Rabu, 11 Desember 2019

Membangun Berbasis Swadaya: Ikhtiar Mengembalikan Semangat Gotong Royong dan Kemandrian Warga

Ruas Jalan Beltok yang diperbaiki berbasis swadaya 
Membangun Berbasis Swadaya: Ikhtiar Mengembalikan Semangat Gotong  Royong dan Kemandrian Warga

Oleh: Ahmad Wiyono*

Menjaga dan merawat lingkungan sekitar sejatinya adalah tanggung jawab bersama, setiap individu berkewajiban merawat lingkungannya masing-masing, hanya saja kadang kita dihadapkan para problem apatisme yang berlebihan sehingga kebersihan dan pelestarian lingkungan cenderung diabaikan. 

Kalau ditelisik lebih dalam akar problem lahirnya apatisme adalah pudarnya kesadaran personal yang itupun kadang diakibatkan oleh dorongan eksternal, sehingga mindset yang terbangun di masyarakat adalah bahwa pesoalan perawatan lingkungan adalah kegiatan “project” yang menurut pandangan mereka di luar tanggung jawab individu. Persoalan ini kian menggurita saat pemerintah menggelontorkan sejumlah program pembangunan fisik yang menjangkau hingga ke pelosok desa. Maka disinilah awal runtuhnya semngat gotong royong dan kemandirian warga.

Problem soulving dari realitas tersebut adalah dengan mengembalikan cara pandang masyarakat, dari yang berifkir pragmatis (berbasis project) ke arah sebalikya, yaitu mengarahkan pola pikir masyarakat tentang pentingnya kebersamaan dan gotong royong. Kalau kita mau flashback lebih jauh ke masa lalu, banyak sekali cerita kakek nenek kita yang menggambarkan tentang semangat kebersamaan yang guyub, mereka membangun jembatan, jalan poros, selokan, dan lain sebagainya, semuanya berbasis swadaya, nyais tak ada bantuan dari Negara. Lalu bagaimana jika keguyuban masa lalu itu kita kembalikan di masa kini, apakah mungkin?

Jawabannya sangat mungkin, karena yang menentukan bukanlah ruang dan waktu, melainkan kesadaran dan kemauan dari manusianya. Maka bisa kita pastikan bahwa manusia modern juga bisa mewarisi semangat gotong royong manusia masa lalu, meskipun tantangnnya jauh lebih berat karena kita dihadapkan pada modernitas yang sesekali mengancam konsistensi. Namun demikian semua itu bisa dimulai dengan mengetuk kesadaran personal bahwa manusia sebagai mahluk sosial wajib bertanggung jawab menjaga lingkungan mereka masing-masing, jika kesadaran sudah muncul maka semangat bekerja sama akan lahir dengan sendirinya, pelan tapi pasti.

Upaya inilah yang saat ini mulai diikhtiarkan oleh sekelompok Masyarakat di Dusun Beltok Desa Larangan Badung Palengaan Pamekasan Madura, mereka membangun kometmen untuk bersama – sama menjaga lingkungan berbasis swadaya melalui Kelompok Masyarakat Peduli Lingkungan (KMPP). Organisasi ini dibentuk berdasarkan kesadaran dan keinginan bersama sekelompok orang yang kemudian terus dikampanyekan kepada warga lainnya. Tujuannya adalah untuk mengembalikan semangat gotong royong warga berbasis kemandirian.

Suasana rapat KMPP Dusun Beltok
Menata dari Bawah
KMPP sudah resmi dibentuk di Dusun Betok Desa Larangan Badung, saat ini oragnaisai tersebut dikomandani oleh Moh, Holili seorang pemuda yang sangat concern dalam kegiatan pemberdayaan dan advokasi sosial. Semangat itu terus ditelorkan kepada pengurs lainnya untuk bersama-sama mengajak warga agar senantiasa peduli terhadap lingkungan sekitar. Rumusan dasar yang dibangun dalam organisai itu adalah membangun dari bawah, sebuah upaya memaksimalkan peran warga untuk senantiasa menjaga dan memperbaiki seluruh fasilitas umum yan ada di sekitar rumahnya masing-masing, sepeprti saluran air, jalan raya, kabel listrik, dan lain sebagainya.

Sejumlah program sudah mulai dirumuskan oleh KMPP, seperti perbaikan jalan, normalisasi saluran, optimalisasi jembatan, penghijauan, dan beberapa agenda lainnya. Agenda kerja itu dihasilkan dari musyawarah warga yang kelak akan dikerjakan pula oleh warga, dengan segala konsekuensi yang sudah dipertimbangkan bersama, seperti konsekuensi finansial, waktu dan tenaga. Mereka sudah menyatakan siap untuk bersama-sama “bantingan” dalam setiap kegiatan kemasyarakatan tersebut.

Salah satu bukti kongkriet yang sudah dilakukan oleh warga melalui komando KMPP adalah perbaikan jembatan dan jalan di gang menuju Pondok Pesantren Langgar Annyar yang diasuh oleh KH. Abd. Ghafur. Kondisi kerusakan jalan tersebut memang relatif parah, jika dilintasi oleh mobil jenis sedan sudah pasti “natap”, kondisi itu sudah bertahun-tahun tak ada penanganan, belum lagi kondisi jembatannya yang mulai longsor sehingga bisa mnegancam keselamatan. Maka, warga pun akhirnya mengambil inisitaif untuk memperbaikinya, dengan bahan dan alat seadanya mereka bercibaku meperbaiki jalan dan jembatan sehingga saat ini jalan dan jembatan itu sudah kembali normal.

Tidak selesai sampai disitu, warga pun berinisiatif untuk mempercantik jalan itu dengan mengecat “plengsengan” yang ada di sebelah kanan kiri jalan. Seperti yang bisa kita lihat ada photo, ada keunikan dan suasana yang berbeda saat kita melihat jalan pelosok kampung yang bernuansa kota, cat warna biru dan putih menghiasi sepanjang jalan tersebut. Inilah bukti awal keguyuban warga dalam ikut menjaga kebersihan lingkungan, mereka bekerja atas nama kebersamaan.



Semangat Kemandirian
Beberapa waktu lalu saya berkesempatan mengunjungi salah satu desa di Malang yang hari ini sudah menjadi desa wisata, konon desa itu sudah memiliki PAD hingga 4 Miliyar pertahun, tentu jauh lebih besar dari anggaran rata-rata Dana Desa (DD) per desa per tahun. Pesan yang bisa saya tangkap adalah kemandirian, bahwa mereka meberanikan diri membuat desain desa wisata dengan segala resiko besar yang mengancam. Namu keberanian itu berbuah manis, saat ini desa itu sudah menjadi desa percontohan di Indonesia, desa mandiri yang juga menjadikan masyarakatnya mandiri. Bahkan informasinya mulai tahun depan desa tersebut sudah tak mau lagi menerima Dana Desa dari pemerintah.

Cerita di atas penting dijadikan insprasi untuk desa – desa lain di Indonesia, termsuk di Larangan Badung, meski tidak semudah membalikkan telapak tangan, setidaknya ada beberapa sisi yang perlu kita tangkap untuk menginspiring lahirnya gagasan inovatif dalam mebangun kenandirian desa dn warga. Seperti apa yang dilakukan oleh warga dusun Beltok rupanya menjadi bagian kecil dari upaya-upaya membentuk kemandiran warga, setidaknya dalam skop kecil yaitu menjaga lingkungan sekitar. Jika warga sudah berkometmen untuk terus menjaga lingkungan secara mandiri, maka bukan tak mugkin kelak mereka bisa membangun sesuatu yang lebih besar secara mandiri pula.

Setidaknya semangat gotong royong ini sudah menjadi proses lahirnya kemandirian warga, apa yang dilakukan oleh KMPP bersama warga semata-mata untuk menggali kembali akar nasionalisme warga sebagai mahluk sosial, sehingba ke depan banyak yang bisa dilakukan secara bersama-sama. Lalau dari mana sumber pendanaannya? Pertanyaan ini tentu sangat menggelitik, karena pekerjaan fisik harus berjalan lurus dengan keuatan finansial. Sejauh ini sumber pendanaan KMPP masih berbasis swadana masyarakat, sumbangan antar warga, termasuk juga donasi dari beberpa tokoh sekitar.

Strategi pengumpulan dana yag dilakukan oleh pengurus KMPP adalah dengan menggalang sumbangan sukarela kepada seluruh warga, kegiatan ini dilaksanakan setiap malam jum’at dengan menggunakan kotak sodaqoh yang digerakkan pada kegiatan kolom malam Jum’at, termasuk juga untuk kolom Muslimat setiap malam Senin, sehinga warga bisa memberikan infaq seikhlas mereka,  tanpa beban sedikitpun. Strategi lain adalah dengan menggandeng sejumlah tokoh masyarakat dan donator yang sifatnya tidak mengikat, mereka biasanya memberikan bantuan material saat ada pekerjaan yang harus dilakukan. 

Menuju Beltok Berseri
Tak bisa dipungkiri bahwa sukses itu harus bermula dari mimpi, maka segala seuatu harus kita buatkan mimpi, mimpi bersama yang kelak akan diwujudkan dan dinikmati bersama. Menjadikan Dusun Beltok Berseri (Bersih, Sehat dan Asri) adalah mimpi kita saat ini, dan kita akan berusaha untuk mewujudkannya. Keasadaran dan kemauan warga melalui kerja gotong royong adalah kunci untuk mewujudkan semua mimpi itu.

KMPP akan hadir untuk selalu mengajak warga bersma-sama membangun mimpi dan menerjemahkannya melalui kerja-kerja kongkriet, kegiatan santai berupa kerja bakti membersihkan lingkungan akan dikerjakan secaara rutin setiap hari Jumat, sementara kegiatan insidentil seperti perbaikan fasiliats yang rusak menjadi agenda tersendiri yang akan dilakukan sesuai jafwal yang sudah ditentukan nleh engurus. Kita patut berharap besar dan berdoa semoga kelak Dusun Beltok akan semakin maju dengan semangat gotong royong yang menggebu. Sukses untuk kita semua. (*)


Penulis adalah Penggerak Literasi Madura, warga Dusun Beltok Larangan Badung Palengaan Pamekasan.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons