Kamis, 21 Januari 2016

Rahasia Sukses Mewujudkan Keluarga Samawa

Judul : Marriage With Heart
Penulis : Elia Daryati dan Anna Farida
Penerbit : Kaifa
Cetakan : 1. 2015
Tebal : 202 Halaman
ISBN : 978-602-0851-12-9
Peresensi : Ahmad Wiyono

Setiap orang tentu memiliki mimpi dan harapan untuk bisa bahagia, serentetan aktifitas dalam kehidupan yang dilakukan manusia sebagai manifistasi dari ikhtiyar pada akhirnya bermuara pada satu tujuan yaitu mreaih kehidupan yang bahagia. Kebahagian dimaksud adalah tercapainya segala cita-cita dan orientasi dalam kehidupan ini. Semisal, harta. Ilmu dan sebagainya.

Demikian juga dalam konteks pernikahan, semua orang yang telah melangsungkan ikatan rsmi pernikahan tentu meiliki harapan besar untuk bisa meraih kebahagiaan dalam keluarga mereka, baik isteri aau pun suami akan selalu berusaha melakukan berbagai macam cara demi terwujudnya ikatan keluarga yang bahagia tersebut. Dalam islam kebahgaian tersebut terajud dalam satu huungan keluarga Sakinah Mawaddah wa rohmah (Samawa).

Meski bukan sesuatu yang mudah, namun meraih kebahagian dalam keluarga bukanlah sesuatu yang tidak mungkin. Selama manusia mau untuk selalu berusaha, niscaya kebahagiaan  dalam rumah tangga tersebut akan bisa terwujud. Tentu dengan segala bentuk rintangan dan jalan terjal yang harus dihadapi. Jalan terjal untuk meraih kehidupan rumah tangga yang sakinah tersebut banyak diceritakan dalam buku karya Elia Daryanti dan Anna Farida ini.

Diangkat dari sejumlah kisah nyata lika liku kehidupan sebuah keluarga, buku ini hadir dengan samudera kelimuan yang layak untuk kita baca, utamanya bagi mereka yang baru saja melangsungkan ikatan pernikahan suami isteri. Sejumlah rahasia sukses menjadi keluarga yang utuh terungkap dalam buku terbitan Mizania ini. Dengan menggunakan bahasa “tutur” yang snagat renyah, buku ini tak hanya nikmat dibaca, namun juga asyik menemnai kita semua.

Salah satu kunci kebahagiaan dalam senuah rumah tangga, adalah dengan terjadinya sublimasi atau peleburan antara segala kebutuhan isteri dan suami, dalam buku ini diungkap bahwa suami dan isteri sudah semestinya tidak lagi menjadikan dirinya masing-maisng, namun sudah menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi. Maka buku ini membahasakan, bahwa keluarga itu harus menjadi “kami” bukan”aku”.

Diantara sekian banyak faktor yang kadang menjadi boomerang dlaam kehidupan keluarga adalah lahirnya egoisme dari salah satu pasangan atau bahkan keduanya. Maka hal ini bisa diminimalisir apabila masing-maisng dari kefuanya membangun kesadaran muthlak bahwa setiap manusia sudah pasti meliki kekurangan, maka kekurangan suami dilengkapai oleh isteri dan begitu sebaliknya. Kesadaran untuk menjadi “kami” bukan ”aku” inlah yang menurut buku ini cukup menjadi solusi dari persoalan tersebut.

Selain itu, tak seidikt sebuah keluarga yang hingga tahun kesekian mereka belum dikarunia keturunan, fakta ini tentu menjadi kegelisahan tersendiri bagi pasangan keluarga tersebut. Apalagi tak sedikit kadang teman atau pun kolega yang secara tidak sengaja menayakan perihal keturunan tersebut. Lambat laun, kondisi seperti itu membuat pasangan  keluarga tidak nyaman, bahkan saling mencurigai. 

Disaat seperti itulah, suami dan isteri harus sama-sama berhati dingin, bahwa tidak etis jika keduanya harus aling mencurigai. Toh, semua tahu, bahwa anak adalah salah satu ketentuan dari Alah SWT. Tindakan ini yang kelak akan sedikit mendinginkan suasana dalam rumah tangga tersebut. Terlepas dengan banyaknya pertanyaan yang selalu hadir ke telinga pasangan tersebut, suami dan isteri yang baik akan tetap menanggapi dengan suasana dingin.

Salah satu sikap yang bisa kita ambil saat merasa terganggu dengan pertanyaan itu adalah dengan mengubah cara pandang. Keingintahuan semacam itu umum terjadi di masyarakat Indonesia. Kita tak bisa menghindarinya di mana saja. So, jangan anggap terlalu serius, anggap basa basi dan arahkan pembicaraan ke topic lain yang lebih produktif (Hal. 55).

Membangun keutuhan rumah tangga tentu lebih sulit dari sekedar membangun “jembatan”, apalagi memeliharanya. Cobaan dan godaan akan selalu dating silih berganti. Namun demikian, keluarga yang kuat akan selalu menemukan jalan keluar yang baik pula untuk keutuhan keluarga tersebut. Hal yang  paling sering tertjadi dalam sebuah rumah tangga adalah perselisihan pendapat yang tak jarang berujung pada percekcokan.  Solusinya tetap  pada kesadaran masing-maisng dan kepala serta hati yang selalu dingin.

Prinsipnya adalah mengedepankan prasangka baik, saat pasangan anda bersikap kasar, jangan langsung berfikir , “dia tak lagi mencintaiku dan sedang cari gara-gara untuk meninggalkanku”, siapa tahu dia sedang menghadapi masalah, dan anda kena abu hangatnya. Kita harus selalu ingat bahwa menikah adalah seni memperbaiki diri dan pasangan. Karena itu,  ketika pasangan sedang khilaf, tugas anda adalah mengingatkannya. Salah satunya adalah dengan bersifat asertif saat terjadi kekerasan (Hal. 140-141).


Tulisan ini dimuat di Harian Kabar Madura, 22 Januari 2016


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons