, yaitu mengajak sesama untuk juga melakukan seluruh yang diperintah oleh Allah sekaligus juga menjauhi segala larangan-Nya. Namun demikian, harus kita ingat bahwa dalam setiap upaya mengajak sesama ke jalan Allah harus didahului dengan tindakan nyata dari kita sebagai pengajak, dalam istilah lain adalah “ibda’ binafsik”.

Jika anda ingin memberi nasehat kepada siapa pun, perbaiki hati anda terlebih dahulu. Jika anda memiliki niat yang jernih (ikhlas) dalam hati, pengaruh anda terhadap orang lain akan lebih kuat, yaitu orang-orang akan memahami kata-kata anda dan memahami gerak-gerik tubuh anda (gesture). (Hlm. 192).

Akhirnya, kita akan tiba pada puncak tangga dalam rangka mencapai cinta-Nya, yaitu Hidup penuh berkah dan manfaat yang berkelanjutan, hal ini sebgai buah dari rentetatan tangga-tangga yang telah dilaksnakan. Keberkahan hidup dan kemnafaatan yang berkelanjutan merupakan mimpi setiap manusia, dan mimpi itu akan terwujud jika semua langkah kita laksnakan dengan baik.

Ada berkah melimpah dalam keikhlasan, jika suatu hal dilaksanakan dengan penuh keikhlasan, semata-mata karena Allah SWT. Niscaya hal tersebut akan diberkahi. Kehidupan yang penuh keikhlasan adalah kehidupan penuh berkah yang tidak dapat diungkapkan oleh kata-kata maupun dituliskan oleh pemahaman. (Hlm. 209).

28 langkah meraih cinta allah dalam buku ini merupakan terapi spiritual yang kita yakini aka mampu membawa kita pada maqom Abdullah yang betul-betul meraih dahsyatnya cinta Allah. Hati akan bergetar,  dan kita akan menemui kehidupan dan kemakmuran luar biasa saat cita-Nya menyatu dalam nafas kita, di dunia dan di akhirat. Selamat membaca.

*Ahmad Wiyono; Alumni Ponpes Annuqayah Sumenep, Jurnalis tinggal di Pamekasan.


Tulisan ini dimuat di Kabar Probolinggo Edisi 10 Maret 2015

Pesan Al-Qur’an untuk Keluarga Sakinah

Judul Buku : Nasihat Al-Qur’an untuk Suami isteri
Penulis : Bambang Q-Anees
Penerbit : Zamania
Cetakan : 1. 2014
Tebal : 198 Halaman
ISBN : 978-602-1337-18-9

Peresensi : Ahmad Wiyono*


Setiap manusia yang telah selesai melangsungkan pernikahan tentunya selalu berharap untuk bisa merajut keharmonisan dalam setiap perjalan keluarga barunya itu, berbagai upaya tentu akan dilakukan untuk melanggengkan hubungan suci yang telah diikat dalam perjanjian ijab qabul tersebut.

Dalam islam, keharmonisan rumah tangga muslim populer disebut dengan istilah keluarga Sakinah, mawaddah wa Rahmah. Tiga prinsip ini selalu menjadi harapan dan doa para keluarga muslim utamanya di awal wal pernikahan mereka, dengan harapan keluarga itu bisa bertahan hingga maut yang memisahkan.

Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam telah banyak memberikan keterangan seputar tata cara dan upaya merawat keharmonisan sebuah rumah tangga, kitab suci itu juga dengan lengkap menyimpan pesan-pesan luar biasa terhadap umat islam termasuk dalam menjaga keharmonisan suami isteri.

Buku berjudul Nasihat al-Qur’an untuk Suami Isteri ini merangkum pesan-pesan penting untuk keharmonisan sebuah rumah tangga, banyak sekali panduan yang termaktub di dalam buku ini yang bisa dijadikan dasar dalam mengarungi bahtera keluarga menuju sebuah keuara yang sakinah.

Sakinah sendiri, dalam buku ini diartikan sebagai tenangnya sesuatu setelah bergejolak, artinya orang yang belum  berpasangan tiak tenang dan merasa kehilangan sesuatu, barulah ia akan merasa tenang setelah menemukan pasangannya dan berpasangan memlalui pernikahan. (Hlm. 16).

Dialah yang mencipatakan kamu dari jiwa yang satu dan darinya dia menciptakan pasangannya, agar ia merasa tenang kepadanya. (QS 7: 189).

Tenang, tenteram dan damai, itulah salah satu filosofis dari Sakinah, maka keluarga yang telah berhasil meraih keluarga sakinah perjalannan hidupnya akan selalu tenang dn damai. Seperti yang telah dijelaskan dalam ayat di atas. 

Meraih predikat keluarga sakinah tentu tidak hanya sebatas diucapkan dengan kata-kata, tapi kesakinahan keluarga itu akan terpancar dalam setiap pergerakan hidup sang keluarga tersebut, perjalanan hidup mereka selalu diwarnai dengan ketenteraman dan kedamaian.

Ketidaksamaan persepsi dalam keluarga, atau pun perbedaan keinginan akan selalu menemukan titik temu dalam perjalanan keluarga sakinah itu sendiri, karena mereka meyakini bahwa perbedaan adalah dinamika dalam pernikahan sekaligus nikmat yang harus dijalani bersama. Pancaran ini terus menjadi warna pada keuarga yang telah meraih predikat sakinah tersebut.

Pernikahan adalah kegiatan masa-memasak yang menyatukan dua hal berbeda menjadi satu kesatuan tapi tetap terasa bagian bagiannya. Itulah yang seharusnya direncanakan dalam pernikahan kita. Semuanya kemudian tergantung pada kemampuan kepala koki atau kepala keluarga. (hlm. 124).

Kepala keluarga memiliki andil penting dalam rangka merawat keharmonisan rumah tangga, kemampuan memimpin dengan benar serta caranya yang baik akan menentukan kualitas keluarga itu sendiri. “yang paling baik diantara kamu adalah yang paling baik dan paling lembut terhadap keluarganya” (Al-Hadits).

Kita semua yakin, apabila sebuah keluarga telah dibangun di atas pondasi kepercayaan dan kebersamaan, maka terawatlah keharmonisan keluarga itu dengan baik. Perjalanan keluarga sakinah dalam buku ini digambarkan seperti halnya orang memasak dari berbagai bahan yang berbeda, namun untuk satu rasa dengan tidak menghlangkan karakternya masiang-masing.

Namun demikian, kita tak bisa memungkiri, bahwa perjalan bahtera keluarga pasti akan mememui satu persoalan hidup, entah itu persoalan ringan bahkan hingga pada masalah pelik sekalipun. Masalah-masalah itu kita maknai sebagai hukum alam yang manusiawi dialami oleh mahluk yang bernama manusia.

Dalam kondisi ini, diperlukan jiwa besar, utamanya dari seseorang yang posisinya kebetulan menjadi objek masalah tersebut. Taruhlah misalnya ada seorang isteri yang tiba-tiba melakukan kesalahan, sementara sang isteri melakukan itu diluar kesengajaannya. Atau sebaliknya sang suami yang tidak sengaja melakukan kesalahan tersebut.

Maka, disinilah pentingnya sikap saling memaafkan. Belajar memaafkan dan bebrbesar hati utnuk selalu membuka pintu maaf terhadap dia yang tak sengaja melakukan keslaha itu tadi.
Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya diantara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni maka sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi maha Penyayang (QS 64: 14). (hlm. 150).

Betapa keharmonisan keluarga akan selalu diraih, jika keluarga muslim senantiasa mengembalikan setiap pesoalan hidup pada kita Suci Al-Qur’an.  Buku karya Bambang Q-Aneas setebal 197 halaman ini memuat pesan-pesan suci Al-Qur’an untuk para keluarga muslim, buku ini betul-betul  menjadi inspirasi untuk bisa meraih leuraga sakinah.


Ahmad Wiyono; Jurnalis, Peneliti dan Pengasuh Rumah Baca “Haidar Pustaka” Pamekasan Madura 


Tulisan ini dimuat di Harian Suara Madura Edisi 8 Maret 2015

Rabu, 18 Februari 2015

Bukan Ibadah Biasa

Judul Buku : Buku Saku Ibadah Hati
Penulis : Dr. Muhammad Musa al-Shareef
Penerbit : Zaman
Cetakan : 1. 2014
Tebal : 227 Halaman
ISBN : 978-6021687-40-6

Peresensi: Ahmad Wiyono

Istilah ibadah merupakan sebuah aktifitas ritual kaum beragama yang dilakukan secara rutin dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhannya. Dalam Islam ibadah berarti ketaatan kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.

Interpretasi Kegiatan-kegiatan ibadah sejauh ini terwujud dalam bentuk aktifitas fisik, yang kemudian disebut dengan ibadah fisik, seperti Shalat, Puasa, Haji dan lain sebagainya. Namun demikian, ada satu jenis ibadah yang maqomnya di atas ibadah fisik, yaitu ibadah hati.

Jenis ibadah yang satu ini dikupas tuntas dalam Buku Saku Ibadah Hati karya Dr. Muhammad Musa al-Shareef. Di buku ini penulis secara detil mengurai perihal makna, prinsip, urgensi  dan kelebihan dari ibadah hati itu sendiri. 

Makna Ibadah hati sendiri merupakan kegiatan bathiniah yang berpengaruh terhadap perbuatan dan ucapan lahiriyah, dalam hal ini sangatdipastikan bahwa  ibadah fisik sangat ditentukan oleh kulaitas ibadah hati seorang hamba. Maka, disinilah arti awal keutamaan ibadah hati dibanding ibadah fisik.

Ibadah  fisik memang sangat penting. Sebab, ibadah fisik adalah bukti keislaman, tanda keimanan, dan cermin dari ihsan yang benar. Namun, dibandingkan dengan ibadah fisik, ibadah hati jauh lebih agung, lebih berpengaruh, dan lebih indah. Hatilah yang merasakan kebahagiaan ketika dekat dan taat kepada Alllh. Sementara ibadah yang dilakukan fisik hanyalah pancaran cahaya dari hati yang dekat dan taat kepada Allah. (Hlm. 47).

Pelaksanaan ibadah hati, sekali lagi sangat berpengaruh terhadap ibadah fisik, maka jangan sampai terjadi kesalahan ibadah hati karena hal iti bisa berpengaruh terhadap rusaknya ibadah fisik. Beberapa contoh rusaknya ibadah fisik karena rusaknya ibadah hati antara lain adalah tidak ikhlas, sombong dan dengki. (Hlm. 48-50).

Sementara itu, beberapa jenis ibadah hati yang termaktub dalam buku ini adalah perbuatan Ikhlas, tobat, Tawakal, Takut kepada Allah, dan Sikap berharap. Beberapa jenis ibadah qolbu di atas menjadi ukuran penting terhadap kualitas ibadah fisik manusia.

Ikhlas termasuk perbuatan batin yang tidak dapat dilihat mata manusia, malaikat dan setan. Rasulullah bersabda, “pada hari kiamat, catatan amal yang masih bersegel dibawa dan diserahkan ke hadapan Allah, Allah berfirman; “Tolaklah amal yang ini dan terimalah amal yang ini”. Malaikat pun bertanya, demi kemuliaan dan keagungan-Mu, bukankah semua yang tercatat di dlam buku catatan ini adalah kebaikan?. Allah menjawab, ‘Amal itu dilakukan bukan karena mengharapkan Rida-Ku. Dan Aku hanya akan menerima amal yang dilakukan demi mengharap rida-Ku’. (Hlm. 79).

Ikhlas adalah satu dari sekian banyak jenis ibadah hati, ini yang di awal diartikan bahwa akan terjadi kerusakan ibadah fisik sebagai implikasi dari rusaknya ibadah hati, maka ditolaknya amal kebaikan seseorang kelak dihadapan Allah salah satunya akibat hatinya tidak Ikhlas dalam beribadah, dalam keterangan di atas adalah perbuatan amal yang diakukan tidak Karena mengharap rida Allah SWT.

Sementara itu, hal yang tidak boleh kita lupakan dalam kehidupan kita adalah perbuatan akhlak mulia, perbuatan ini juga tergolong pada salah satu jenis ibadah Qalbu, dalam buku ini secara gmblang diurai perihal Akhlak mulia tersebut. 

Implemintasi akhlak mulia itu Pertama; adalah perbuatan jujur, kejujuran adalah prinsip orang yang beriman, kejujuran akan menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat. Kedua adalah Kesabaran, kesabaran termasuk Aklak Islam yang utama dan wajib. Dalam strktur keimanan, kesbaran adalah kepalanya. Dan Aklhlak mulia yang ketiga adala Rendah hati,  Rendah hati adalah Akhlak seorang mukmin, orang yang rendah hati akan dimuliakan oleh Allah dan dipuji manusia. (Hlm. 200-215).

Sungguh buku ini begitu “sempurna” mengajari kita umat islam untuk menjadi hamba yang sukses dalam beribadah, ibadah hati termasuk ibadah fisik. Karena ibadah fisik jug ditentukan oleh kualitas ibadah hati seseorang. jika kita memiliki I’tikad baik untuk membenahi kualitas ibadah kita kepada Allah, maka buku setebal 227 haaman ini patut kita pelajari dengan seksama untuk kemudiaN dijadikan tuntunan dalam melakSanakan ibadah sehari hari. Semoga allah meridai kita semua.

Ahmad Wiyono; Alumni PP. Annuqayah, Jurnalis dan Dosen Universitas Islam Madura (UIM) Pamekasan


Tulisan ini dimuat di Radar Surabaya Edisi 15 Februari 2015

Cara Tepat Meraih Hidup Sehat

Judul Buku : Rahasia Pola Makan Sehat
Penulis : Adi D. Tilong
Penerbit    : Flashbooks
Cetakan     : Desember 2014
Tebal : 178 Halaman
ISBN : 978-602-296-055-3

Peresensi        : Ahmad Wiyono*

“Kesehatan itu seperti Uang, kita tidak pernah menyadari nilainya sampai kita kehilangan” (Josh Billigs).

Kata bijak di atas mengisyaratkan betapa sangat pentingnya kesehatan, namun kadang kita lalai dalam merawat kesehatan itu sendiri, shingga hal terburuk pun terjadi dan kita baru sadar bahwa sudah lalai dalam menjaga kesehatan.

Kesehatan manusia pada esensinya merupakan anugerah terbesar dari sang Pencipta, itu sebabnya manusia diharuskan menjaga kesehatannya sebelum datang masa sakit. Itulah makna syukur terhadap kesehatan berupa merawat dan menjaga kesehatan itu sendiri.

Ada banyak cara yang bisa diakukan manusia dalam rangka menjaga dan merawat kesehatannya, diantaranya adalah rajin berolahraga, olah raga akan mampu mengaktifkan seluruh organ tubuh manusia sehingga peredaran darah menjadi lancar. 

Sering kita dengar bahwa beberapa sumber penyakit pada mansuia sering terjadi akibat masalah pada peredaran darah, maka sudah seharusnya manusia bisa mengontrol kondisi dan tensi darah agar kesehatannya terus terjaga.

Selain itu, faktor makann juga menjadi perihal penting dalam menjaga kesehatan, apalagi saat ini semakin banyak jenis makanan yang begitu menggiurkan namun belum tentu teruji secara klinis termasuk juga belum terjamin keamanannya untuk kesehatan manusia.

Rahasia Pola makan sehat adalah judul Buku karya Adi D. Tilong yang menawarkan seabrek rahasia pola makan sehat agar manusia bisa merawat kesehatannya dengan baik. 

Masyarakat Indonesia rata rata sebagai konsumen nasi, karena masyarakat kita dianggap belum makan jika belum mengkonsumsi nasi itu sendiri, sementara kita tahu lauk nasi begitu beragam dengan segala produk menu yang ditawarkan.

Jika pola makan tidak diatur dengan baik, dapat kita bayangkan betapa dampak buruk terhadap kesehatannya sudah menanti, maka perlu sekali diatur pola maka ideal demi tetap menjaga nilai kesehatan tanpa mengurangi kenimatan makan itu sendiri.

Pola makan idel dalam buku ini diulas dalam tiga model, yaitu makan dua kali sehari, makan tiga kali sehari atau makan lebih dari tiga kali sehari. Masing masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Di Indonesia, makan tiga kali sehari sudah menjadi aturan baku bagi mereka yang ingin mendapatkan tubuh yang sehat. Namun ini akan berbeda pada setiap daerah atau Negara yang mempunyai kebiasaan yang berbeda. (Hlm. 15).

Sementara itu, jenis makanan yang sehat belum tentu menghasilkan kesehatan pada tubuh jika dikonsumsi dalam kondisi yang salah. Maka buku ini juga menawarkan  agar manusia bisa makan tepat waktu sehingga bisa menghasilkan kesehatan bagi tubuh manusia.

Diantara manfaat makan tepat waktu adalah menjauhkan dari penyakit magg, menjauhkan anda dari sakit jantung, dapat memberi energy yang lebih saat beraktifitas, menghindarkan anda dari obesitas, dan meningkatkan daya konsentrasi.

Mengapa konsentrasi sangat dibutuhkan ketika bekerja?, sebab, kadang kala konsentrasi menurun ketika seseorang sedang bekerja, misalnya gairah bekerja tiba tiba menghilang dan otak anda juga sulit diajak berfikir. Hal ini jika dibiarkan dapat berbahaya, baik terhadap perusahaan atau instansi tempat anda bekerja maupun teradap diri anda sendiri. Sebab penurunan konsentrasi bisa mengakibatkan menurunnya produktifitas anda dalam bekerja berkurang. (Hlm. 48).

Nah, makan tepat waktu menjadi satu kunci terhadap keberhasilan kerja, Karena makan tepat waktu sangat membantu terhadap peningkatan daya konsentrasi seseorang. 

Selain tu, kita sangat dianjurkan untuk memlihih waktu yang tepat untuk melansungkan sarapan pagi, makan siang hingga makan malam. Hal itu menjadi penting Karena tubuh juga memiliki waktu kapan yang pas untuk memerima makanan, utamanya pada organ pencernaan.

Sesuai namanya, sarapan atau makan pagi diakukan pada pagi hari. Adapun waktu yang tepat untuk melakukannya adalah  anatara jam 06.00-10.00 pagi. Idealnya berdasarkan consensus para ahli gizi dan kementerian Kesehatan, sarapan mestinya dilakukan sepagi mungkin, sebelum anda melakukan aktifitas. (Hlm. 58).

Waktu makan siang yang tepat dan paling baik adalah antara jam 12-1 siang. Bagi anda yang bekerja dikantor jam tersebut biasanya adalah waktu istirahat. Waktunya yang sempit mengharuskan anda memanfaatkannya dengan sebaik baiknya. Sebaliknya, anda disarankan untuk tidak makan siang terlalu awal atau terlalu telat. (Hlm. 92).

Waktu makan malam yang paling baik dan sangat disarankan oleh para ahli kesehatan adalah 2-3 jam sebelum anda tidur malam. Dengan aturan ini anda tidak perlu memberikan batasan-batasan sendiri terhadap waktu makan malam anda. (Hlm. 155).

Sungguh jika waktu makan (mulai pagi, siang hingga malam) ini bisa kita lakukan dalam kehidupan kita sehari hari, maka sangat mungkin kesehatan tubuh kita akan terjaga dengan baik. Karena sekali lagi waktu makan yang tepat juga menjadi penentu keehatan tubuh manusia.

Buku ini sangat direkomendasikan bagi anda semua, agar senantiasa bisa merawat keesehatan tubuh dengan menjaga pola makan yang tepat, sehingga selalu sehat, bugar dan sejahtera. Hidup sehat harus dengan pola makan sehat. Semoga.

Ahmad Wiyono; Jurnalis, Pengajar dan Pengasuh Rumah Baca “Haidar Pustaka” Pamekasan Madura



Tulisan ini dimuat di Harian Bhirawa Edisi 30 Januari 2015

Mengasah Keterampilan Komunikasi Lisan

Judul Buku : Ngobrol Asyik Dengan Siapa Saja
Penulis : Ian Dimas
Penerbit    : Saufa
Cetakan         : Desember 2014
Tebal : 210 Halaman
ISBN : 978-602-296-069-0

Peresensi          Ahmad Wiyono*

Sikap dan karakter seseorang kadang bisa dilihat dari cara dan gaya bicaranya, ini sebabnya orang selalu berhati hati dalam menjaga gaya bicara demi menjaga kredibilitas utamanya ketika berada di depan publik.

Tak berlebihihan rasanya ketika pepatah lama mengatakan bahwa “lidahmu harimaumu” atau pepatah lain “Lidah itu lebih tajam dari pedang”. Ini mengisyaratkan bahwa setiap perkataan akan mengandung banyak akibat yang berdampak langsung baik kepada lawan bicara maupun kepada sang pembicara.

Berbicara yang baik tentu membutuhkan cara berbicara yang baik pula, karena berbicara adalah proses bagaimana seseorang berkomunikasi dan menyampaikan sesuatu secara tepat, efektif, efsisien dan seterusnya. Jika seseorang berbicara diluar batas kewajaran dan melebihi dari sesuatu yang diinginkan oleh lawan bicaranya, maka sang lawan bicara merasa bosan dan bahkan ingin segera mengakhiri pembicaraan tersebut.

Setidaknya, ada tiga hal yang bisa diperhatikan dalam menyusun suasana bicara yang baik, yaitu Vocal, verbal dan Visual. Nah yang Visual ini berkaitan dengan gaya atau etika kita dalam berbicara, sehingga seseorang secara nyaman menikmati alur pembicaraan kita, atau dalam istilah lain disebut dengan bahasa tubuh.

Adalah Ian Dimas alias Yulian Adi Saputra berhasil meramu beberapa rumus berkomunikasi lisan dengan baik sehingga melahirkan obrolan asyik baik kepada lawan atau pun kepada diri kita sendiri, ramuan itu lengkap tersaji dalam buku “Ngobrol Asyik Dengan Siapa Saja” ini.

Diantaranya adalah ketika seseorang hendak memullai suatu pembicaraan, maka hendaknya ia paham kondisi sekitar bahkan kondisi orang yan diajak berbicara, ini penting karena kondisi kejiwaan seseorang yang kita ajak bicara belum tentu sama dengan apa yang kita rasakan.

Maka dari itu, harus ada “pemanasan” untuk mengetahui seperti apa kondisi kejiwaan, atau setidaknya memahami apa hobi dari lawan bicara kita, sehingga pembicaraan akan menjadi cair dan berlangsung dengan  nyaman. Dan saat itulah dengan gampang kita bisa memasukkan topik tentang apa yang hendak kita sampaikan terhadap orang tersebut.

Orang yang berpengalaman dalam bergaul, biasanya dapat mengubah suasana hati mereka dengan cepat; dari yang tadinya berfikir soal tagihan kredit, nilai kuliah yang jelek, berantem dengan kekasih, serta hal hal yang memusingkan kepala lainnya, dapat langsung berubah menjadi ramah dan bersahabat ketika bertemu dengan orang lain. Namun sebelum kamu bisa menjadi orang seperti itu, sebaiknya lakukan social warning up  atau pemanasan social terlebih dahaulu. (Hlm. 44).

Ini kunci awal memulai pembicaraan, jika seandainya hal hal tersebut di atas malah terjadi pada lawan bicara kita, maka cara tahu terlebih dahulu apa kira kira kata kunci yang pas untuk memulai pembicaraan tersebut.

Buku ini secara rinci menjelaskan ramuan cara bicara yang asyik baget pokonya, sehingga tak ada suara yang keluar percuma dari mulut kita. Misalnya bagaimana kita punya konsep pembuka percakapan. Ini penting dalam rangka menghindari ngalur ngidup dalam berbicara.

Konsep pembuka pembicaraan dimaksud tercover dalam buku ini secara jelas, mulai dari Direct Opener (kalimat pembuka langsung tanpa basa basi), ada juga Indirect Opener (Kalimat pembuka tidak langsung), Trick Modus Opener (Menggunakan sedikit cara licik), dan juga ada cara Situasional Opener (Menggunakan Situasi yang ada). (Hlm. 54-57).

Dengan demikian, seseorang yang akan memulai suatu pembicaraan bisa memilih model pembuka pembicaraan di atas, tentu dengan beberapa kelebihan dan kekurangan masing, semua itu tergantung selera dari orang yang melakukan komunikasi tersebut.

Selain itu, seorang pembicara juga harus memperhatikan durasi pembicaraan, ini juga penting karena orang yang kita ajak bicara belum tentu memiliki waktu yang sama dengan kita, maka panjang pendeknya pembicaraan perlu diatur betul ketika sedang melangsungkan pembicaraan. 

Dalam kondisi tertentu  mislanya, maka perlu mempersingkat pembicaraan, namun tanpa mengurangi isi pembicaraan itu sendiri. Sehingga pembicaraan atau lawan bicara tak perlu bertele tele, namun langsung terhadap inti pembicaraan, maka harus dicari moment pas kapan isi pembicaraan itu akan disampaikan.

Selalu biasakan untuk memperhatikan kata kata kunci dari pembicaraan mereka, dengan focus terhadap kata kata kunci, kamu bisa mengekplorasi topic topic lainnya. Setelah dapat kata kunci gunakan pertanyaan terbuka untuk mengeksekusi kata kunci tersebut menjadi sebuah topic obrolan. (Hlm. 119).

Berbicara asyik, tidak hanya ketika face to face (darat), melainkan juga bisa dilakukan di dunia maya, atau paling tidak melalui alat komunikasi seluler. Dan buku ini secara lengkap juga meramu cara ngobrol asyik di dunia tersebut, seperti SMS, BBM dan social media lainnya. Lengkapnya bisa dilihat di bagian 3 pada buku ini.

Rasanya rugi jika harus melewatkan buku ini, apalagi jika anda sedang mengasah keterampilan komunikasi lisan. Buku setebal 210 halaman ini betul betul menjadi ramuan mujarab untuk menjadikan kita sebagai pembicara yang asyik kapan dan di mana saja.

Ahmad Wiyono; Jurnaiis, Pengajar dan Pengasuh Rumah Baca “Haidar Pustaka” Pamekasan Madura


Tulisan ini dimuat di Harian Suara Madura Edisi 29 Januari 2015

Menyelami Esensi Perang Rasulullah

Judul Buku : Perang Muhammad, Kisah Perjuangan dan Pertempuran Rasulullah
Penulis : Dr. Nizar Abazha
Penerbit           : Zaman
Cetakan    : I 2014 (Edisi terbaru)
Tebal : 356 Halaman
ISBN : 978-602-1687-19-2

Peresensi : Ahmad Wiyono*


Perjalan dakwah Rasulullah Muhammad SAW dalam mensyiarkan dan menegakkan Islam tidak semata mata dihadapkan pada jalanan mulus berbunga, namun justru selalu berhadapan dengan jalan terjal serta kerikil kerikil perlawanan yang setiap waktu menghadang dakwah beliau.

Berbagai jenis rintangan serta rongrongan selalu dirasakan nabi dalam setiap perjalanan dakwahnya, cara cara kotor kerap dilakukan para penentangnya dengan tujuan untuk menghentikan dakwah beliau. namun semua itu beliau lalui dengan satu modal kesabaran dan keyakinan bahwa kebenaran harus terus ditegakkan.

Kendati demikian, konsistensi beliau dalam menjalankan dakwah acapkali harus berujung pada pertempuran atau peperangan terbuka, ini sebagai langkah akhir para pejuang Islam di masa itu untuk bisa mempertahankan dan memperjuangakan dakwah Nabi Muhammad SAW.

Sejarah telah mencatat banyak sekali peperangan yang pernah dilakukan nabi waktu itu, dan dalam setiap peperangan hampir selalu dimenangkan oleh Umat islam. Kondisi ini yang kemudian melahirkan persepsi negatif bahwa islam ditegakkan dengan cara kekerasan. Utamanya dari kalangan barat yang selalu menuding bahwa Islam sebagai biang radikalisme.

Buku berjudul Perang Muhammad ini mencoba menjawab apa sebenarnya esensi dari perang yang telah dilakukan oleh nabi dan para pengikutnya waktu itu. Melalui kelihaian Dr. Nizar Abazhah dalam mengurai data dan historis perang Rasulullah, terangkumlah perihal makna dan esensi perang yang pernah terjadi di masa Nabi tersebut.

Tuduhan bahwa Islam lahir dari ayunan pedang mulai terbantahkan, sebab perang yang dilakukan nabi selalu terjadi karena sebab-sebab yang rasional secara hukum serta demi menegakkan satu kebenaran agung yaitu agama Islam. Tidak hanya itu, rentetan peperangan yang pernah dilakukan nabi selalu berlandaskan etika atau moralitas peperangan, sehingga perang tidak hanya sekedar diartikan unjuk kekuatan tapi jauh dari pada itu untuk membela kebenaran.

Aku ingin berpesan kepada kalian sepuluh hal, berperanglah dengan nama Allah dan di jalan Allah, jangan berkhianat, melanggar janji, dan memotong motong tubuh mayat, jangan membunuh anak kecil, orang lanjut usia, dan perempuan. Jangan menebang pohon serta merusak dan membakar pohon kurma. Jangan menyembelih kibas atau unta kecuali untuk dimakan. Kalian akan melewati suatu kaum yang menyepi di biara-biara, biarkan mereka. Perangi orang orang yang memerangi kalian dan berdamailah dengan orang-orang yang berdamai dengan kalian.  Jangan melampaui batas karena Allah tidak mencintai orang-orang yang melampaui batas. (hlm. 328-329).

Inilah kode etik peperangan yang dilakukan oleh umat islam, sangat menjunjung tinggi makna kemanusiaan dan penuh dengan perdamaian, maka sekali lagi tak benar jika harus dikatakan Islam lahir dari sabetan pedang para pejuang islam itu sendiri.

Bahkan pada bab lain buku ini dijelaskan bahwa ada tiga alasan penting mengapa nabi harus melakukan perang. Pertama, melayani serangan musuh seperti pada perang Badar, Uhud dan Khandak. Nabi meladeni perang itu dalam rangka mempertahankan diri. Kedua, memberi pelajaran terhadap musuh yang mencari gara-gara atau bersekongkol mengganggu kaum muslim meskipun sudah ada nota perjanjian atau kerja sama. Dan Ketiga, menggagalkan rencana musuh yang mengancam kaum muslim. (hlm. 271).

Semakin jelaslah betapa perang yang dilakukan nabi semata mata hanya demi mempertahankan dan menjaga kemaslahatan umat islam ketika dalam kondisi dirongrong atau diganggu oleh para kafir. Ssehingga tidak mungkin ada perang jika tidak dalam rangkan melayani serangan, memberikan efek jera atau pelajaran, serta untuk menggagalkan rencana musuah itu sendiri.

Apalagi sejarah telah menjelaskan bahwa pada dasarnya Nabi Muhammad SAW sendiri sangat tidak senang melakukan pembunuhan, bahkan terhadap kaum Musyrik sekalipun beliau lebih suka berdamai. 

Selain mempertegas esensi perang yang telah dilakukan oleh Nabi, buku ini juga mengulas banyak hal seputar silsilah perang yang pernah terjadi di masa perjuangan islam tersebut.setidaknya mulai Dari bab pertama hingga bab tiga buku ini dengan detil mengurai seputar sejarah perjuangan nabi. Seperti konfrontasi awal perang, genjatan senjata hingga pada sejarah dan silsilah penaklukan Makkah dan pasca Penaklukan makkah.

Tidak hanya itu, perang yang pernah terjadi juga merambah pada perang non Meliter, penjelasan ini lengkapnya ada pada bab Empat di buku ini, perang non melieter dimaksud adalah perang Informasi, Ekonomi dan Psikologis.

Buku ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru seputar peperangan yang dilakukan oleh Nabi, tapi juga mampu menepis tudingan tentang arti perang yang dimaknai sebagain orang sebagai modal untuk membangkitkan Islam yang belakangan disebut bahwa islam lahir dari ujung pedang. Padahal perang yang dilakukan nabi semata mata demi mempertahankan keutuhan Islam itu sendiri. Sekali lagi buku ini layak untuk kita baca sebagai bahan pengetahuan tentang makna perang yang sebenarnya.

Ahmad Wiyono; Jurnalis, Peneliti dan Pengasuh Rumah Baca “Haidar Pustaka” Pamekasan Madura Jatim


Tulisan ini dimuat di Harian Kabar Madura dan Majalah Fokus

Optimis Yes, Pesimis No

Judul Buku : Habis Galau Terbitlah Move On
Penulis : J. Suhardianto
Penerbit    : Penerbit Bentang
Cetakan    : November 2014
Tebat : 326 Halaman
ISBN : 978-602-291-067-1

Peresensi        : Ahmad Wiyono*

Perjalanan hidup manusia selalu dihadapkan pada dua pilihan dan hasil yang nyaris tidak sama, gagal atau berhasil, maju atau mundur, bahkan hidup atau mati. Dua kutub ini akan menjadi pilihan hidup setiap manusia dalam menjalani roda kehidupan.

Dalam perjalanannya, manusia jelas selalu menginginkan hasil yang baik yang sesuai dengan cita-cita hidupnya, yaitu ingin berhasil dan tak mau gagal, ingin maju dan enggan mundur, bahkan ingin terus hidup seakan tak sudi untuk mati. Harapan ini hampir pasti menjadi “angan” setiap manusia yang ada di muka bumi ini. 

Namun demikian, tak selamanya perjalan manusia selalu mulus bertabur bunga, ada kalanya dia harus melewati jalanan terjal dan berliku bahkan berbatu. Gagal harus dirasakan, mundur pun tak bisa dilewatkan, dan akhirnya mengakhiri kehidupan. Inilah hukum alam yang seakan “menjadi nasib” setiap manusia yang bernyawa. Harus merasakan manis dan pahitnya kehidupan.

Dalam kondisi ini yang diperlukan manusia adalah semangat untuk bangkit, sebesar apa pun keterpurukan dan kegagalan yang dialami, jika dibarengi dengan kesadaran untuk merubah diri, maka sangat mungkin perubahan besar akan dialami oleh manusia itu sendiri, inilah kata lain dari pentingnya optimisme dalam menata hidup.

Buku Habis Galau Terbitlah Move On (HGTMO) ini memiliki misi besar untuk mendongkrak semangat dan optimisme manusia dalam menjalani kehidupan. Sepahit apa pun hidup yang telah di alami, masih ada jalan untuk memperbaiki kehidupan itu sendiri, habis gelap terbitlah terang, setidaknya itu yang diinginkan dalam buku ini.

J. Sumardianta yang disebut pak Guru oleh Hernowo (pengantar buku ini) menyemai isi buku ini dengan sangat indah, seakan tak ada ruang sedikitpun yang terlewati dari segala sisi kehidupan manusia, terutama dalam menrevitaslisasi spirit hidup dan menjalani kehidupan. Soal kontradiksi dan paradoksnya kehidupan mislanya, penulis dengan lihai menggambarkan bahwa hidup ini memang sudah masuk pada era itu, namun sangat mungkin utnuk dijalani dengan baik.

Kita hidup pada suatu era yang kontradiktif dan paradoksal, keyakinan tinggal pemikiran tanpa berbekas pada perbuatan. Banyak orang baik, tetapi tidak berakal. Banyak orang berakal, tetapi tidak beriman. Berlidah fasih, tetapi lalai. Khusyuk tetapi sibuk dalam kesendirian. Ahli ibadah, tetapi kerasukan arogansi iblis. Ahli maksiat, tetapi rendah hati bagai sufi. Banyak tertawa, tetapi hati berkarat. Banyak menangis karena kufur nikmat. (Hlm. 32).

Potret kehidupan paradoksal inilah yang digambarkan oleh penulis Buku sebagai “ancaman” terbesar terhadap tatanan kehidupan manusia dalam menjangkau masa depannya. Kendati itu diakui sebagai dampak dari pergulatan zaman yang kian maju. Namun sekali lagi, itu akan menjadi pilihan terhadap para manusia itu sendiri.

Garis hidup memang terkesan tragis, manusia seolah tidak kuasa menolak dan menghindari garis hidup. Manusia hanya bisa menerima; adil atau tidak. Pengalaman Basyrah member hikmah bahwa tidak ada istilah kejamnya dunia bila manusia ikhlas menerima garis hidup. (Hlm. 61).

Ikhlas menerima garis hidup; sebuah kata kunci yang disampaikan penulis buku ini dalam mengarungi bahtera kehidupan, sehingga jika itu bisa diterapkan, maka perjalanan hidup manusia pasti akan menemukan sisi terang. Namun demikian, sekali lagi, ikhlas bukan berarti tanpa ikhtiyar atau usaha. Semuanya akan kembali pada seberapa jauh manusia menatap masa depan kehidupannya melalui jalur ikhtiyar.

Sementara itu, Dibutuhkan sikap dan sifat sosial yang tinggi agar manusia bisa menjalani kehidupannya di terngah-tengah masyarakat secara baik, sikap dan sifat itulah yang kemudian bisa mengangkat kualitas hidup manusia itu sendiri. Dalam bahasa buku ini disebut bermental sinergis.

Manusia bermental sinergis mendahulukan Kita ketimbang aku, Manusia sinergis, mengingat populasinya amat sedikit. Dalam bahsa statistik disebut pencilan. (Hlm.  54). Inilah mental sosial yang nantinya akan berpengaruh terhadap gaya hidupnya di tengah masyarakat. Maka hidup dengan mental tersebut akan berimplikasi terhadap meningkatnya nilai optimisme seseorang dalam mengarungi hidup, karena baginya hidup nyaman dengan masyarakat berarti dia telah meneukan makna hidup yang sesungguhnya.

Optimisme memberikan perlindungan, peisimisme membuat orang makin melemah. Optimisme itu abadi. Pessimisme itu sementara dan bersifat temporal. Itulah rumus kebahagiaan terpenting yang sadar atau tidak dipraktikkan di temat saya bekerja. (Hlm. 71).

Buku ini betul-betul mengajak kita semua untuk selalu hidup optimis, percaya diri menatap masa depan. Dengan gaya bahasa yang sangat mudah dicerna, buku ini sangat layak untuk dibaca oleh seluruh manusia yang menginginkan masa depannya lebih baik dan sesuai dengan cita-citanya. Maka habis Galau terbitlah Move On. 

Ahmad Wiyono; Jurnalis dan Pengajar. Tinggal di Pamekasan Madura Jatim


Tulisan ini dimuat di Harian Suara Madura

Menyemai Kerja Menjadi Ibadah

Judul Buku : Kerja Itu Ibadah
Penulis : Syamril
Penerbit    : Mizania
Tebal : 232 Halaman
ISBN : 978-602-1337-12-7
Peresensi : Ahmad Wiyono*

Pekerjaan adalah pekerjaan, begitulah sebagian orang memaknai kerja hanya sebatas bernilai kerja, sehingga yang mereka hasilkan hanya sebatas dari apa yang mereka kerjakan, tak ada hasil lain yang bernilai ubudiyah sebagai bagian dari buah pekerjaan itu sendiri.

Sementara islam memberikan kesempatan besar bagi umatnya untuk selalu mendapat nilai ganda dari setiap pekerjaan yang dilakukannya, yaitu niali ibadah yang sebenarnya setiap orang berpeluang untuk meraih hal tersebut.

Kesempatan itu akan diraih jika seseorang mampu memposisikan kerja tidak hanya sekedar untuk meraih keuntungan materi atau duniawi, tapi lebih dari pada itu juga diniatkan untuk hal hal yang lebih luas, dalam hal ini ketika bekerja diniatkan untuk kerangka ibadah kepada Allah. Misalnya kita bekerja kita niatkan untuk menafkahi keluaga kita yang ada di rumah.

Relevansi kerja dan ibdah ini akan semakin nampak ketika kita coba membaca beberapa keterangan bahwa setiap manusia berkewajiban untuk menfkahi keluarganya, maka naflah itu bisa diraih ketika manusia mampu bekerja, maka disinilah benang merah kerja bermakna ibadah.

50 Artikel hasil tulisan Syamril yang kemudian menjadi buku yang berjudul Kerja Itu Ibadah ini memberi pemahaman kepada kita bahwa kerja pada esensinya juga harus dimaknai dalam kerangka ibadah, yah. Ibadah yang tentu hasilnya adalah pahala dari Allah SWT. Inilah keuntungan ganda yang akan didapat oleh pekerja yang memaknai pekerjaannya sebagai ibadah itu sendiri.

Kerja yang bernilai ibadah ini tentulah pekerjaan yang didasarkan pada beberapa aspek Agama, seperti kejujuran dan Amanah. Setip pekerja tentu diharuskan memiliki sifat ini, karena siapapun yang bekerja dengan berlandaskan agama maka hasil pekerjaannya akan baik dan pahala suadah siap menanti orang tersebut.

Menjadi orang yang amanah dengan mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya memang sangat berat, wajar saja salah satu golongan yang sangat diistimewakan di hari akhir yaitu pemimpi yang Amanah. (hlm. 176).

Memang tidak segampang yang kita bayangkan, tapi selama kita mau berusaha, tidak ada yang tidak mungkin dalam dunia ini. Maka menjadi orang yang amanah adalah salah satu kunci seseorang untuk menjadikan pekerjaan sebagai ibadah kepada Allah SWT.

Menjalani kerja sesuai denga  kaidah dan nilai-nilai agama menjadikan manusia nyaman dalam bekerja, saat itu juga pahala bisa diraih dengan sangat mudahnya. Maka setiap manusia sangat dianjurkan untuk bisa menikmati setiap pekerjaannya tentu dengan berdasar pada proses amaliah sehingga membawa kemamfaatan bagi setiap manusia.

Jadi apa pun peran kita dalam idup –baik sebagai karyawan, wirausahawan, pegawai negeri, ibu rumah tangga, pekerja sosial, dokter, polisi, tentara, petugas kebersihan, satpam, sopir, pejabat dan lain sebagainya- itu semua adalah peran dan tugas yang penting dan mulia sepanjang memberi kemaslahatan bagi sesama. Keberadaan kita sangat penting karena kita semua adalah khalifah, pemimpin, pengelola dan pengatur kehidupan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab kita masing-masing. (hlm. 33-34).

Inilah yang dimaksud memaknai pekerjaan, jika hal ini sudah bisa kita laksanakan dengan baik, maka tak akan ada keresahan, keguandahan atau ketidak nyamanan dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan, apa pun jenis pekerjaan tersebut. Selama itu bermamfaat.

Sikap dan sifat penerima serta menikmati terhadap setiap jenis pekerjaan yang dilakukan  itu, merupakan kata lain dari syukur kita terhadap pekerjaan yang telah didapat. Syukur sendiri akan memiliki dampak besar terhadap pekerjaan dan hasil dari pekerjaan itu sendiri. Kita tentu masih ingat dengan Firman Allah yang artinya; “apabila manusia bersyukur, maka Allah akan menambah  nikmat, namun jika manusia ingkar sungguh adzab Allah sangat pedih”.  

Kerja menjadi ibadah menurut buku ini juga bisa diraih jika manusia mampu mensyukuri setiap pekerjaanya itu.  Syukur dengan lisan melalui ucapan Alhamdulillah (segala puji bagi Allah), lalu dengan perbuatan yaitu menggunakan segala yang telah Allah berikan sesuai dengan harapan Allah. Yaitu digunakan untuk hal-hal yang mermanfaat. (hlm. 130).

Sudah waktunya kita menjadikan pekerjaan kita sebagai ibadah, sehingga setiap tetes keringat  dan desah nafas kita akan melahirkan pahala dari Allah SWT. Buku setebal 232 halaman ini sangat pas untuk dijadikan referensi utamanya bagi anda yang saat ini belum mampu memaknai pekerjaan sebagai ibadah. Sehingga kelak kita mampu meraih keuntungan ganda, ya hasil pekerjaan secara materi, ya juga hasil secara ubudiyah sebagai bekal untuk kehidupan yang lebih kekal.

Ahmad Wiyono; Jurnalis, Peneliti dan Pengasuh Rumah Baca “Haidar Pustaka” Pamekasan Madura


Tulisan ini dimuat di Harian Kabar Probolinggo Edisi 5 Januari 2015

Melacak Surganya Kaum Perempuan

Judul Buku : Inilah wanita-wanita yang Ditolak Surga
Penulis : Nurlaela Ismawati
Penerbit    : DIVA Press
Cetakan    : 1. Oktober 2014
Tebal :  203 Halaman
ISBN : 978-602-255-705-0

Peresensi  : Ahmad Wiyono*

Pada prinsipnya Islam selalu memposisikan setiap laki laki maupun perempuan dalam posisi yang sama, karena Allah melihat manusia dari kulaitas ketaqwaanya, bukan karena jenis kelaminnya. Terkecuali bagi perempuan yang telah berstatus sebagai seorang isteri yang kemudian dia memiliki tanggung jawab lain dalam konteks posisinya sebagai siteri tersebut.

Di sisi lain, perempuan ternyata mendapat “ancaman” besar tentang posisinya kelak di akhirat, ancaman dimaksud adalah tergambarnya penghuni Neraka yang didominasi oleh kaum perempuan. Gambaran tersebut melahirkan pertanyaan besar, ada apa dengan kaum perempuan sehingga terancam menjadi penghuni terbanyak di neraka Allah kelak.

Tak bisa dipungkiri, pernyataan seperti di atas sudah sangat sering kita dengarkan, bahkan sering pula kita baca di beberapa literatur klasik karya para ulama terdahulu, termasuk dalam keterangan beberapa hadits Nabi Muhammad SAW. Bahwasanya kaum perempuan akan menjadi penghuni dengan jumlah terbanyak di neraka kelak di akhirat.

Nah. asumsi asumsi di atas terekam dalam sebuah Buku karya Nurlaela Ismawati ynag berjudul “Inilah Wanita-wanita yang ditolak Surga”. Menurut penulis buku ini, penghuni neraka terbanyak adalah kaum wanita, hal itu ditegaskan berdasarkan beberapa hadits yang penulis rangkum dari beberapa sumber yang kemudian tertuang dalam buku ini. Penulis buku ini juga meyakini bahwa hadits hadits tersebut adalah hadits shahih.

“Aku berdiri di depan pintu surga, lalu (kulihat) kebanyakan orang yang masuk ke dalamnya adalah orang orang miskin, dan orang orang kaya ditahan. Kecuali penghuni neraka, mereka disuruh untuk masuk ke dalam neraka. Dan aku berdiri di depan pintu neraka, maka (kulihat) kebanyakan yang masuk ke dalamnya adalah wanita” (HR. Muslim). (hlm. 24).

Hadits di atas menguatkan pemahaman kita bahwa ketika Rasulullah menyaksikan keberadaan penghuni neraka, maka tampaklah banyak sekali perempuan yang masuk ke dalamnya. Lagi lagi muncul pertanyaan ada apa dengan kaum perempuan?.

Ternyata, ada beberapa faktor yang menjadikan kaum perempuan harus ditolak oleh Surga, dalam buku ini pun dirinci beberapa faktor tersebut. Pertama adalah ketika seorang perempuan tidak mendahulukan kepentingan Allah jadi kepentingan Allah SWT.

Selain itu, faktor berikutnya adalah kebiasaan kaum perempuan tidak menutup aurat. Sudah sangat sering kita lihat betapa banyaknya gambar gambar perempuan yang berpakaian mini bahkan kadang hanya tinggal pakain dalam saha. Penampilan seperti itu acapkali dilakukan dengan sangat bangga oleh kaum perempuan. Sementara mereka tidak sadar bahwa tindakan itulah yang kelak akan meyeretnya ke api neraka.

Kewajiban menutup aurat khususnya bagi kaum wanita ini penting untuk diperhatikan, sebab wanita yang sengaja tidak menutup auratnya. Maka dikawatirkan kelak ia akan tertolak dari pintu-pintu surga. (hlm. 71).

Beberpa faktor lain yang bisa menjadikan kaum perempuan ditolak surga dalam buku ini adalah bertingkah sebagaimana wanita jahiliyah, senang keluyuran, melakukan khalwat, tidak menjalankan perintah agama, dengki dan iri hati.

Namun demikian, kaum perempuan tak perlu pesimis akan tidak medapatkan jatah Surganya Allah kelak di akhirat, selama kaum perempuan mau beriktiyar untuk melakukan kebaikan, pintu Surga akan selalu terbuka. Buku setebal 203 halaman ini juga menawarkan solusi terbaik bagi kaum perempuan untuk bisa melacak Surga bagi kaum perempuan itu sendiri.

Pada bab akhir buku ini, penulis menampilkan beberapa hal yang perlu dilakukan kaum perempuan sebagai bentuk usaha mereka untuk bisa meraih Surga, antara lain adalah menyegerakan pertaubatan kepada Aallah. Tentu dengan taubat yang sesungguhnya.

Untuk bisa kembali kepada kebaikan, sebagimana pengertian taubat itu sendiri, maka seseorang butuh perenungan yang dapat menyadarkan tentang pentingnya arti kembali itu. Hal itu dapat dirangsang dengan dzikir dan istighfar (hlm. 184).

Memupuk rasa malu, berjanji pada diri sendiri, merenungkan pembalasan atas kebaikan dan keburukan, berhubungan baik sesama manusia,  selalu menghargai diri sendiri, fokus pada tanggung jawab, mampu mendahulukan kewajiban dari pada hak, serta selalu bersahabat dengan orang yang bisa menyelematkan adalah beberapa upaya lain yang harus dilakukan kaum perempuan untuk bisa melacak keberadaan surga tersebut. Dan uraian secara detil tentang itu semua ada dalam buku inhi.

Kaum perempuan di manapun berada, sangat penting sekali membaca buku ini secara detil, mengingat ancaman penghuni neraka terbanyak ada pada kaum perempuan, namun buku ini menjadi angin segar bahwa masih ada kesempatan untuk melacak keberadaan surga dan untuk dimasuaki kelak di alam abadi. Bahkan buku ini juga dilengkapi beberapa kisah pengingat diri yang bisa menjadi renungan bagi pembaca semua utamanya kaum perempuan, agar kelak tidak ditolak oleh Surga. 

*Ahmad Wiyono: Jurnalis, Pengajar, Peneliti dan Pengasuh Rumah baca “Haidar Pustaka” Pamekasan madura.


Tulisan ini dimuat di Harian Suara Madura

Kamis, 05 Februari 2015

Jurus Jurus Jitu Pembuka Rezeki

Judul : Amalan Pembuka Rezeki
Penulis : Harits Priyana dan Lisdy Rahayu
Penerbit : Bunyan (PT. Bentang Pustaka)
Cetakan : 1 2014
Tebal : 200 halaman
ISBN : 978-602-291-030-5
Peresensi : Ahmad Wiyono*

Dalam menata hidup, manusia pasti mengharapkan rezeki yang terus mengalir secara dinamis, dalam hal ini rezeki yang dimaksud adalah keberadaan harta benda yang bisa menopang kehidupan manusia itu sendiri.  Keberadaan harta benda tersebut diyakini sebagai salah satu modal hidup manusia, karena dengan harta bendalah manusia bisa berinteraksi dan memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. 

Kita tentu menyadari betapa sangat pentingnya keberadaan harta benda dalam kehidupan kita, sehingga kita kadang tak pernah berhenti untuk terus mencari dan mencari keberadaan harta itu sendiri. Dari rentetan usaha tersebut, banyak orang yang akhirnya bisa meraih keberhasilan dari usaha yang dilakukannya, namun tidak sedikit pula manusia yang berujung pada kegagalan dari segala usaha usahanya tersebut.

Nah. Dalam kondisi ini manusia perlu melakukan muhasabah, apa sebenarnya yang mejadi problem sehingga dari segenap ikhtiyar yang dia lakukan selalu berujung pada kegagalan. Buku yang berjudul “Amalan Pembukan rezeki” yang ditulis oleh Harits Priyana dan Lisdy Rahayu ini nampaknya mengcover problem soulving dari masalah tersebut.

Dalam buku ini diajarkan beberapa jurus ampuh agar manusia dengan gampang membuka pintu rezeki sehingga bisa mengalir secara terus menerus, amalan amalan ini yang jelas merupakan salah satu upaya yang harus dulakukan manusia sebagai pelengkap dari setiap ikhtiyar yang telah dilakukannya.

Salah satunya adalah membiasakan Sholat Dhuha, sholat yang dilaksanakan di pagi hari ini diyakini menjadi salah satu jurus pembuka rezeki yang ampuh untuk membuka rezeki itu sendiri. Bahkan dalam dunia akademik dan pesantren, sholat ini sering disebut sebagai “sholat Ekonomi”. Alasannya karena pada pelaksnaan sholat hingga doa solatnya, berisi tentang permohonan kelancaran rezeki manusia.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa manfaat Solat Dhuha adalah bisa melapangkan rezeki manusia, bahkan, Sholat Dhuha bisa menjadi solusi riil bagi para muslim yang sedang dalam menyelesaikan permasalahan hidupnya. Jika sedang berada dalam masalah yang sangat pelik, kita sangat disarankan untuk melaksnakan Sholat Dhuha secara rutin. Dengan begitu Insya Allah tidak akan pernah putus limpahan rezeki dari Allah SWT (hlm. 112).

Jurus lainnya yang ditawarkan dalam buku ini adalah Sholat tahajjud, kita tahu Sholat tahajud adalah sholat yang biasa dilaksanakan sepertiga malam terakhir, sholat yang dilaksnakan ketika manusia tengah lelap dalam mimpinya masing masing.

Menurut sebagaian ulama, waktu tengah malam merupakan salah satu waktu istijabah yang jika masnuia berdoa kepada Allah, maka mudah untuk dikabulkan. Termasuk di dalamnya adalah permohonan rezeki serta kehidupan yang lapang.

Apa sebenarnya rahasia di balik bangun tengah malam untu Sholat tahajjud? Rahasia itu telah diungkap oleh Allah SWT dalam Al Qur’an Surat Al-Muzammil ayat 6-7, yang artinya, dan Bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhny pada siang hari engkau sangat sibuk dengan urusan urusan yang panjang (hlm.94).

Sebagai mahluk sosial, manusia dianjurkan untuk selalu berkomunikasi satu sama lain, komunikasi langsung berupa silaturrahmi atau bermain ke sesama manuia. Buku setebal 200 halaman ini juga mewasiatkan kepada segenap manusia untuk membiaskaan silaturahmi antar sesama termasuk di dalamnya adalah memuliakan tamu yang kebetulan sedang bersilaturrahmi pada kita.

Tindakan ini diyakini sebagai salah satu amalan yang bisa memperlancar rezeki manusia, karena dengan rutin bersilaturahmi maka akan memdapatkan informasi yang berkaitan dengan aktifitas keduawian yanhg bisa menopang bertambahnya rezeki manusia itu sendiri.

Silaturrahmi adalah bukti ketaatan sekaligus amalan riil yang dapat mendektkan seorang hamba kepada Allah SWT. Serta sebagai simbol bahwa seorang hamba itu benar benar taat kepada Allah SWT (hlm. 143).

Pada dasaranya, manusia telah diwarisi sifat dan sikap yang beragam, keberagamam itu juga bisa berimplikasi terhadap etos kerja dan hasil yang didapatkan, maka dari segenap ikhtiyar yang telah dilakukan oleh manusia perlu diselaraskan dengan beberapa amalan yang sekali lagi bisa menopang kelancaran ikhtiyar itu sendiri. Sehingga hasilnya pun memuaskan.

Selain amalan amalan di atas, buku ini dengan lengkap menjelaskan beberapa amalan yang penting dilakukan manusia untuk melancarkan rezekinya, diantaranya adalah melakukan puasa pusaa sunnah, berhaji dan umrah, menikah, bersedekah, berbakti kepada orang tua, serta tawakkal pada Allah SWT.

Buku ini sangat penting untuk dibaca, mengingat pencaharian rezeki setiap seseorang kerap berujung pada hasil yang tidak sama, sehingga tak sedikit yang kadang menjadi putus asa lantaran hasil yang didapat tak sesuai dengan yang diharaokan. Maka buku ini menawarkan jurus jurus ampuh agar para pencari rezeki bisa mendapat hasil yang memuaskan. Semoga.

*Ahmad Wiyono, Jurnalis, Pengajar, Peneliti dan Pengasuh Rumah Baca “Haidar Pustaka” Pamekasan Madura


Tulisan ini dimuat di Kabar Madura

Saatnya Bercinta Dengan Pekerjaan

Juful Buku : Rumah Kedua; Kumpulan Kisah Inspiratif di dunia Kerja yang Seru
Penulis : @Nutrifood
Penerbit         : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           : 1. 2014
Tebal : 14o Halaman
ISBN : 978-602-03-0138-9
Peresensi        : Ahmad Wiyono

Dunia kerja atau kantor selalu identik dengan kesibukan dan tugas yang menumpuk, rutinitas itu tak jarang membuat seseorang atau karyawan menghabiskan waktu seharian di dalam kantornya, bahkan harus menambah jam lembur di malam hari.

Siapapun orangnya, jika setiap hari dihadapkan pada tumbukan berkas, layar monitor computer hingga potongan potonan kertas jelas akan mengalami kejenuhan, kejenuhan yang secara  tidak sengaja lahir seiring waktu. Dan saat itulah manusia kadang harus mengalami puncak keletihan yang berujung pada satu keputusan yang tak sehat, mundur misalnya, atau hal lain yang tak semestinya dilakukan.

Padahal sebenarnya, seabrek rutinitas yang berimplikasi pada kejenuhan kerja tersebut bisa disiasati dengan berbagai hal, tentunya siasat yang memancing motivasi atau setidaknya menginspiring ghirah kerja manusia.

Seperti yang terurai dalam buku “Rumah kedua; Kumpulan Kisah Inspiratif di Dunia kerja yang seru” ini, setidaknya para karyawan di satu perusahaan besar ini mencoba menginspirasi agar bisa menciptakan motivasi kerja ditengah himpitan kesibukan yang mendera.

Salah satunya dengan mendengarkan cerita positif para konsumin misalnya, cerita cerita mereka secara langsung akan menambah nilai semangat bagi para karyawan, karena secara tidak langsung konsumin telah menceritakan keberhasilan mereka dalam bekerja.

Cerita cerita dari Konsumen semacam itulah yang membuat pekerjaan saya berarti, membuat saya merasa ikut berkonstribusi terhadap sesuatu yang lebih besar, tidak hanya sekedar jualan saja. Dari konsumen itulah saya belajar makin mencintai brand perdana yang saya tangani (hlm. 8).

Pernyataan Stefani Santoso di atas yang termaktub dalam buku ini tentunya bisa menginspirasi kita semua bahwa ada waktunya para karyawan mencari motivasi kerja dari para konsumen yang sering ia datangi, sehingga konsumen tidak hnay sekedar objek produk tetapi juga bisa menjadi motivator dari produk produk yang dilahirkan.

Buku terbitan Gramedia Pustaka ini memang hanya sebuah kumpulan cerita para karyawan di salah satu perusahaan besar di Indonesia, namun demikian kumpulan cerita ini sungguh penting dibaca oleh semua pihak utamanya para karyawan yang sedang bekerja di bidang apapun.

Selain mencari Motifasi positif dari konsumen, ada cerita unik lainnya yang diurai di buku setebal 140 halaman ini, seperti cerita Resti Maulina (Public Relation Administration), menurutnya, seorang karyawan apapun posisinya harus bisa mengedepankan sikap dan sifat rendah hati, sehingga bisa respek dalam kondisi apapun, ini juga bisa berpengaruh terhadap kualitas kerja seseorang.

Respect yang bagiku adalah upaya menghargai orang lain dari segi apapun, benar benar diparaktikkan di sini, aku percaya, nobody’s perfect, kuncinya jangan pernah tegakkan kepala , sombongkan diri, tanpa melihat ke bawah, kiri, kanan, depan dan belakang. Respect membuat kaki kita tetap menginjak bumi. (hlm. 56).

Artinya bahwa semangat kerja juga bisa terbangun dari lingkungan kerja yang nyaman, jika satu tim dalam satu kantor sudah saling menghargai, maka Suasana kerja akan nyaman dan semangat erja akan selalu tumbuh.

Semangat untuk bangkit
Setiap manusia di muka bumi hampir pasti akan mengalami satu keterpurukan, tak terkecuali seorang karyawan yang sehari hari bekerja pada satu perusahaan, pasti akan mengalami satu persoalan kerja, entah kesalahan tekhnis atau yang lainnya, sehingga mengakibatkan hal fatal dalam bekerja.

Namun yang jadi soal adalah, bukan seberapa besar kesalahan yang telah dilakukan, akan tetapi seberapa kuat kita berusaha untuk bangkit. Buku ini juga memuat kisah tentang pentingnya optimisme dalam bekerja terutama ketika menghadapi satu persoalan kerja.

Layaknya manusia lainnya, saya pernah mengalami saat saat down, saya merasa sangat beruntung karena saya didukung dengan lingkungan kerja yang sangat nyaman. Terutama karena tim kerja di Nutrifood bagi saya adalah keluarga kedua (hlm. 82).

Sekali lagi, penting sekali membaca buku ini, utamanya anda yang saat ini sedang menggeluti rutinitas di dunia kerja. Cerita cerita para kayrawan di buku ini sangat menarik dan inspiratif. Setidaknya cerita cerita mereka yang tertuang di buku ini akan menjadi motivasi kerja sehingga bisa meraih sukses dalam bekerja.

Ada pepatah bijak mengatakan bahwa setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya. Layaknya roda kehidupan, apa pun dan dimana pun kondisi kita, beradaptasilah dan selalu bersyukur kepada-Nya (hlm. 97). Selamat bercita dengan pekerjaan anda.

Ahmad Wiyono: Jurnalis, Pengajar, Peneliti dan Pengasuh Rumah baca “Haidar Pustaka” Pamekasan madura


Tulisan ini dimuat di Kabar Madura

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons