Rabu, 13 Januari 2016

Meluruskan Sejarah Gajah Mada

Judul : Kisah Cinta Gajah Mada
Penulis : Gesta Bayuadhy
Penerbit : Dipta
Cetakan : Juni, 2015
Tebal : 216 Halaman
ISBN : 978-602-255-722-7
Peresensi : AHMAD WIYONO

Masyarakat Indonesia nampaknya sudah tak asing lagi dengan Nama Gajah Mada,  tokoh ini populer dengan sebutan pemersatu bangsa, hal itu  dikarenakan sosok Gajah mada yang berhasil menjabat sebagai Mahapatih di Kerajaan majapahit  antara tahun1334-1359.

Meski hanya mengetahui melalui sejarah, namun ketokohan Gajah mada cukup memberikan spirit persatuan yang kuat bagi segenap bangsa indonesia, kegigihannya dalam menjalankan jabatan sebagai Patih di Majapahit memang tak terbantahkan, bahkan terobosan-terobosannya selalu menjadi hal ikhwal kemajuan Kerajaan majapahit. hal itu yang kemudian memperkuat ketokohan Gajah Madah sebagai pahlawan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia.

Namun demikian, perjalan sejarah sang Patih Gajah madah tersebut ternyata tak lepas dari Kontroversi, sebagian kalangan masih memandang sebelah mata terhadap keberadaan sang patih tersebut, kontroversi bergulir mulai dari aspek peranannya yang diragukan antara sebagai pahlawan atau penindas, bahkan tak sedikit yang meragukan kebenaran keberadaan Gajah Mada tersebut.  Kontroversi ini bergulir salah satunya diakibatkan oleh terbatasnya sumber sejarah yang valid tentang kisah sang Patih Majapahit itu sendiri.

Buku Kisah Cinta Gajah Mada, Kontroversi Kehidupan sang Mahaptih ini hadir sebagai informasi baru untuk mendinginkan sejarah, setidaknya kontroversi yang terus bergulir mencoba diredam dengan data dan fakta yang terungkap dalam buku karya Gesta Bayuadhy ini. Kontroversi biarlah menjadi Kontroversi, tapi buku ini hadir menjadi pelurus ditengah gema kontroversi tersebut.

Kalangan yang meragukan kebenaran Gajah Mada, bisa mencermati kembali sejumlah monomin atau pun prasasti yang bertebaran di saentero Nusantara yang rupanya memuat situs perjalanan Gajah Mada, situs-situs tersebut tentu tak akan lahir jika sebelumnya tak ada peristiwa penting bersama orang orang yang terlibat di dalamnya.

Sebuah prasasti yang disebut prasasti Singosari memuat nama Gajah Mada. Prasasti Singosari berangka 1273 Saka (1351 M) tersebut ditemuka di Singosari, Kabupaten Malang  Jawa Timur. Sekarang, prasasti ini disimpan di Museum Nasional Jakarta dengan nomor inventaris D 111. Prasasti ini dikenal juga dengan sebutan Prasasti Gajah Mada (Hal. 117).

Selain di Singosari, pahatan sejarah Gajah Mada juga lahir dalam prasasti Himad-Walandit, sebuah prasasti yang menggambarkan penyelesaian damai atas konflik yang terjadi antara penduduk desa Himad dan Walandit. Dua desa yang berada di lereng pegunungan Bromo-Tengger di Daerah Wonorejo. Fakta sejarah ini kian menguatkan keberadaan sekaligus sepak terjang Gajah Mada di zamannya.

Tindakan yang dilakukan Gajah Mada untuk mendamaikan dua desa yang bersengketa menunjukkan keberadaan Gajah Mada dalam lintasan sejarah Nusantara. Tindakan Gajah Mada yang diabadikan dalam prasasti Himad-Walandit semakin meyakinkan kita bahwa Gajah Mada benar benar ada. (Hal. 121).

Fakta ketokohan lainnya yang pernah diperankan oleh Gajah Mada adalah sepak terjangnya dalam perang Bubat, sebuah perang yang terjadi pada pemerintahan Majapahit yang bernama Hayam Wuruk. Peristiwa ini melibatkan Gajah Mada sebagai pemeran penting dalam peristiwa tersebut. Buku ini secara detil mengulas berbagai versi tentang peristiwa perang Bubat tersebut, mulai dari versi kitab Pararaton, Versi Kidung Sunda, versi cerita Parahiyangan dan versi lainnya. Hal itu untu untuk menambah pengetahuan pembaca dalam melacak autentisitas sejarah Gajah Mada dalam peristiwa perang Bubat.

Perjalanan Patih Gajah Mada akhirnya selesai pasca berlangsungnya perang Bubat, hal itu terjadi karena Gajah Mada memasuki masa pensiun (istirahat),  sejak saat itulah sang Mahapatih itu bisa menikmati masa istirahatnya dengan nyaman,  sebelum akhirnya dia harus meninggalkan dunia ini untuk selamanya.

Dalam Peraraton, dikisahkan bahwa usai perangt Bubat, Gajah Mada menikmati masa isturahat setelah sebelas tahun menjadi mangkubumi. Selanjutnya, diceritakan bahwa sang patih Gajah Mada wafat pada tahun Saka Langit Muka Mata Bulan atau 1290. Tiga tahun lamanya, tak ada yang mengganti menjadi patih. (Hal. 89).

Terlepas dari kontroversi yang mewarnai perjalanan kisah Gajah Mada, Buku ini telah berhasil mendinginkan khazanah keilmuan kita, bahwa Gajah mada adalah Milik Bangsa Indonesia, fakta dan data keterlibatnnya dalam berbagai peristiwa penting di negeri ini telah mengantarkan keyakinan kita semua bahwa Gajah Mada betul 


Tulisan ini dimuat di Harian Koran Madura 26 Juni 2015


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons