Kamis, 23 Mei 2019

Mengembangkan Budaya Riset Berbasis Masyarakat

Judul Buku : Paradigma Penelitian Pendidikan
Penulis : Tatag Yuli Eko Siswono
Penerbit : Rosda Karya
Cetakan : 1. 2019
Tebal : 282 Halaman
ISBN : 978-602-446-329-8
Peresensi        : Ahmad Wiyono

Derasnya arus Informasi melalui kecanggihan media sosial (Medsos) yang masuk ke tengah-tengah kehidupan masyarakat kita dewasa ini tak jarang mengakibatkan kebingungan yang luar biasa, terlebih saat informasi tersebut muncul dengan wajahnya yang menyesatkan, seperti kabar bohong atau hoax serta ujaran kebencian. Dua hal tersebut rupanya sudah menghiasi jagad media sosial kita sepanjang waktu.

Untuk menangkal pengaruh jahad hoax tersebut, maka masyaraat harus dibekali dengan pengetahuan pengetahuan yang sifatnya mendasar agar nantinya bisa menfilter mana informasi yang benar dan mana informasi yang tidak benar dan bersifat provokatif. Transformasi pengetahuan ini tentu harus dilakukan oleh kelompok masyarakat terdidik yang sudah memiliki basic pengetahuan ilmiah seperti guru, dosen dan kelompok masyarakat terdidik lainnya.

Salah satu pengetahuan yang berfungsi untuk menyaring informasi adalah pengetahuan Riiset atau penelitian, seperti yan diulas dalam buku ini. Melalui riset seseorang bisa mengolah setiap informasi sedetil mungkin sehingga bisa dipastikan mana yang benar dan mana yang salah. Analisa mendalam yang dilakukan dalam kerja riset setidaknya bisa membedah antara informasi yang kredibel dan tidak kredibel, dengan demikian semua informasi yang masuk akan mudah disaring sebelum kahirnya disharing.

Penelitian adalah sutau cara formal yang sistematis dan objektif untuk mencari kebenaran atau gejala-gejala dan memecahkan atau menjawab suatu permasalahan. Objektivitas penelitian disesuaikan dengan cara pandang peneliti atau lingkup kerja peneliti. Cara formal yang digunakan menggunakan pendekatan ilmiah atau pendekatan lain yang diterima oleh para ilmuwan bidang tertentu. (hlm. 34).

Ilmu riset inilah yang nantinya bisa kita telorkan kepada masyarakat luas dalam upaya menangkal informasi yang tidak bertanggung jawab, yaitu mencari kebenaran dan kemugkinan gejala-gejala yang akan imbul dari informasi tersebut. Karena bukan tidak  mungkin apabila setiap informasi langsung ditelan mentah-mentah maka akan berdampak buruk terhadap orang yang menkonsumsinya termasuk kepada orag lain di sekitar kita. Maka aspek pencarian kebenaran dalam ilmu riset bisa dijadikan pengetahuan oleh seluruh masyarakat dalam setiap menerima informasi.

Buku ini setidaknya membagi jenis penelitian dalam tiga rumpun besar, Pertama, adalah penelitian historis yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang sudah tetjadi. Kedua, peneliitian deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan kejadian atau persitiwa saat ini. Dan Ketiga, penelitian eksperimen yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apapun yang akan terjadi  apabila variable-variabel tertentu dikontrol atau dimanipulasi. Tiga klasifikasi penelitian ini tentu sangat relevan untuk dijadikan bahan pengetahuan dalam membedah setiap informasi yang tumbuh subur di media sosial.

Lalu bagaimana cara untuk memunculkan gagasan besar dalam melakukan penelitian?, buku terbitan Rosda Karya ini juga mengulas dengan seksama pola dan proses untuk melakukan penelitian, salah satunya adaah dengan melahirka ide atau gagasan sebagai proses kfeatif menulis dalam konteks penelitian. Memang tak bisa dipungkiri bahwa kerja penelitian hatus diawali dengan proses kreatif membangun ide karena dari situlah proses riset akan berjalan dengan baik. 

Membangun ide untuk sustau proposal penelitian merupakan proses berpikir kreatif  atau disingkat proses kreatif. Proses berpikir kreatif adalah langkah-langkah atau tahapan berpikir yang meliputi tahap mensintesis ide-ide, membangun suatu ide, kemudian merencanakan penerapan ide dan menerapkan ide tersebut  untuk menghasilkan suatu (produk) yang “baru” dengan lancer (fluency) dan fleksibel. (hlm. 63).

Kegiatan riset ilmiah ini mungkin hanya bisa dilakukan oleh kelompok masyarakat terdidik, seperti mahasiswa, dosen, guru dan lain sebagainya, lalu bagaimana dengan masyarakat umum? Nah inilah yang dimaksud di awal bahwa tugas menelorkan ilmu riset ini kepada masyarakat adalah kelompok terdidik, tentu tidak lansung ditelorkan secara utuh sebagaimana teori riset, melainkan hhal-hal yang bersifat praktis yang tujuan utamanya bisa menjadikan masyarakat melek infroomasi dan tahu cara bagaimana menyaring informasi tersebut. Buku ini bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh seluruh lapisan masyarakat untuk belajar bagaimana mendalami sebuah informasi, kemudian mengkajinya dan memutuskan apakah informasi itu benar atau sebaliknya agar kita semua diselamatkan dari bahaya hoax. Selamat membaca.



*Tulisan ini dimuat di Harian Jawa Pos Radar Madura, 16 Mei 2019

Minggu, 12 Mei 2019

Revolusi Industri dan Tantangan Berpikir kritis

Judul Buku : Pembelajaran dan Penilaian Berbasis HOTS
Penulis : Helmawati
Penerbit    : Rosda Karya
Cetakan         : 1. 2019
Tebal : 306 Halaman
ISBN : 978-602-446-330-4
Peresensi         : Ahmad Wiyono

Era Revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi rupanya menuntut manusia untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi atau berpikir kritis (HOTS/ Higher, Order, Thinking, Skills), hal tersebut sebagai modal utama agar manusia bisa menganilisis setiap persoalan sekaligus mampu mengambil keputusan yang tepat daan cepat. Agar tidak tertinggal oleh putaran waktu yang sangat dahsyat kecepatannya.

Pembelajaran keterampilan berpikir tingkat tinggi atau berpikir kritis tersebut tentunya bisa dimulai dari kegiatan pembelajaran formal di sekolah, meskipun pada dasarnya memerlukukan beragam persipan mulai dari SDM hingga sarana prasarana. Seperti yang dijabarkan dalam buku Pembelajaran dan Penilaian Berbasis HOTS ini. Di dalamnya mengurai sejumlah langkah praktis untuk menerapkan pendidikan keterampilan tingkat tinggi tersebut.

Lalu, apa yang dimaksud berpikir tingkat tinggi atau berpikir kritis tersebut?. Buku ini menjelaskan bahwa berfikir kritis adalah berpikir yang memeriksa, menghubungkan dan mengevaluasi semua aspek, mengorganisasi, mengingat dan menganalisis informasi. (Hal 139). Jadi, berpikir kritis itu sederhananya bersikap dan bertindak detil, mampu membaca keadaan secara komprehensif sehingga dalam merespon dan menjalani keadaan selalu diimbangi dengan analisis dan seribu kemungkinan yang akan terjadi, namun tidak menafikan unsur kecepatan dan ketepatan.

Berpikir kritis adalah analitis dan reflektif. Berfikir kreatif sifatnya orisinal dan reflektif. Hasil dari keterampilan berpikir ini adalah sesuatu yang kompleks. Kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan menentukan efektivitasnya. Berpikir kreatif juga meliputi kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya menemukan hasil akhir yang baru. (Hal. 140).

Analitis dan berpikir kreatif ini merupakan tingkatan awal keteramilan tingkat tinggi, dengan harapan nantinya manusia (peserta didik) bisa mengurai sejumlah permasalahan dengan baik dan menciptakan gagasan solutif dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Sementara tingkatan berikutnya adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang bisa dijadikan media untuk proses penyelesaian. Salah satu contoh yang diurai dalam buku ini adalah persoalan kebersihan di sekolah, berpikir tingkat tinggi tahap awal adalah kemampuan siswa menyelesaikan masalah kebersihan, namun pada tahap yang lebih tinggi siswa mampu mencipataan alat untuk proses penyelesaian kebersihan tersebut.

Apabila pembelajaran diarahkan pada tingkat berpikir yang lebih tinggi (HOTS) lagi, yaitu mencipta, maka akan terbentuk perencanaan untuk menjaga kebersihan diri; bagaimana menciptakan alat-alat yang dapat membantu peserta didik memelihara kebersihan. Proses pembelajaran dengan keterampilan berpikir ini hendaknya diberlakukan pada semua mata pelajaran. Keterampian berpikir inilah yang apabila dilatih sejak dini akan menjadi modal yang sangat berguna dalam hidupnya. (Hal. 159).

Keberhasilan penerapan berpikir tingkat tinggi ini akan berhasil jika ditopang oleh sarana dan prasarana yang memadai, terutama SDM tenaga pendidik yang mempuni. Karena transformasi skill bisa berjalan baik jika yang mentranfer memiliki kemampuan yang bagus. Untuk itu, buku terbitan Rosda Karya ini menekankan agar sebelum penerapan berpikir tinggkat tinggi untuk semua materi pelajaran hendaknya para tenaga pendidiknya betul-betul dimantapkan terlebih dahulu agar prosesnya berjalan baik, dan hasilnya juga baik.

Hadirnya buku ini bisa menjadi rujukan bagi segenap guru dan para orang tua agar bersama-sama berjuang untuk menerapkan keterampilan berpikir tinggi pada anak didik, karena keterampilan inilah yang nantinya akan menjadi mpdal pengetahuan dan tidnakan peserta didik dalam merespon segala sesuatu di era yang serba cepat ini. Selamat membaca. 



*Tulisan dimuat di harian pagi Jawa Pos radar madura, edisi 13 Mei 2019

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons