Kamis, 10 Maret 2016

Salah Kaprah Orientasi Shalat Sunnah

Judul : Kesalahan-kesalahan dalam Tahajjud, Dhuha, dan hajat yang Membuatmu Sulit 
  kaya dan Tidak Bahagia 
Penulis : Sayyid M. Dzikri H.
Penerbit : Safira
Cetakan : 1. Desember 2015
Tebal : 200 Halaman
ISBN : 978-602-391-019-9
Peresensi : Ahmad Wiyono

Selain sebagai media untuk membuka pintu pahala dari Allah, Shalat juga bisa dijadikan sarana untuk terbukanya pintu rezeki, itu sebabnya banyak shalat sunnah yang dalam pelaksanaannya diorientasikan untuk mempermudah proses didapatkannya rezeki tersebut.

Diantara shalat-shalat sunnah yang diyakini menjadi salah satu penyebab terbukanya rezeki adaah shalat Tahajjud, Dhuha dan Shalat Hajat. Shalat-shalat tersebut diyakini oleh segenap umat islam bisa menjadi salah satu media dimudahkannya pintu rezeki, sehingga manusia dengan mudahnya meraup kekayaan dan kebahagiaan di dunia.

Namun demikian, kita kadang tidak menyadari, bahwa ada kalanya shalat sunnah yang kita laksanakan tidak pernah menghasilkan sesuatu seperti yang kita inginkan (membuka pintu rezeki), justru sebaliknya, shalat sunnah yang kita kerjakan malah menjadikan kita sulit kaya dan cenderung tidak bahagia.

Mengapa bisa  seperti itu?, penyebab dari semua itu bisa kita salami dalam catatan Sayyid M. Dzikri H di buku berjudul Kesalahan-kesalahan dalam Tahajjud, Dhuha, dan hajat yang Membuatmu Sulit kaya dan Tidak Bahagia ini, dalam buku ini diurai  bahwa diantara sekian banyak manusia yang melaksanakan shalat sunnah ternyata banyak yang mengalami disorientasi, sehingga hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Kesalahan orientasi dimaksud adalah, lahirnya ketergantungan yang bersifat fanatic terhadap shalat itu sendiri, yaitu tidak menjadikan shalat sebagai bentuk ikhityar secara ketuhanan yang selebihnya harus diikuti dengan tindakan yang bersifat haqqul adami, berupa usaha-usaha kongkrit dalam kehidupan. Penulis menegaskan, bahwa prinsip semacam itu justru berakibat fatal kepada pelakunya, mereka akan sulit mendapat kekayaan.

Dalam pelaksanaan shalat dhuha misalnya, semua orang sudah memahami bahwa Shalat dhuha meruapakan “Shalat ekonomi” yang mulai dari proses pelaksanaan shalat hingga pembacaan do’anya semua meminta rezeki kepada yang maha kuasa, akan tetapi, bukan lantas manusia bisa memetik rezeki yang melimpah tanpa dibarengi dengan ikhtiyar lainnya dalam kehdupan ini.

Persepsi yang keliru menurut buku ini adalah tentang lahirnya sifat dan sikap ketregantungan secara utuh pada uaya ritual shalat. Maka, sudah seharusnya manusia melakukan reorientasi terhadap shalat yang dilakukan tersebut, shalat Sunnah Dhuha adalah media untuk mempermudah terbukanya rezeki, namun rezeki akan ditemukan ketika manusia sudah berusaha dan mengerjakan sesuatu yang bisa menghasilkan.

Bagi orang yang ingin kaya, shalat Dhuha yang dilakukannya dianggap sebagai satu-satunya cara untuk memperoleh kekayaan , sehingga ia lupa untuk berusaha atau tidak melakukan usaha apa pun. Sedangkan bagi orang yang melaksanakan shalat dhuha karena ingin mendekatkan rezeki, ia akan berusaha sekuat tenaga untuk menjemput rezeki tersebut (Hal. 76).

Selain mengurai tentang disoreintasi dan salah kaprah tujuan pelaksanaan shalat sunnah, buku ini juga menjabarkan beberapa hal yang menjadi penyebab tertolaknya usaha ritual shalat sunnah itu sendiri. Sehingga hal itu bisa berdampak buruk terhaap umat mereka yang telah melaksanakannya. Seperti dalam hal tata cara sekaligus etika pelaksanaannya.

Buku ini menjadi “kitab” modern bagi kita semua, yang manfaatgnya sungguh sanat luar biasa, bagi kita yang terbiasa melakukan shalat sunnah (Dhuha, tahajjud dan hajat) tak ada salahnya untuk kembali mengevaluasi pelaksanaan shalat kita selama ini. Buku ini layak dijadikan rujukan unuk evalusai tersebut. Agar kita tidak salah orientasi, tidak salah niat dan tidak salah praktik.



Tulisan ini dimuat di Harian Kabar Madura, 02 Maret 2016

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons