Minggu, 17 Januari 2016

Menyikapi Perbedaan Penetapan Hari Raya

Judul : Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan
Penulis : Ibnu Marzuki al-
Penerbit : Bahtera
Cetakan : Juni, 2015
Tebal : 220 Halaman
ISBN : 978-602-296-134-5
Peresensi : Ahmad Wiyono

Hamipr setiap tahun, penetapan hari Raya –terutama idul fitri- di Indonesia selalu mengalamai perbedaan, baik antara pemerintah dengan ormas Islam di Indonesia, maupun antara satu ormas dengan ormas lainnya. Ini terjadi lantaran masing-masing memiliki tata cara penentuan yang berbeda. Ada yang menggunakan Rukyatul Hilal, ada yang secara hitungan kalender hijriyah.

Ketidaksamaan cara penentuan penetapan hari raya tersebut, pada dasarnya merupakan sesuatu yang tak perlu diperuncing, karena setiap Ormas sudah memiliki aturan dan landasan masing-masing. Termasuk pemerintah. Perbedaan “ijtihad” tersebut pada esensinya merupakan bentuk kekayaan umat islam dalam berkhazanah dan berkeilmuan. Apalagi sudah jelas dalam satu maqol, bahwa perbedaan adalah Rahmat.

Tentang penyikkapan terhadap perbedaan penetapan hari raya tersebut, Buku Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan karya Ibnu Marzuki al-Gharani ini, mengulas secara mendalam bagaimana umat islam seharusnya melihat dan menyikapi secara arif perbedaan tersebut. Sehingga perbedaan tersebut tidak akan merusak ketentraman umat Islam dalam menjalankan hari raya, meski dalam hari yang berbeda.

Buku ini merupakan kumpulan Khutbah pilihan yang dirangkum oleh penulisnya yang bernama asli Anton Prasetyo, dan satu dari sekian banyak khutbah tersebut, terdapat khutbah tentang Perbedaan Penetapan hari raya. Menarik untuk dispesifikasikan pada tema hari raya, mengingat sebentar lagi kita umat islam di Indonesia akan segera memasuki Hari raya Idul Fitri.

Berkaitan dengan pelaksanaan hari raya di Indonesia yang kerap megalami perbedaan, hal itu tidak menjadi masalah, baik bagi umat islam sendiri, maupun bagi Pemerintah. Namun demikian, Pemerintah mempunyai cara tersendiri untuk menetukan hari raya tersebut. Maka dari itu, umat islam diberi keleluasaan untuk memilih mengikuti Pemerintah, atau mengikuti kelompok ormas yang dianutinya. Kuncinya adalah tetap dalam kerangka kerukunan dan kedamaian.

Rukyah dan Hisab merupakan dua metode untuk menetapkan datangnya tanggal baru, dalam hal ini awal puasa dan awal hari raya. Kedua metode itu sama-sama digunakan oleh umat islam di Indonesia, ketidaksamaan metodologi tersebut, tentu berpengaruh terhadap hasil penetapan tanggal baru itu sendiri. Sehingga ini yang mendasari mengapa hari raya atau awal puasa selalu mengalami perbedaan.

Ada dua perbedaan mendasar pengambilan penetapan waktu hari raya Idul Fitri di Indonesia, yakni Hisab dan Rukyah. Sebagaimana yang disampaikan oleh Prof. Dr. Syamsul Anwar, MA, kalamgan yang yakin bahwa hisab merupakan metode penentuan awal bulan berargumen pada semangan Al-Qur’an yang menggunakan hisab. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfiman dalam Ar- Rahman ayat 5, yang artinya; “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan”. (Hal. 46).

Sementara itu, golongan yang meyakini pada metode rukyah, mereka juga memiliki dalil dan dasar yang paten, setidaknya salah satu dasarnya dalah Hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi, “berpuasalah kalian dengan melihatnya (hilal) dan berbukalan dengan melihatnya pula. Apabila kalian terhalang, maka sempurnakanlah bilangan hari bulan sya’ban menjadi tiga puluh”.

Sejatinya, perbedaan penetapan hari raya bukanlah menjadi masalah yang harus diributkan. Kita dapat memilih diantara keduanya, sebagimana yang kita yakini. Semuanya mempunyai dasar. Dan, perbedaan semacam itu adalah wajar karena setiap manusia mempunyai perbedaan pengetahuan, pengalaman, kondisi, dan lain sebagainya. Semuai ini mempunyai pengarus  terhadap pandangan-pandangan dan penafsiran sesuatu. (Hal. 52).

Khazanah keilmuan kita umat islam, akan semakin kaya dengan membaca buku kumpulan Khutbah ini, terdapat banyak pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari, mulai dari urusan ubudiyah, hingga masalah pergaulan dengan keluarga termasuk masyarakat secara umum. Banyak pelajaran dan hikmah yang bisa kita petik dari kumpulan khutbah ini.

Buku setebal 220 halaman tentu bukan hanya untuk para Khatib yang biasa menyampaikan Khutbah di masjid, namun buku ini sangat pas dibaca oleh semua kalangan. Karena dari puluhan khutbah ini, kita bisa membuka cakrawala pengetahuan tentang islam sebagai modal untuk memperkuat keimanan kita terhadap Allah SWT. Buku ini mengangkat tema-tema penting terutama moment perigatan hari besar islam. Bahkan, tema Idul Fitri dan Idul Adha. Selamat 


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons