Senin, 08 Agustus 2016

Menekan Budaya Konsumtif

Judul        : Cerdas Menggunakan Kartu Kredit
Penulis        : Chandra Restu Kurniawan
Penerbit    : Falsbook
Cetakan    : 1. Agustus 2016
Tebal        : 151 Halaman
ISBN        : 978-602-391-229-2
Salah satu kebiasaan buruk yang melanda bangsa kita dewaa ini adalah budaya konsumtif,  bahkan konon budaya konsumtif masyarakt indonesia sudah menyamai beberapa negara besar di luar sana. Jika itu benar, betapa Fakta ni tentu sangat mengejutkan. Di tengah masih besarnya angka kemiskinan, namun great budaya konsumsi kita masih tinggi.

Mudahnya akses untuk menjalani tren konsumtif, ditambah kian menterengnya fasilitas yang diberikan oleh sejumlah perusahaan, memperlebar jalan menuju kian mnjamurnya budaya tersebut. salah satunya adalah kartu kredit. Kartu ajaib yang satu ini tentu memberi ruang yang sangat luas bagi setiap penggunanya untuk mewujudkan keinginannya melakukan apa saja yang berbau konsumtif. 

Dalam konteks inilah, perlu sikap bijak dari setiap pengguna kartu kredit dalam menggunakan kartu sakti tersebut. Karena jika tidak, maka sangat mungkin seseorang akan terjebak pada situasi yang sangat merugikan, yaitu tidak sehatnya perekonomean yang dimilikinya bahkan keluarganya. Dan buku berjudul Cerdas Menggunakan kartu Kredit ini mencoba menjadi problem soulving atas fenomina “penyalahgunaan” kartu kredit oleh pemiliknya.

Selain mengulas seputar seluk beluk kartu kedit, seperti jenis kartu kredit, fungsi dan kegunaannya, yang paling penting dalam uraian buku ini adalah trik dan cara bijak dalam menggunakannya. Karena, bagaimana pun, kartu kredit tak jarang membuat orang terlena untuk melakukan transaki apa saja tanpa berfikir akibat yang akan dialami. Jika terus menerus dilakukan, dampaknya adalah beban pada tagihan yang sangat tinggi.

Mungkin sebagian orang menggunakan kartu kredit sebagai sarana antisipasi atau berjaga kalau sewaktu-waktu diperlukan. Namun, sebagian orang lagi ada yang terlena dengan fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang diberikan. Pada ujung-ujungnya, mereka terbebani dengan utang yang harus dibayar (Hal. 64).

Alasan efisiensi waktu kerap menjadi bomerang dalam penggunaan kartu kredit, mobilitas yang tinggi kadang dijadikan batu lomcatan untuk alasan memanfaatkan kartu tersebut. Dalam pada itu, tak sedikit yang tidak sadar bahwa dirinya telah terseret pada arus budaya konsumtif. Maka, aspek inilah yang harus ditekan semaksimal mungkin. Yaitu, kesempatan uang dimiliknya agar tidak digunakan sesuka hati.

Solusi yang hendak disampaikan dalam buku ini sebenarnya adalah bagaimana cara menekan budaya konsumtif, dengan begitu maka seseorang sudah pasti bisa mnegendalikan penggunaan kartu kredit tersebut. tolok  ukurnya ada pada kemahuan untuk mengukur kebutuhan yang dimiliki sesuai dengan kemampuan yang ada. Sehingga, tidak ada upaya untuk menghambur-hamburkan uang yang dipunya. Dan kartu kredit pun  menjadi aman, hanya digunakan sewaktu-waktu dalam keadaan yang sangat emergensi.

Caranya, bagilah pos-pos pengeluaran anda menjadi beberapa kategori. Kategorinya adalah tabungan, makanan, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan, kebutuhan rumah tangga/kebutuhan sehari-hari, transportasi, pajak, hiburan, dan pembayaran lain-lain. (Hal. 82).

Tribun Jateng (7/8)



Kisah Inspiratif Perjuangan Pelajar Nusantara

Judul        : Para Pemburu Masa Depan
Penulis        : Surya Burhanuddin
Penerbt    : Bentang Pustaka
Cetakan    : 1. 2016
Tebal        : 164 Haaman
ISBN        : 978-602-291-214-9
Tak dapat dipungkiri bahwa pendidikan menjadi tolok ukur keberhasilan dan kemajuan suatu bangsa, negara yang hebat sudah pasti dibangun oleh pondasi pendidikan masyarakatnya yang hebat pula. Ini barangkali yang menjadi alasan mengapa ketika hiroshima dan Nagasaki dibombardir oleh sekutu, pertanyaan pertama yang lahir dari sang pemimpinnya kala itu, “berapa sisa guru yang masih hidup”. 

Bermimpi tentang masa depan adalah sebuah keharusan, sementara menejemahkan mimpi menjadi sebuah keniscayaan. Dalam konteks inilah, pendidikan menjadi kata kunci upaya penerjemahan mimpi masa depan tesrebut. Generasi bangsa harus didukung oleh kualitas pendidikan yang berjecukupan, sehingga masa depan bangsa  di hari esok mudah diterjemahkan.

Kisah perjuangan generasi muda dalam meraih mimpi pendidikan yang memadai bisa kita simak secara seksama dalam buku berjudul Para Pemburu Masa Depan ini. Buku ini mengulas secara mendalam geliat semangat kaum muda dalam membidik masa depannya melalui pendidikan yang ditempuhnya. Di tengah keterbatasan ekonomi yang mendera, tak dijadikan penghalang untuk terus memburu masa depan melalui koridor pendidikan tersebut.

Dikisahkan,  ada sekitar 500 generasi muda yang telah berhasil menerjemahkan mimpi meneruskan pendidikan  ke jenjang perguruan tnggi di luar negeri, beberapa diantaranya ditorehkan dalam kisah para pemburu masa depan dalam buku ini.  Mereka adalah generasi-generasi tangguh yang memiliki kemahuan kuat untuk merubah diri dan keluargnya melalui penguatan pendidikan. Semangat itulah yang kemudian ditangkap oleh seorang Surya Burhanuddin untuk difalistasi dan diarahkan sesuai jejaring yang dimlikinya kala itu.

Marini, salah satu potert remaja tangguh yang memliki mimpi besar untuk mengenyam pendidikan tinggi, usai lulus SMA di pun akhirnya mendaftarkan diri di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung. Sayangnya, harapan itu pupus di tengah jalan, karena tarikan biaya yang sangat besar untuk ukuran Marini dan keluarganya kala itu. Di tengah keputus asaannya tersebut, dia dipertemukan dengan serang Surya.

Semangat tinggi nan menggebu rupanya yang membuyat Marini bisa berhasil mewujudkan impiannya tersebut. Bahkan, peluangnya untuk kuliah tidak hanya di dalam negeri, dia berkesempatan untuk menapaki hidupnya di negeri seberang, yah, Universitas Utara Malaysia adalah tempat terindah untuk seorang genersi tangguh seperti Marini.

“Ibu, dengan uang ibu yang 2 juta rupiah itu, ditambah ucapan Bismillahirrahmanirrahim ibu tadi, Marini Insya Allah  bisa berangkat dan kuliah sampai tamat sarjana di Universitas Utara Malaysia”. Marini dan ibunya berpelukan. Mereka tenggelam dalam tangis haru. Saya menyaksikan dalam diam, hanyut dalam rasa iba. Tak terasa saya pun menangis (Hal. 6).

Kisah lainnya juga dialami oleh Yenni Puspita, anak ke-5 dari enam bersaudara ini merupakan sosok inspiratif yang juga diurai dalam buku terbitan Bentang Pustaka ini. Siapa yang menyangka, seorang anak pengayuh becak bisa meneruskan pendidikannya ke luar negeri. Lagi-lagi ini adalah persoalan kegigihan dan kemahuan yang kuat yang terus dimiliki oleh seorang Yenni. Gadis kelahiran palembang ini pun akhirnya bisa meraih gelar sarjana di universitas ternama di negeri tetanga tersebut. yah, anak seorang pengayuh becak.

Marina dan Yenni Puspita adalah dua dari sekian banyak generasi tangguh yang ditulis dalam buku setebal 164 halaman ini. Tentu masih banyak kisa-kisah inspiratif lainnya yang sengaja ditulis secara lengkap dalam buku ini. Semua tentu mejadi motivasi bagi kita semua, bahwa semanagt adalah kunc untuk meraih mimpi.  Salam inspiratif.

Harian Bhirawa (5/8)


Menguatkan Derajat Kesalehan Sosial dengan Zakat

Judul Buku    : Panduan Zakat Terlengkap    
Penulis        : Tim Emir
Editor        : Izmir Azlan, Hijrah Ahmad,
Penerbit    : Emir (Penerbit Erlangga)
Cetakan    :1.  2016
Tebal        : 150 halaman
ISBN        : 978-602-0935-38-6
Umat Islam tentu sudah sangat akrab dengan istilah Zakat, satu dari sekian banyak jenis ibadah yang kerap dilakukan umat islam dalam suatu keadaan tertentu. Semisal zakat fitrah yang memang sudah menjadi salah satu rukun islam yang wajib di lakukan pada saat bulan suci Ramadan.

Selain zanat fitrah, ada beberapa jenis zakat lainnya yang juga wajib ditunaikan oleh setiap orang muslim dengan ketentuan dan syarat yang sudah berlaku.  Zakat sejenis ini hanya dilakukan bagi umat islam yang sudah mencapai standart minimal tetntu,  semisal zakat mal atau harta. Zakat ini tentu berbeda dengan zakat fitrah, hanya dilakukan jika sudah mencapai ketentuan yang distandartkan oleh syariah.

Buku berjudul Panduan Zakat trelengkap ini mengurai seabrek penjelasan seputar zakat, mulai dari syarat-syarat menunaikan zakat, jenis-jenis zakat hingga pada mnasalah fadilah zakat itu sendiri. Seluk beluk zakat 
yang notabeni menjadi kewajiban umat islam (baik zakat fitrah maupun zakat mal) terurai berdasar pada beberapa dalil qad’i yang secara khusus dan detil dibahas dalam buku terbitan Emir ini.

Sedikitnya terdapat empat bagian utama dalam buku ini, kesemuanya secara khusus membahas seputar zakat itu sendiri. Bab awal buku ini mengulas tentang definisi dan perkenalan zakat kepada publik. Dilanjutkan pada bab kedua, yang membahas tentang jenis-jenis zakat, bagian ketiga tentang akuntansi syariah dan terakhir tentang pelaporan sumber dan penggunan dana zakat, infak dan sedekah. Semua penjelasan itu disajikan dalam narasi bahasa yang cukup renyah sehingga mudah sekali dipahami oleh pembaca.

Mengawali uraian seluk beluk zakat, kali pertama juga dibahas tentang perbedaan zakat, infak dan sedekah, hal itu untuk memberikan pemahaman mendalam kepada pembaca tentang unsur pembeda dari ketiga hal tersebut. karena pada hakikatnya zakat, infaq dan sadagoh jelas memiliki makna dan tujuan yang berbeda, kendati dalam praktiknya sama-sama memberikan sesuatu kepada orang lain.

Ragam jenis zakat menjadi catatan khusus dalam bab dua di buku yang disusun oleh tim emir ini, pada bab ini secara detil diungkap beberapa jenis zakat yang sudah hampir pasti akan dijumpai dan wajib ditunaikan oleh umat islam (Hal. 33). Aneka macam zakat dimaksud antara lain zakat fitrah (zakat pribadi yang wajib ditunaikan pada bulan suci ramadan), zakat mal yang melipui zakat emas dan perak, zajat ternak, dan lainnya.

Harus diingat bahwa zakat bukanlah sekedar ritual keagamaan untuk menguatkan hubungan manusa dengan Tuhan, lebih dari pada itu, zakat juga memiliki dampak sosial yang luar biasa. Ini yang kemudian disebut hablun minannas. Zakat bisa menguatkan sikap soaial antar sesama manusia. Dan buku ini juga mengulas secara dalam arti kesalehan sosial tersebut melalui ibadah zakat. Maka sudah sangat jelas, bahwa zakat selain berfungsi untuk mensucikan diri dan harta beda yang kita miliki, juga bisa menjadi penyambung solidaritas antyar sesama.

Buku ini menjadi lebih menarik lantaran cara pembahasannya sangat sitematis, tim penulis verupaya untuk konsisten Membahas zakat secara rinci, termasuk juga dalam meberikan contoh dan perumpamaan aneka zakat yang rupanya sangat mudah dimengerti oleh pembaca. Selain itu, Hal yang mengkarakter dalam buku ini adalah pembahasan hal-hal yang berkaitan dengan zakat, yaitu produk syariah, sehingga buku ini bisa dibilang buku yang super kompleks.







Menyelami Makna Keikhlasan dari Para Imam

Judul Buku    : Iklas Tanpa Batas
Editor        : Izza Rohman Nahrowi
Penerbit    : Zaman Jakarta
Cetakan    : 1. 2016`
Tebal        : 208 Halaman
ISBN        : 978-602-1687-90-1
Buku ini secara khusus mengurai tentang substansi ikhlas, sesuatu yang sangat mudah diucapkan namun begitu sangat sulitnya dipraktikkan. Berdasar pada pendapat sepuluh ulama besar dunia, ilmu ikhlas dalam buku ini dijabarkan sesuai dengan latar belakang keilmuan masing-masing ulama tersbut.

Imam al-Hamim al-Tirmidzi mengungkapkan makna ikhlas sebagai proses legowo dalam menerima segala hal yang dihadapinya, rela mengalah pada orang lain dalam situasi dan kondisi apapun. Dicontohkan bahwa salah  satu indikator orang ikhlas adalah bersedia menerima barisan shalat meski tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Jika ia berharap dapat masuk barisan pertama seraya meniatkannya, namun ia tertahan karena khawatir mengganggu muslim lain, pahalanya dilipatgandakan dari pahala barisan pertama karena kehati-hatiannya untuk tidak mengganggu muslim lain (Hal. 55).

Ikhlas adalah rahasia antara Allah dengan hamba-Nya. Malaikat pencatat tidak mengetahui sedikitpun mengenainya untuk dapat dia tulis. Setan tidak mengetahuinya hingga tak dapat dia rusak, nafsu pun tidak menyadarinya tak mampu dia pengaruhi (Hal. 73). Betapa sangat tipis posisi ikhlas bagi manuisa, hanya dia dan Allah yang bisa mengetahui. Maka bisa dipastikan, jika kita merasa ikhlas pada saat bersamaan kita sudah keluar dari keihlasan itu sendiri. 

Sementara itu, Syekh Abd al-Rahman al-laja’i berpendapat, bahwa ikhlas menjadi kunci dari terkabulnya amal kebaikan manusua. Ikhlas harus menjadi modal utama diterimanya amal manusia. Tanoa keihklasan, amal justeru akan tidak berarti apa-apa. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, amal itu hanya menyisakan sesuatu yang tidak berguna, seperti capek dan sebagainya.

Semua amal yang tidak dibarengi ikhlas pasti akan dikembalikan kepada pelakunya, bahkan neraka lebih utama baginya. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah ungkapan, “pada hari kiamat, Allah azza wa jallah menghimpun amal-amal, entah yang bersih, yang kotor, pun yang murni, lalu Allah berfirman; ‘ambillah amal-amal yang terbukti dilakukan hanya untuk-Ku, selebihnya lemparkan ke Neraka” (Hal. 79).

Seorang ahli hikmah berpendapat, orang yang beramal hendaknya meniru adab beramal yang dpraktikkan pengembala kambing. Jika si pengembala melakukan shalat di samping gembalanya, maka shalatnya tidak akan pernah dipuji oleh kambing-kambingnya. Demikian pula orang beramal, ia tidak pernah memperhatikan pandangan manusia terhadap amalnya. Sebaliknya, ia harus mampu beramal secara konsisten, baik dikala ramai maupun sepi –beramal tanpa mengharapkan pujian (Hal. 84-85).

Petuah-petuah tentang ilmu ikhlas dan keikhlasan dalam buku ini begitu sangat menggugah kita sebgai umat manusia, betapa selama ini kita sering sekali mengabaikan sesuatu yang terkesan sederhana namun sangat peting ini. Untaian-untaian hikmah tentang roh ikhlas yang dijabarkan dalam buku terbitab Zaman ini diharapakn bisa menjadi ramuan dan terapi spiritual umat manusia agar selalu mempraktikan ikhlas dalam keadaan dan situasi apapun. Selamat membaca.




Refleksi Kritis Praktik Poligami

Judul        : Poligami, Berkah atau Musibah
Penulis        : Iffah Qanita Nailiyah
Penerbit    : Diva Press
Cetakan    : 1. Juni 2016
Tebal        : 148 Halaman
ISBN        : 978-602-391-155-4
Praktik poligami pada dasarnya sudah berlangsung sejak lama, bahkan di kalangan masyarakat islam -khususnya masyarakat arab-, poligami sudah ada jauh sebelum agama Allah itu ada. Terbukti, banyak masyarakat arab yang sudah memiliki isteri lebh dari satu, sebelum islam ada di tengah-tengah mereka. 

Fakta lainnya adalah didapatkannya beberapa raja-raja islam yang dengan sengaja telah melangsungkan perkawinan kepada lebih dari satu orang isteri. Hal itu menunjukkan bahwa poligami secara histyoris telah berlangsung begitu lama di belahan bumi ini. Sehingga, orang yang mempraktikkannya pun terus didapati dari segala jenis stratifikasi sosial yang dimlikinya.

Para raja zaman dahulu juga banyak yang mempraktikkan poligami, termasuk di antaranya raja-raja Islam. Mereka melakukan praktik poligami itu tentu tidak lepas dari asumsi bahwa Islam membolehkan poligami. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat an-Nisa’ (4):3 serta hadits Nabi Muhammad SAW. Inilah yang mendasari pemahaman bahwa poligami merupakan hal yang diperbolehkan dalam islam (Hal. 17).

Namun demikian, dasar dibolehkannya poligami seperti yang tercantum dalam surat an-Nisa’ tersebut tidak berarti merupakan anjuran atau pun kewajiban bagi setiap laki-laki untuk melakukannya. pada prinsipnya praktik poligami merupakan jalan keluar paling akhir dan dalam kondisi yang emergensi. Maka, buku berjudul Poligami, Berkah atau Musibah ini mencoba memberikan penyengaran tentang tafsir ayat-ayat poligami tersebut. agar kemudian tidak disalah artikan menjadi justifikasi diharuskannya seseorang melakukan praktik tersebut.

Quraish Shihab berpendapat, bahwa surat an-Nisa’ itu diturunkan tidak dalam rangka membuat satu peraturan tentang poligami, dalam artian ayat itu tidak dimaksudkan untuk menjadi dasar keharusan seorang laki-laki melakukan praktik poligami, sehingga menurut Quraish Shihab, ayat itu bukan sebagai dasar tentang harus atau wajinya poligami, namun hanya berbicara tentang “bolehnya” poligami, karena poligami hanya merupakan pintu darurat kecil yang hanya dilalui jika sangat diperlukan dengan syarat yang tidak ringan.

Dengan demikian, surat an-Nisa’ [4]:3 tidak bisa dipahami sebagai sebuah anjuran untuk berpoligami, apalagi sebuah kewajiban. Poligami atau tidak, semua diserahkan kepada masing-masing suami berdasarkan pada pertimbangannya. Al-Qur’an hanya memberikan wadah, selain banyak wadah-wadah lan yang memliki syarat lebih ringan dari pada poligami (Hal. 34-45).

Bukan sesuatu yang mudah, apalagi jika kondisi seorang suami tidak begitu memadai, praktik poligami menjadi sesutu yang harus dipikirkan lebih matang. Buku ni secara kritis membedah sisi negatif praktik poligami tersebut. tafsir kritis terhadap ayat poligami yang diurai dalam buku terbitan Diva press ini meliputi banyak aspek yang secara general dibahas oleh bebrapa imam dan tokoh-tokoh islam terkemuka. Salah satunya seperti pendapat Quraish Shihab di atas. Termasuk di dalamnya adalah aspek keadilan. 

Penting bagi para sumai untuk berfikir panjang sebelum memutuskan berpoligami. jangan sampai poligami menyebabkan suami lalai menjalankan tanggung jawabnya pada semua isteri, mengingat ia sebagai seorang imam atau kepala rumah tangga. Harus disadari bahwa dengan berpoligami, beban berat akan ia tanggung di sisi Allah SWT. (hal. 63).

Radar Surabaya, 7 Agustus 2016





Selasa, 02 Agustus 2016

Mengelola Eneergi Positif

Judul        : Dahsyatnya Pikiran Positif
Penulis        : Areya Prabu Firdaus
Penerbit    : Flashbook
Cetajkan    : 1. 2016
Tebal        : 180 Halaman
ISBN        : 978-602-391-192-9
Manusia diciptakan secara sempurna oleh Tuhan, dalam kehidupannya dibekali dengan dua hal mendasar yaitu akal dan nafsu. Dua hal ini secara sistematis terus mendorong manusia untuk melakukan sesuatu yang baik atau sebaliknya. Akal akan mendorong manusia untuk bertindak baik, sedangkan nafsu mendorong manusia untuk berbuat jelek.

Wujud perbuatan baik atau jelek sebenarnya masih ditentukan oleh upaya dari setiap individu yang telah memiliki nafsu dan akal tersebut, akal dan nafsu tidak semata-mayt akan berbuah kebaikan atau kejelekan, namun manusialah yang menjadi penentu akhir perbuatan baik atau jelek itu akan lahir. Disinilah fungsi usaha dan upaya manusia untuk menentukan.

Berfikir positif terhadap segala keadaan yang dihadapi, merupakan salah satu kunci untuk bisa meraih buah dari dorongan akal yaitu perbuatan baik. Dengan berfikir positif, akal akan selalu berkembang secara dinamis, sementara nafsu bisa diredam secara sistematis. Kedahsyatan dampak berfikir positif terhadap keberadaan manusia bisa kita temukan dalam buku berjudul Dahsyatnya Pikiran Positif karya Areya Prabu Firdaus ini. 

Dalam buku ini diurai secara detil beragam dampak yang dihasilkan dari pikiran positif, diantaranya adalah berguna untuk melejitkan Sumber Daya manusia (SDM), sekaligus bisa mendongkrak nilai penjualan bagi kita yang sedang melaksanakan kegiatan usaha dan bisnis. Selain itu, berfikir positif ternyata juga bisa menjadi terapi kesehatan fisik dan psikis umat manusia. Pikiran positif ternyata bisa mendorong hormon yang bisa mepercepat penyembuhan di kala sakit.

Dengan berfikir positif, ada dua manfaat sekaligus yang kita dapat, yaitu hidup bisa sehat, mendukung upaya percepatan penyembuhan. Pasien yang memiliki pikiran positif, optimis bisa sembuh, terbuka pada dokter, dan rileks (tenang) lebih cepat sembuh dibandingkan mereka yang berfikiran negatif, pesimis, dan tidak memiliki gairah harapan hidup. Sehingga, dapat ditegaskan bahwa pikiran positif begitu berpengaruh terhadap proses peningkatan kesehatan seseorang (Hal. 37).

Pikiran positif juga penting untuk dimiliki dan selalu diterapkan oleh seorang pemimpin, hal itu untuk menjaga kewibawaan dan stabilitas kerja para bawahannya. Dengan cara berfikir positif, pemimpin dengan mudah mengatur ritme pekerjaan serta selalu santai dalam menghadapi masalah yang diterima dan diadukan oleh bawahannya. Tak hanya itu, pikiran positif yang dimiliki oleh seorang pemimpin mampu menciptakan iklim kerja yang nyaman bagi bawahannya.

Karena itu penting bagi pemimpin dan manager untuk berfikir positif tentang segala sesuatu yang dan setiap tindakannya, baik di lingkup kantor maupun di luar kantor. Dengan demikian, sesungguhnya berfikir positif harus dimiliki oleh siapapun, baik pemimpin mau pun karyawan. Sebab berfikir positif  -yang oleh seagian orang dianggap sepeleh- sesungguhnya sangat berdampak terhadap diri sendiri dan kemajuan perusahaan (Hal. 48).

Berfikir positif juga menjadikan lingkungan sebagai relasi yang baik, yaitu membuat kita menjadi pejuang yang optimal, ajaklah tim penjualan anda untuk berfikir positif agar memiliki rasa tanggung jawab dan melaksanakan tugasnya secara maksimal. Ajaklah mereka membuat ukuran keberhasilan secara individu dan galilah pikiran mereka agar menemukan cara-cara mereka sendiri untuk mencapai tujuan. Sebab, sebagian orang akan malas ketika hanya diminta kerja keras berdasarkan cara berfikir dan tujuan orang lain. Dengan demikian, berfikir positif juga berarti anda bisa menemukan hal-hal negatif yang mungkin muncul, lalu berupaya mendaptkan cara untuk mengatasinya (Hal. 156).

Sungguh sangat dahsyat dampak pikiran positif bagi kebelangsungan hidup manusia, buku ini menyajikan substansi dari dampak berfikir positif tersebut. kita bisa menemukan banyak hal yang berkaitan dengan kunci keberhasilan, baik sebagai pemimpin, mau pun karyawan biasa melalui pikiran positif tersebut. buku ini tentu layak  dibaca oleh semua kalangan. Mulai dari karyawan hingga seorang atsan. Yakinlah, bahwa merawat pikiran positif akan mampu mengantarkan kita pada gerbang kesuksesan.

Koran Sindo



Menyelami Mutiara Kebijaksanaan Islam

Judul    : Al-Hikam Al-Islamiyah
Penulis    : Imam Jalal Rahman
Penerbit    : Serambi
Cetakan    : 1. Juni 2016
Tebal    : 330 Halaman
ISBN    : 978-602-290-067-2
Tujuan akhir kehidupan ini adalah meraih kebahagiaan, bahagia di dunia, lebih-lebih di alam baka. Pintu memasuki ruang kebahagiaan tersebut adalah menguatkan hakikat spiritual dalam setiap sendi-sendi kehidupan. Hal ini yang akan terus menuntun manusia memasuki satu persatu pintu kebahagiaan tersebut.

Buku berjudul Al-Hikam Al-Islamiyyah karya Imam Jalal Rahman ini adalah kumpulan beberapa unataian mutiara kebijaksanaan islam yang bersumber dari kitab suci, sabda nabi termasuk juga ujaran para ulama sufi. Mutiara kebijaksanaan yang diurai dalam buku ini merupakan rentetan terapi spiritual untuk meguatkan pola pergerakan manusia sehingga bisa meraih tujuan akhir kehidupan tersebut

Menyadari akan posisi diri yang sebenarnya, merupakan tahapan dari menguatkan spiritualits pada diri. Buku ini membahasakan; “kami belum mengenal-MU, sebagaimana kami seharusnya mengenal-MU (Hal. 50). Sebuah totalitas pengakuan seorang hamba bahwa tidak akan mampu manusia untuk bisa mencapai sesuatu yang menjadi keinginannya, tanpa kehendak-Nya. Bahkan dalam sisi ilmu pun, diibaratkan jika lautan dirubah menajdi tinta tak akan bisa menulis banyaknya ilmu Allah.

Kemilau abadi sang khalik begitu jauh di luar pemahaman pikiran manusia yang bahkan paling tercerahkan, sehingga kita tidak bisa mulai utuk memahami atau menggambarkannya. Upaya lemah kita yang demikian itu bagaikan menggunakan tongkat bambu untuk mengukur krdalaman samudera (Hal. 50-51).

Sebuah untaian hikmah yang sangat dalam,  tentang bagaimana sesungguhnya  makna eksistensi manusia di hadapan Tuhan, seperti mengukur kedalaman samudera dengan tongkat bambu.  Dalam sebuah hadis disebutkan, Kenali dirimu, maka engkau akan mengenali Tuhanmu”. Ini menunjukkan, bahwa sebenarnya semakin kita tahu posisi kita sebagai manusia, maka semakin tahu pula betapa sangat rendahnya kita di hadapan Allah, dan betapa sangat agungnya sang Khalik penguasa alam semesta ini.

Untuk mengenal diri kita maka kita harus waspada terhadap seluruh suara, getaran, impuls, dan kecenderungan yang membawa kita mendekat atau menjauh dari diri kita yang sejati. Kita harus menyadari kondisi-kondisi yang menggiring kita pada pola-pola perilaku merusak, seperti merasa benar sendiri, rendah dri, agresi, ketidak jujuran, dan menyalahkan orang lain atas kesalahan kita. Juga, kita harus menulis ulang lembaran batin kita supaya kita bisa menjadi lebih toleran, dermawan, santun jujur, dan bertanggungjawab atas pilihan kita sendiri. Itu bukanlah tugas mudah, kecenderungan ego utuk merasa benar sendiri begitu halus dan meperdayakan, sehingga bahkan mahkluk-mahkluk tercerahkan kadang mengalami kemunduran dan harus bekerja terus menerus untuk bisa terus sadar dan waspada (Hal. 70-71).

Olah spiritual merupakan kunci untuk meraih substansi kehidupan, dan buku ini adalah referensi untuk menguatkan olah spiritual tersebut. Diolah dengan tutr bahasa yang sangat puitik, buku ini begitu menyegarkan nalar spiritualias kita sehingga bisa menyuburkan semangat untuk selalu beribadah kepada-Nya.

Secara lembut, sentuhlah dada anda dan panjatkan doa penuh niat untuk senantiasa awas terhadap hati Anda. Jika perhatian Anda menyimpang, kembali sentuh dada anda untuk mengingatan diri Anda sndiri. Fokus berulang pada hati ini akan mengaktifkan cahaya misterius dan kesaksian diri yang dilambari cinta (Hal. 73-74).


Rekam Jejak Dua Umar dalam Satu Tujuan

Judul        : The Great of Two Umar
Penulis        : Fuad Abdurrahman
Penerbit    : Zaman Jakarta
Cetakan    : 1. Juli 2016
Tbal        : 216 Halaman
ISBN        : 978-602-1687-99-4
Sejarah mencatat, ada banyak kholifah di masa awal kejayaan Islam masa lalu yang berhasil menjadi pemimpin sekaligus pengayom tehadap rakyatnya. Keberhasilan itu diraih lantaran mereka betul-betul memahami apa sebenarnya makna jabatan kholifah atau pemimpin kala itu, sehingga otomatis, jabatan yang mereka punya tidak disalah gunakan, bahkan dilaksanakan dengan penuh amanah. 

Begitu kiranya potret dua orang kholifah yang diulas dalam buku berjudul The Great of Two Umars ini. Umar bin al-Kattab dan Umar bin Abdul aziz adalah dua dari sekian banyak kholifah yang berhasil menjadi pemimpin dengan berbekal amanah yang sangat kuat. Kisah ketokohan dua Umar ini dijabarkan secara detil dalam buku ini, mulai sejak masa menjadi rakyat biasa, saat menjadi pemimpin, hingga menjelang wafatnya, semua diulas dengan penuh hikmah.

Keteladanan menjadi pemimpin adalah kata kunci dari keberhasilan dua khalifah ternama ini. Meski mereka hidup dalam waktu dan suasana yang jauh berbeda, namun gaya dan metode kepemimpinannya nyaris sama, tegas, adil dan jujur adalah pondasi dari pergerakan kepemimpinan dua umar sang kholifah tersebut. Berkat ketegasan serta kejujuran itulah, perjalanan kepemimpinannya itu selalu berwibawa, dan disegani oleh semua rakyat serta pejabat kala itu.

Suatu ketika, ada seorang prajurit yang merasa didzolimi oleh Abu Musa al-Asy’ari, prajurit itu dihukum dengan dicukur rambutnya di depan orang banyak. Abu Musa beralasan sang prajurit itu dianggap tidak patuh dan tidak mematuhi komando yang telah dilakukannya. Akhirnya sang prajurit kecewa, diapun mengadu kepada sayyidina Umar. Sang kholifah pun akhirnya mulis surat dan disuruh berikan kepada Abu Musa.

“Semoga engkau selamat, sesungguhnya si fulan telah mengadu kepadaku bahwa engkau telah mencukur rambutnya. Maka, telah kuambil keputusan; bila engkau mencukur ia di depan orang banyak, perkenankan dia mencukurmu di hadapan orang banyak pula, dan bila engkau mencukurnya di tempat sunyi, perkenankan dia mencukurmu di tempat sunyi pula” (Hal. 89).

Sebuah bukti ketegasan sekaligus keadilan seorang kholifah umar.  sama sekali dia mau tahu bahwa Abu Musa adalah seorang pejabat, pihaknya tetap harus memberikan hukuman kepadanya. Inilah yang setiap waktu dilakukannya, bahkan kepada keluarganya sendiri. Tak ada nepotisme dalam kehidupan kholifah Umar bin al-Khattab. Semua harus berlandaskan kejujuran, keadilan dan amanah.

Begitu juga dengan Umar bin Abdul Aziz, ketokohannya begitu sempurna lantaran selalu berlandaskan sikap adil dan jujur, tak jauh berbeda kholifah umar sebelumnya. Bahkan dalam menjalani kehidupan sebagai seorang kholifah, Umar tetap konsisten dengan kondisi kehidupan yang sesunggunya, yaitu tetap memilih hidup sederhana. Dan pilihan itu juga yang membuat kholifah ini tak pernah menyalah gunakan jabatan yang dimlikinya.

Umar kemudian memberikan kebebasan kepada sang isteri untuk memilih, apakah tetap menjadi isteri kholifah dengan resiko menanggung pekerjaan berat namun penghasilan pas pasan, ditambah kurangnya perhatian kepada anak dan isteri. Atau, memilih masa berpisah (Hal. 242).

Lagi-lagi sebuah potret keteladan sebagai wujud amanah terhadap jabatan yang telah disandang. Keluarga pun akhirnya menjadi nomor kesekian lantaran sudah yakin bahwa melayani rakyat yang di pimpin jauh lebih penting dari segalanya itu. Inilah sosok keteladan seorang pemimpin, yang mungkin saat ini sulit untuk kita temui. 

Kisah dua umar yang diulas dengan begitu mendalam dalam buku terbitan Zaman ini memberikan pencerahan bagi semua bahwa ada kunci utama yang semestinya dimiliki oleh setiap pemimpin, yaitu adil, jujur dan tegas. Tentu dengan mengutamakan kepentingan orang yang dipimpinnya. Ada satu tujuan mulia dan kisah dua khalifah ini yaitu tujuan unuk mencapai ridla Allah melalui senyum para rakyatnya.



Budaya Mudik dan Kesadaran Sangkan Paran

Judul        : Sedang Tuhan pun Cemburu
Penulis        : Emha Ainun Nadjib
Penerbit    : Bentang Pustaka
Cetakan    : 1. 2015
Tebal        : 443 Halaman
ISBN        : 978-602-291-079-4
Judul di atas sebenarnya merupakan salah satu judul esai Emha Ainun Nadjib dalam buku Sedang Tuhan pun Cemburu ini. Sebuah buku yang mengajak pembacanya untuk selalu menyegarkan cara berfikir, melihat  dan bertindak dalam kehidupan ini. 

Dinamika kehidupan manusia selalu mengalami perkembangan yang dinamis,  perjalanan waktu mengantarkan manusia dari satu titik ke titik lainnya. Itulah sebabnya, setiap insan selalu mengalami perubahan, cara berfikir, berbuat serta perubahan lainnya. Denyut nadi soasial masyarakat kita rasanya tak akan pernah selesai dieja, lantaran perubahan menjadi hukum yang terbantahkan.

Pergeseran cara berfikir masyarakat kita menjadi sesuatu yang tak bisa kita lawan, implikasi kemajuan zaman termasuk sains teknolgi merambat pada berubahnya pola pikir masyarakat, dari yang mulanya sosialis misalnya, berubah menjadi individualis, dari yang idealis bergeser menjadi pragmatis, dan seterusnya dan seterusnya. Itulah perubahan yang tak ada ujungnya.

Gambaran tentang dinamisasi kehidupan yang tak berujung itulah yang dituangkan Cak Nun dalam buku ini, dia berhasil merekam kegelisahan denyut nadi sosial masyarakat kita saat ini.  Banyak tindakan dan perbuatan yang dilakukan manusia tak sesuai dengan substansinya, mereka berbuat hanya demi satu tujuan yang mereka buat sendiri.

Dalam kasus mudik misalnya, semua orang tahu bahwa mudik adalah sebuah aktifitas masyarakat dalam rangka menjalin silaturrahmi dengan sanak keluarganya, mereka sudah menyiapkan diri untuk mudik jauh sebelum bulan puasa tiba, lambat laun mudik pun bergeser oreintasinya, dari tujuan silaturrahmi, kadang berubah menjadi media pamer diri atau bahkan harta benda, untuk menggambarkan keberhasilannya di tanah seberang. Memang itu hanya kasuistik, masih banyak masyarakat yang konsisten dengan tujuan mudik yang sebenarnya. Dan bagi Cak Nun, mudik tetaplah kegiatan mulia yang harus dipertahankan substansinya.

Orang beramai-ranai mudik itu sebenarnya sedang setia pada tuntutan sukmanya untuk bertemu dan berakrab-akrab kembali dengan asal usulnya. Mudik itu menandakan kometmen batin manusia terhadap sangkan paran dirinya. (Hal. 42).

Kumpulan esai-esai Cak Nun ini merupakan refleksi seorang Emha Ainun Nadjib terhadap kehidupan ini, Cak Nun melihat betapa banyak perubahan perilaku manusia yang mencoba mengkaburkan pola interaksi dengan Tuhannya, bahkan tak sedikit pula, manusia yanmg mulai menjauh dari hiruk pikuk sosialnya.

Pembacaan terhadap situasi negeri ini juga tak luput dari ulasan Cak Nun dalam buku ini, secara kritis Cak Nun berhasil “menelanjangi” kebobrokan negeri yang berjuluk gemah ripah loh jinawi ini. Beberapa esainya secara tegas mengkritisi keberadaan negeri ini yang mulai tak sedap dipandang mata. Bagi Cak Nun, negeri ini sudah seperti dihuni oleh manusia-manusia tak berakal, mereka menggunakan segala macam cara untuk memenuhi hasrat dan keinginan pribadinya.

Beberapa tahun ini saya menyaksikan di antara mereka terjadi “perang besar-besaran”, terus menerus. Dan, dalam keadaan sakit itu, mereka terus berproduksi. Sesudah kelelahan kerja, tanpak seolah-olah konflik itu sebenarnya tak ada, semua, dan tidak abadi. (Hal. 380).

Bahasa ringan yang digunakan penulis dalam buku ini, membuat siapapun yang membaca buku ini terbawa pada suasana yang sangat nyaman. Namun demikian, isi dan makna yang sangat dalam termaktub dalam bahasa-bahasnaya yang ringan tersebut, membuat pembaca semakin paham dengan kondisi kehidupan bangsa kita saat ini. 

Buku kumpulan esai yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka ini, merupakan media represetatif bagi kita semua untuk membaca kehidupan ini, mulai dari konteks sosial, budaya, agama dan lain sebagainya. Denyut nadi kehisupan manusia, hampir sepenuhnya terekam dalam buku bergengsi ini. Pembaca juga akan diajak untuk merevitalisasi kembali pola pikirnya sehingga menjadi lebih baik. Buku setebal 443 halaman ini akan membangkitkan kembali semangat revolusi berfikir umat manusia.

Jawa Pos




Harmoni Fatwa Agama Dalam Keberagaman

Judul        : Fatwa Hubungan Antaragama 
                 Di Indonesia
Penulis        : Rumadi Ahmad
Penerbit    : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan    : 1. 2016
Tebal        : 309 Halaman
ISBN        : 978-602-03-2502-6
Dirkursus wacana agama dan keagamaan kerap menjadi isu sensitif dalam beberapa dekade terakhir, tidak sedikit problem sosial bermula dari isu agama, tidak jarang pula konfilk sosial dibawa-bawa ke ranah agama. Intoleransi menguat seiring kian merebaknya isu sentitif lintas agama tersebut dan menjurus pada pembunuhan karakter kaum Beragama. 

Akar geonologis problem klasik ini rupanya terletak pada egoisme kaum beragama, menganggap agama lain tidak lebih baik dari agama yang sedang dipeluknya. Padahal,  masyarakat yang hidup dalam suatu bangsa majemuk seperti Indonesia, toleransi mestinya djadikan pijakan utama dalam setiap pergerakan Beragama. Dengan tetap menghargai agama lain di luar agama yang sedang dipeluknya.

Dalam upaya menekan pergolakan sosial yang diakibatkan isu agama tersebut, Rumadi Ahmad melalui Bukunya yang berjudul Fatwa Hubungan Antaragama Di Inonesia ini mencoba hendak menyegarkan kembali pola pikir kaum Beragama tentang signifikansi perdamaian dan toleransi antar umat Beragama, melalui fatwa-fatwa keagamaan yang dia rangkum melalui kajian kritis atas relasi agama di Indonesia.

Buku ini memuat sejumlah fatwa yang jika dipahami bisa mendinginkan pikiran liar kaum Beragama, liar dalam artian terlalu bebasnya kaum beragama menilai subjektif tentang keburukan agama lain. Padahal tak jarang penilaian itu muncul dari isu provokatif yang sengaja dimaninkan oleh kelompok tertentu.  Jika ditarik ke akar persoalan, hampir semua kasus atas nama agama yang muncul di belahan dunia ini –termasuk di Indonesia- berawal dari provokasi dan propaganda kelomok tak bertanggugjawab, yang dikonsumsi secara langsuang oleh kelompok kaum begama tersebut.

Masyarakat Indonesia, meruakan masyakat timur yang kita kenal dengan kearifan lokalnya. Mereka selalu memandang keberadaan agama dalam bingkai kerukunan. Adat ketimuran yang menjadikan mereka hidup bersandingan di tengah perbedaan kepercayaan. Harmoni ini bisa terjaga ketika mereka sama-sama memahami bahwa urusan agama adalah usrusan mereka dengan Tuhannya, sementara  urusan sosial harus lepas dari unsur agama tersebut.

Hubungan antaragama yang selama ini dipraktikkan masyarakat dalam tradisi dan kebudayaan lokal sejatinya telah mejadi modal sosial yang amat berharga dalam menjaga harmoni dan kerukunan. Hidup rukun telah mejadi kebiasaan masyarakat sejak dulu meskipun berbeda agama. Hidup berdampingan sudah sejak lama dipraktikkan oleh Masyarakat (Hal. 2).

Salah satu fatwa hubungan antargama di Indonesia yang dibahas dalam buku ini adalah fatwah toleransi, dengan menempatkan posisi agama sebagai kebutuhan individu manusia, sehingga tidak perlu ada “debat kusir” mengenai kebenaran masing-masing agama. Dijelaskan bahwa masing-masing agama memiliki persamaan dan perbedaan. Dan jika itu dipahami secara mendalam, kaum Beragama akan mengetahui bahwa agama adalah sumber dari perdamaian.

Meskipun ketiga agama keturunan Ibrahim (Yahudi, Nasrani dan islam) diyakini berasal dari Tuhan. Ketiganya mempunyai titik temu dan titik seteru. Sehingga menunjukkan persamaan dan perbedaan di antara ketiga agama tersebut. Adanya persamaan menunjukkan kesinambuungan (continuity) dari satu agama ke agama berikutnya. Hal itu biasanya terletak pada dimensi esoteric dan deminsi etik agama. Perbedaan menunjukkan adanya perbedaan syariat atau deminsi eksoterik setiap agama (Hal. 36).

Pesan moral yang hendak disampaikan penulis melalui buku setebal 309 halaman ini adalah terbangunnya karakter kaum Bergama yang mendahulukan arti sebuah perdamaian dengan agama lain. Buku ini meramu sejumlah fatwa yang hendak mengantarkan umat manusia ke dalam bingkai kerukunan, perdamaian dan keharmonisan dalam brgama. Meminjam bahsanya KH. Said Aqil Siradj, Ketua Umum PBNU dalam sinpisis buku terbitan Gramedia Pustaka Utama, bahwa fatwa-fatwa yang diurai dalam buku ini bisa menjadi modal untuk membangun masyarakat yang moderat dan insklusif.

Kabar Madura


Senin, 01 Agustus 2016

Konsep Menjadi Manusia Berpengaruh

Judul        : Cerdas Memengaruhi Orang Lain
Penulis        : Budi Susilo
Penerbit    : Diva Press
Cetakan    : 1. Juni 2016
Tebal        : 176 Halaman
ISBN        : 978-602-391-177-6
Keterampilan berkomunikasi ternyata juga menjadi bagian penting dalam merajut kesuksesan, terutama sukses dalam mempengaruhi orang lain. Penguasaan terhadap ragam model komunikasi tersebut menjadi kata kunci dari setiap upaya untuk “menguasai” pergerakan orang lain. 

Pada dasarnya, komunikasi mengandung unsur pembacaan, baik komunikasi verbal maupun  non verbal. pada sisi inilah, manusia bisa mengetahui kondisi yang sesunggunya terjadi atau sedang dialami oleh lawan komunikasinya tersebut. Sehingga dengan mudah, kita bisa mempengaruhi lawan komunikasi kita.

Buku ini mencoba membedah pelajaran penting kepada pembaca tetang langkah dan konsep unuk bisa memengaruhi orang lain melalui pembacaan lawan komunikasi dengan berbagai metode. Mulai dari pembacaan bahasa tubuh, hingga pembacaan terhadap karakter sang lawan komunikasi itu sendiri.

Setidaknya terdapat lima metode memengaruhi orang lain yang berhasil dihimpun dalam buku terbitan Diva Press ini, lima metode itu merupakan rumpun pembacaan posisi orng lain saat sedang berkomunikasi dengan kita,  seperti membaca wajah dan karakternya, membaca wataknya, membaca bahasa wajahnya, membaca bahasa tangannya,  termasuk membaca bahasa kakinya.

Salah satu bagian pentig dari pembacaan wajah adalah organ mata. Mata manusia ternyata memiliki jutaan isyarat yang bisa dibaca setiap saat. Orang yang jeli bisa melihat kelemahan lawannya hanya dari kedipan atau gerakan bola mata. Makanya, dalam buku ini salah satu cara untuk bisa memengaruhi orang lain adalah dengan menguasai isyarat mata lawan.

Mata dianggap sebagai bagian organ wajah yang mampu mengungkapkan segalanya. Keadaan emosi yang tidak stabil dan dalam bad mood akan dapat terlihat dari sorot mata seseorang, misalnya tajam, dangkal dan lain sebaginya (Hal. 42).

Mata adalah gerbang jiwa, jendela hati. Mata dapat menceritakan segala yang kita rasakan; berbohong, bahagia, jujur sedih dan senang. Biasanya, bahasa tubuh orang berbohong terlihat dari mata yang tidak fokus. Orang yang berbohong beusaha melihat ke arah lain; kanan, kiri, atas, dan bawah dengan dibarengi obrolan terus menerus (Hal. 104).

Cara lainnya adalah dengan membaca bahasa tangan. Tangan juga menadi salah satu organ penting yang bisa dijadikan isyarat keberadaan jiwa dan psikologi manusia. Maka, memengaruhi manusia bisa dilacak dengan membaca pergerakan tangannya. Kondisi gugup, atau bahkan tegang bisa kita amati dari cara tangannya bergerak saat dia berbicara.

Salah satu kebiasaan manusia yang dilakukan dalam kondisi tertentu untuk memanfaatkan tangannya adalah dengan memasukkan satu atau kedua tangan ke saku celana. Kondisi ini justru bisa dibaca sebacai momentum bahwa keberadaannya sedang dalam kondisi kurang baik, minimal sedang gugup. Ketika sudah bisa dibaca seperti itu, maka  kita dengan mudah memengaruhinya sesuai apa yang kita butuhkan.

Anggapan meletakkan tangan di dalam saku digunakan untuk menutupi rasa gugup dan membuat percaya diri adalah keliru. Mereka meletakkan tanganya di saku berarti sedang gugup dalam sebuah situasi tertentu. Para ahli memberikan gambaran sebagai upaya memanipulasi, menenangkan ata menyesuaikan diri (Hal. 129).

Terakhir adalah membaca kaki, organ ubuh yang berada paling bawah ini juga bisa dijadikan media untuk melacak kondisi kejiwaan dan psikologi sesorang. Maka, salah satu cara untuk bisa memengaruhi orng lain yang kebetulan menjadi lawan komunikasi kita adalah dengan mmbaca bahasa kakinya.

Tak hanya tangan,  tenyata gerakan kaki juga dapat menunjukkan bahasa seseorang. Kemampuan kita dalam membaca gerakan, tentu dapat menentukan sikap yang baik dalam menghadapi orang ain (Hal. 139).
Buku ini diharapakan menjadi kunci keberhasilan kita dalam memengaruhi orang lain. Saat berkomunikasi, setiap komunikator atau komunican tentu sama-sama memiliki harapan lahirnya satu kesimpulan yang sama-sama menguntungkan. Maka, beberapa uraian dalam buku setebal 176 halaman ini bisa dijadikan rujukan untuk melahirkan kesamaan persepsi yang tentu diawali dengan proses saling memengaruhi.
Kabar Madura



Revolusi Belajar ala Kanjeng Nabi

Judul        : Metode Pengajaran Rasulullah SAW
Penulis        : Sitiatava Rizema Putra
Penerbit    : Diva Press
Cetakan    : 1. Juni 2016
Tebal        : 216 Halaman
ISBN        : 978-602-391-208-7
Proses belajar mengajar selalu memerlukan inovasi, baik dalam segi metode, konsep hingga model pembelajaran. Hal itu bertujuan untuk menghasilkan produk pembelajaran yang bermutu yang berimplikasi pada lahIrnya out put dan out come pendidikan yang berkualitas.

Gebrakan inovasi pembelajaran ini tentu menjadi tanggung jawab setiap tenaga pendidik, mereka diharuskan untuk bisa menguasai pelbagai ragam metode yang variatif dan menyenangkan, sehingga bisa membentuk kulaitas sumber daya manusia yang memadai. 

Salah satu metode pembelajaran yang bisa djadikan referensi hari ini adalah konsep mengajar yang pernah diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW. Selain sebagai Rasul, beliau ternyata memiliki kemampuan metodologis yang luar biasa dalam melakukan proses belajar mengajar. Tak ayal, beliau juga dikenal sebagai guru yang sukses dalam mendidik para sahabat dan umatnya.

Buku ini mencoba mengurai ragam metodoligis pembelajaran yang pernah diterapkan oleh Nabi, terutama proses belajar mengajar yang beliau sampaikan langsung kepada para sahabat kala itu. Salah satunya yang paling ditekankan oleh Nabi adalah pendidikan keteladanan. Di mana, guru harus tampil menjadi figur yang selalu layak untuk digugu dan ditiru. Dan nabi Muhammad sudah berhasil menerapakn pola itu sehingga dalam setiap pelajaran yang beliau sampaikan, beliau alah orang petama yang melakukannya.

Ada dua bentuk strategi keteladanan. Pertama, keteladanan yang disengaja dan dipolakan sehingga sasaran dan perubahan perilaku dan pemikiran anak sudah direncanakan dan ditargetkan. Misalnya, seorang guru sengaja memberikan contoh yang baik kepada muridnya sehingga dapat menirunya. Kedua, keteladanan  yang tidak disengaja. Dalam hal ini, guru tampil sebagai seorang figur  yang dapat memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari (Hal. 70).

Pendidikan keteladan memang menjadi kunci awal keberhasilan proses pembelajaran, karena dengan keteladanan itu, peserta didik dengan mudah akan mengikuti setiap arahan yang dilakukan oleh tenaga pendidik. Pola ini pula yang menjadi strategi dasar keberhasilan pendidikan yang telah dijalankan oleh Nabi. Sehingga, proses KBM berjalan dengan baik, kondusif serta mudah dipahami.

Selain itu, konsep pembelajaran lain yang selalu diterapkan oleh Nabi adalah menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang nyaman. Strategi yang dilakukan beliau adalah melakukan proses penjernihan jiwa dan pikiran peserta didik, dengan cara itu, peserta didik akan merasakan ketenangan pada jiwanya, serta meliki tingkat konsentrasi yang tinggi.

Sebelum memberikan pelajaran, sering kali Nabi Muhammad SAW, meminta para sahabat untuk tenang dan fokus dengan menarik perhatian mereka. Beliau juga memotivasi para sahabat agar memperhatikan sesuatu yang beliau ajarkan. Begitulah strategi yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam menciptakan suasan belajar yang nyaman (Hal. 156).

Kehadiran buku terbitan Diva Press ini menjadi fajar baru bagi dunia pendidikan kita, utamanya para guru yang selama ini dihadapkan pada problematika pembelajaran di kelas. Strategi mengajar Rasulullah yang diurai dalam buku setebal 216 halaman ini dimungkinkan mampu menjadi spirit revolusi belajar bagi setiap tenaga pendidik yang ada di negeri ini. Tak hanya menginspirasi, namun seluruh konsep mengajar Nabi yang diulas secara detil di buku ini juga mampu menjadi solusi bagi seluruh guru di tanah air.
Harian Analisa




Membongkar Skenario Politisasi Sejarah Dunia

Judul        : Kebohongan Sejarah Yang Menggemparkan
Penulis        : Majdi Husain Kamil
Penerbit    : Mizania
Cetakan    : 1. 2015
Tebal        : 514 Halaman
ISBN        : 978-602-1337-75-2
“Kedustaan tak ubahnya bola salju yang makin membesar ketika menggelinding” (Aforisme Rusia).

Sejarah pada dasranya lahir sebagai pelajaran dan referensi bagi generasi berikutnya, maka autentisitas kebenaran sejarah sudah pasti menjadi keharusan dalam akselerasi dan perkembangan sejarah itu sendiri, demi memberikan penjelasan utuh tentang sesuatu yang telah terjadi jauh sebelum generasi kontemporer itu lahir.

Namun siapa sangka, tidak semua sejarah dunia yang telah tertulis rapi dalak museum kehidupan merupakan kebenaran muthlak yang layak menjadi bagian penting perjalanan generasi masa kini, banyak peristiwa masa lalau yang secara sengaja dibolak-balikkan dari fakta demi sebuah kepentingan konspiaratif kelompok atau golongan tertentu.

Itu yang akan kita temukan dalam penelasan reporatatif ilmiah hasil tulisan Majdi Husain Kamil dalam buku berjudul Kebohongan Sejarah Yang Menggemparkan Dunia, di mana hampir dari rentetan sejarah penting yang pernah terjadi dbelahan dunia ini merupakan hasil rekayasa sekelompok orang untuk menjustifikasi sejumlah kepentingan, atau paling tidak terdapat penulisan sejarah yang sengaja dirubah dari fakta yang sesungguhnya.

Buku yang dihasilakn dari studi rieset mendaam ini secara detil menunjukkan berbagai kedustaan besar yang sangat berbahaya dalam perjalanan sejarah dunia, mulai dari persolan sosial ekonomi, budaya hingga agama. Termasuk pembahasan seputar kebohongan kaum zionis. Kesemua itu merupakan bentuk konspirasi kelas kakap demi satu tujuan yang telah mereka siapkan sebelumnya.

Teori Kosmogoni atau asal susul kemunculan alam semesta dan penciptaan manusia menjadi pembahasan pemula dalam buku ini, kedustaan sejarah yang dibomingkan dalam peristiwa ini adalah seputar Darwinisme, di mana manusia diklaim merupakan hasil penyepurnaan dari sebuah mahluk bernama kera, yang kemudian mengalami penyempurnaan melaui tahapan-tahapan evolusi.

Yang tak kalah menariknya, buku ini juga memaparkan tentang kedustaan besar bangsa Amerika Serikat (AS), dalam konteks ini setidaknya bisa dbuktikan dari pristwa 11 September. Daalm peristiwa tersebut, dunia telah dibelok pada satu persepsi tentang siapa dibalik peristiwa tersebut, alhasil secara spontan klaim pun terarah pada kelompok muslim yang data faktualnya belum bisa diterima oleh akal, logika dan analisis ilmiah kala itu.

Ada kalangan yang menegaskan bahwa peristiwa itu 100 persen rekayasa zionis Amerika, sembari memaparkan berbagai bukti. Kalangan lainnya menyatakan Washington telah bterjebak, sebagaimana peperangan di Afaganistan dan Irak yang seolah-olah menjadi bagian dari strategi Al-Qaeda untuk melengserkan Amerika dari puncak konstilasi pemerintahan dunia (Hal. 246).

Narasi kebohongan yang mencuat dalam peristiwa ini adalah kecepatan klaim pihak bersalah ditengah kontroversi siapa di balik semua itu. Inilah yang belakangan kemudian menjadi alasan kuat tentang indikasi kedustaan dan by design dalam peristiwa yang cukup menggemparakan dunia kala itu.

Selain itu, provokasi atas nama agama juga menjadi bagian penting dari rentetan propaganda kaum barat untuk melemahkan geakan Islam. Bahasan ini rupanya menjadi ulasan khsusu dalam buku terbitan Mizamia ini. Karena kebohongan yang satu ini begitu massif didistribusikan secara luas untuk mendevormasi citra Islam. Semisal kebohongan yang meyebutkan bahwa islam disebarkan dengan tajamnya pedang, intimidasi, dan bemtuk kekerasan lainnya (377-378).

Kemampuan pembaca Menelisik sejumlah kebohongan sejarah lainnya yang pernah terjadi di dunia ini rupanya menjadi target khsuus dari lahirnya buku ini, karena disadari atau tidak banyak sekali kebohongan sejarah yang terabaikan oleh dunia sehingga seakan-akan semua itu benar. Buku ini menurut penulisnya adalah konklusi perjalaan studi investigatif eksternal terhadap dokumen-dokumen sejarah, guna menelisik kebohongan-kebohongan terbesar yang ditawarkan dokumen-dokumen tersebut.


Pesan Suci di Balik Catatan Selfie

Judul        : Selfie Stories
Penulis        : Dewi Rieka, dkk.
Penerbit    : Mizan
Cetakan    : 1. 2015
Tebal        : 151 Halaman
ISBN        : 978-602-0851-28-0
Akhir-akhir ini, selfie menjadi sesuatu yang ngetrend di tengah-tengah masyarakat kita, utamanya bagi kalangan muda mudi, aktifitas tersebut seakan menjadi wabah yang terus meluas hingga ke pelosok-pelosok desa. mudahnya sarana untuk melakukan aktifitas tersebut, berupa smartpon yang dilengkapi dengan koneksi internit dengan harga terjangkau rupanya menjadi salah satu pemicu menjamurnya gerakan selfie.

Secara harfiah, selfie merupakan aktifitas memotret diri sendiri atau narsisme, dan kemudian dilanjutkan dengan proses penyebarluasan foto tersebut melalui koneksi interknit yang sudah tersedia pada smartpon yang dijadikan sarana pemotertan tersebut. Maka terseberlah foto narsis itu melalui ragam media social yang juga sudah tersedia pada alat eletronik tersebut.

Lantas apa substanasi selfie? Benarkah selfie tak lebih hanya merupakan aktifitas narsisme yang tak ada nilai positifnya dalam kehidupan ini?. Buku catatan Dewi Rieka, dkk. ini menjadi inspirasi baru bagi kita semua, bahwa selfie ada kalanya menjadi media untuk megabadikan sejarah yang lahir dari kehidupan manusia, selfie juga bisa mengabdikan sebuah tragedi kemanusiaan yang layak untuk selalu dikenang umat manusia.

Catatan-catatan ringan dalam buku ini seakan membalik persepsi kita semua tentang hakikat selfie yang kita anggap selama ini tak lebih hanya seputar uforia, semisal ramai-ramai reunian dengan teman lama, atau perayaan ulang tahun dan semacamnya. Prasangka seputar selfi semacam itu justru menjadi salah ketika kita mecermati seluruh catatan dalam buku ini. Karena ternyata, dibalik sebuah foto selfie ada banyak kisah inspiratif yang layak untuk kita teladani.

Seperti penuturan Taufiq Firdaus Alghifari, tentang “Toga, perjuanganku Mengenakannya”, cerita ini tentang perjuangannya dalam meraih gelar sarjana yang dilalui dengan segala pait getirnya kehidupan.  Kisahnya bermula sejak tahun 2010 silam, pertama kali ia merasakan bangku kuliah, keterbatasan ekonomi yang dia miliki seakan tak meyakinkan dirinya bahwa saat itu sudah menjadi mahasiswa.

Namun demikian,  itu bukan penghalang baginya, dia rela tidak  makan demi mengalikan jatah makannhya untuk biaya kuliahnya, begitu dia lakoni selama kurang lebih 4 tahun selama menjadi mahasiswa. Hingga akhirnya, dia berhasil menyelesaikan kuliahnya, maka berfoto dengan toga, menjadi sejarah pentig dalam kidupan seorang Taufiq Firdaus Alghifari.

Aku sempat mendapatkan teguran dari teman-teman-teman pada tahun pertama perkuliahan karena melihat cara hidupku sebagai mahasiswa. Aku membatasi makan dalam sehari, dan kadang hanya dengan nasi plus kecap, sambel yang selalu kubeli tiap bulan dengan lauk-pauk gorengan. Ini bukan karena aku pelit pada diriku sendiri, tetapi sejatinya memang keuanganku pada awal-awal kuliah itu sangat tidak cukup (Hal. 42).

Kisah inspiratif lainnya dibalik sebuah foto selfie diceritakan oleh Ubaidillah, dia bertutur tentang kekokohan Menara masjid Baitur Rahman Banda Aceh yang ternyata menjadi saksi gemuruh bencana alam tsunami pada tahun 2004 silam. Melalui foto itu dia hendak mengajak umat manusia untuk tidak pernah melupakan tragedi kemanusiaan yang telah merenggut juaan jiwa. Termasuk tentang keagungan yang maha Kuasa dengan membuktikan kekokohan Rumah-Nya yang tak tersentuh oleh tsunami. Maka menara yang dijadikan backgroun selfienya itu menjadi symbol keagungan Allah SWT.

Menara ini tetap kokoh. Dia pula saksi konflik dan tsunami aceh. Menyaksikan referendum Aceh pada tahun 1999. Menemani ketakutan kami  saat tsunami pada 2004 silam. Dan beragam kisah lain yang tidak bisa diucapkan olehnya (Hal. 139).

Seperti fajar pagi yang begitu indah, inspirasi dibalik foto selfie dalam buku ini seakan menghentakkan lamunan kita tentang persepsi miring seputar selfie itu sendiri. Ternyata, banyak kisah inspiratif yang sangat bernilai positif dari sebuah foto selfie, dan cerita-cerita yang dituang dalam buku ini menjadi saksi bahwa selfie juga bisa menjadi “Ilmu” bagi kehidupan manusia.


Kidung Hikmah Hadis Sahih Inspirasi Bulan Suci

Judul        : Al-Hikam Al-Nabawiyah
Penulis    :     Samih Abbas
Penerbit    : Zaman
Cetakan    : 1. 2016
Tebal        : 302 Halaman
ISBN        : 978-602-1687-91-8
Betapa banyak orang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga, dan banyak orang shalat hanya mendapatkan lelah dari shalatnya (HR. Al-Baihaqi dan ibn Khuzaimah)

Begitulah salah satu petikan hadis Nabi yang diulas dalam buku berjudul Al-hikam Al-Nabawiyah karya Samih Abbas. Buku ini menjadi bagian penting dari pergerakan umat islam utamanya dalam merefleksi substansi ibdah yang dilakukan selalma ini. Pesan penting yang tetuang dalam buku ini adalah resolusi kesempurnaan ibadah, agar ibadah tidak hanya menjadi simbol ritual keagamaan semata.

Ibadah puasa dan shalat menjadi salah satu contoh yang diulas dengan begitu mendalam, sehingga digambarkan betapa puasa hanya melahirkan lapar dan dahaga,  sedangkan shalat hanya melahirkan lelah dari shalat itu sendiri. Dengan demikian, ada roh ibadah yang tidk bisa ditangkap dari setiap ghirah pelaksanaan ibadah itu sendiri.

Buku ini hendak menyodorkan sesuatu yang lebih penting dari sekedar menjalankan ritual, yaitu substansi dari pelaksanaan ritualitas keagamaan itu sendiri. Apa dan bagiaman ritual itu bisa memiliki imlikasi ibadah yang nyata, itu yang menadi salah satu isi dari kidung-kidung hadis nabi yang diurai dalam buku terbitan Zaman ini. Termasuk juga di dalamnya adalah ajaran tentang bagaimana menjadi hamba yang baik, hamba yang benar dan hamba yang mendapat ridla dari sang Khaliq.

Ada sekitar 146 hadis yang dijabarkan dalam buku setebal 302 halaman ini, semuanya memuat untaian hikmah yang diharapkan menjadi spirit bagi penyempurnaan ibadah umat manusia, termasuk penghambaan yang total atas Tuhan yang maha kuasa. Buku ini membahas multi tema dalam kehidupan ini, hampir semua segmen kehidupan tercover dalam kumpulan hadis-hadis sahih ini.

Dari Fadhalah ibn Ubaid ra., ia mendengar Rasulullah saw bersabda, “beruntunglah orang yang mendapat hidayah Islam. Hidupnya cukup sesuai kebutuhan dan dia menerimanya dengan kanaah {HR. Ahmad dan At-Tirmidzi}.

Hidup sederhana adalah hidup yang cukup. Hadis ini mendorong kita untuk rida dan kanaah menerima kondisi sederhana. Hadis ini menjelaskan keutamaan seorang muslim yang menerima kehiduan dunianya demi mendapatkan surga abadi. Orang yang berada dalam keadaan ini,  maka dia telah mendapatkan ketenangan hidup di dunia, sekaligus mendapatkan masa depan akhirat yang baik yakni surga (Hal. 53).

Salah satu ajaran islam yang sangat penting untuk dipraktikkan umat manusia adalah kelapangan hati untuk menerima apa adanya, sesuatu yang jelas telah menjadi anugerah dari yang maha kuasa, sekecil dan sesederhana apa pun. Maka dalam uraian di atas, kemampuan manusia untuk bersifat kanaah, berani dan tegar mejalani apa yang dimilikinya merupakan hidayah yang diberikan-Nya kepada umat islam, meski tak banyak orang yang bisa mendapatkan itu semua.

Barangkali bukan  sesuatu yang mudah, bahkan dibilang sangat sulit. Apalagi di tengah derasnya godaan materialistik yang menggebu-gebu. Kanaah,  menerima apa adanya adalah sesuatu yang sangat berat untuk bisa dipraktikkan. Namun demikian bukanlah sesutau yang tidak mungkin selagi manusia mau untuk berusaha dan mengamalkannya. 

Seandainya jika seseorang memiliki satu lembah emas, dia tentu lebih senang jika memiliki dua lembah. Dan tidak da yang bisa menutup mulutnya kecuali tanah. Allah menerima tobat hamba yang bertobat {HR Muttafaq Alaih}. (Hal. 204).

Beribadah kepada Allah adalah sebuah keharusan bagi umat islam, godaan di sani sini adalah sebuah kenyataan. Maka manusia perlu untuk selalu menjernihkan hati dan pikiran bahwa sesungguhnya ibadah adalah jalan untuk menggapai ridlanya, agar manusia selalu termotivasi untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas ibadah itu sendiri. 

Buku ini menjadi inspirasi bulan Ramadan, karena kita tahu Ramadan adalah bulan ibadah, banyak ibadah yang pahalanya dllipatgandakan pada bulan tersebut. Kumpulan hadis yang dirangkum dalam buku ini menjadi solusi kesempurnaan ibadah utamanya dalam menjalani ritual bulan suci, kendati demikian, buku ini layak dibaca sepanjang masa



Kisah Inspiratif Ketokohan Khalifah Umar

Judul        : 150 Kisah Umar ibn Al-Khatthab
Penulis        : Ahmad Abdul Al-Thanthawi
Penerbit    : Mizania
Cetakan    : 1. 2016
Tebal        : 144 Halaman
ISBN        : 978-602-418-013-3
Bulan Ramadlan adalah salah satu bulan yang sangat diagungkan oleh segenap mahluk di alam raya ini, konon bulan ke-sembilan dalam hitungan kelnder  hijriyah ini tak hanya dimuliyakan oleh umat manusia, namun juga oleh seluruh mahluk di jagad ini.

Pelajaran beharga yang bisa kita petik dari bulan agung ini adalah syiar ke islaman yang nyaris menggemma di seluruh penjuru bumi. Manusia selalu mengiringi bulan penuh berkah ini dengan rangkaian kegiatan ubudiyah, baik yang bersifat ritual, termasuk yang bersifat sosial.

Salah satu model syiar keislaman yang kerap kita temukan selama bulan suci adalah kegiatan taushiyah ringan yang disampiakan di berbagai media dan tempat, seperti kuliah tujuhmenit (kultum), hikmah ramadan, termasuk kisah-kisah inspiratif perjalan tokoh-tokoh islam dari masa ke masa. Seperti kisah nabi, sahabat, termasuk khalifah.

Buku berjudul 15o kisah Umar ibn Al-Khaththab ini tampil mengurai sisi perjalanan seorang khalifah Umar dari berbagai deminsi kehidupannya, mulai dari masa mudanya, hingga masa-masa kepemimpinnaya sebagai khalfah. Semua diramu dengan menggunakan bahasa yang sangat dasar sehingga mudah dipahami.

Ratusan kisah kholifah Umar yang diulas dalam buku terbitan Mizania ini tentu sngat cocok untuk dijadikan refernsi mutiara hikmah selama bulan suci ini, selain mengupas sisi perjalan spiritualnya di bulan suci, ada bnyak kisah hikmah lainya yang sangat isnpiratif dan layak dijadikan rujukan keilmuan oleh masyarakat muslim saat ini.

Seperti kisah ketegasan umar kepada keluarganya, tentang aturan yang dibuat dan diberlakukan untuk umatnya, ternasuk unuk keluarganya. Kisah ini tentu sangat menarik, ditengah maraknya praktik kolusi di negeri ini yang nyaris mencabik martabat hukum itu sendiri. Namun Umar memiliki ketentuan lain dalam konteks hukum kala itu, di mana jika ada keluarganya yang berani melanngar aturan yang telah dibuat, maka hukumannya berlipat ganda dari hukuman yang berlaku untuk ummatnya.

Demi Allah, tidak ada seorang pun diantara kalian yang dibawa kepadaku karena telah melanggar larangan yang aku buat, melainkan aku akan melipatgandakan hukuman untuknya karena kedekatan hubungannya dengnaku. Maka, siapa di antara kalian ingin melanggar, silahkan. Dan barang siapa tidak akan mlanggar  pun silahkan (Hal. 79).

Umar adalah sosok tokoh muslim yang kita kenal sangat tegas dalam menjalankan amanah Allah, dia tidak segan-segan dalam menjalankan aturan, tanpa melihat siapa yang dia hadapi. Keluarganya pun diancam akan dihukum sekeras-kerasnya bila mana dketahui melanngar aturan yang telah dia buat. Karena baginya aturan berlaku untuk semua. Tidak ada kolusi dan nepotisme.

Sosok ketokohan Kalifah Umar ini layak untuk kita angkat kembali, khsusunya di momentum bulan suci ini. Terutama dalam konteks ketegasannya dalam mejalankan aturan tanpa pandang bulu. Buku ini sangat pas untuk dijadikan rujukan syiar selama bulan suci ini. Khsusunya ketika acara-acara tausiyah, di masjid, mushlla dan lain sebaginya.

Buku setebal 172 halaman ini secara detil membedah berbagai sisi sang kholifah. Kisah-kishanya dpat menggugah ingatan serta pengetahuan kita tentang sejarah kepemimpinan pada masa silam, sehingga dapat menjadi cerminan pada keiudpan saat ini. Kisah Umar dalam buku ini layak menjadi isnpirasi Ramadlan tahun ini. Selamat membaca.


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons