Senin, 18 Januari 2016

Mengarungi Pendidikan Spiritual Gus Dur

Judul : Gus Dur, Mengarungi Jagat Spiritual Sang Guru Bangsa
Penulis : Dr. Abdul Wahid Hasan
Penerbit : IRCiSoD
Cetakan : 1. 2015
Tebal : 252 Halaman
ISBN : 978-602-255-956-6
Peresensi : Ahmad wiyono

Selain dikenal sebagai tokoh bangsa yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai pluralisme, almarhum KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga terkenal sebagai sosok yang agamis yang selalu berpijak pada nilai-nilai spiritualitas dalam setiap pergerakan ide, gagasan serta aksi nyatanya dalam kehidupan ini. Itulah sebabnya, Gus Dur sering disebut-sebut sebagai tokoh sufi yang pluralis.

Ketokohan Gus Dur dibidang spritualitas, diwujudkan dalam sebuah frem gerakan pemikiran yang multi sektoral, dengan memaknai spiritual tidak hanya sebatas proses kedekatan hamba kepada sang penciptanya, namun lebih dari pada itu, spiritualitas dalam kacamata Gus Dur juga dimaknai sebagai upaya membangun kebersamaan dalam bingkai perbedaan dan keanekaragam dalam ketuhanan.

Ini yang pada akhirnya mengkerucut pada satu aspek pembelajaran nilai-nilai spiritualitas ala Gus Dur, di mana lahir gerakan pemikiran untuk lebih mementingkan kebersamaan yang dibingkai dari sudut perbedaan tersebut. Dalam pemahaman yang lebih sederhana, Gus Dur memberikan pelajaran tentang esensi spiritualisme dalam kehidupan beragama.

Pendidikan Spiritual ala Gus Dur tersebut secara detil dipaparkan dalam catatan desertasi yang kemudian diadaptasi menjadi sebuah buku bergengsi ini, penulis secara cermat mengulas seputar esensi spiritual berdasar perspektif Gus Dur. Gerakan spiritualitas Gus Dur yang diusung secara khusus dalam buku ini menjadi pengetahuan penting kepada pembaca, tentang urgensi pembelajaran nilai spiritual kepada semua generasi bangsa dengan menitik beratkan pada aspek perdamaian dan kemanusiaan.

Diantara aspek pendidikan spiritual Gus Dur yang patut dan harus kita implemetasikan dalam kehidupan sehari-hari meliputi pendidikan keagamaan yang terbuka, pendidikan berbasis moral, pendidikan berbasis masyarakat, serta pendidikan berbasis local wisdom. Aspek ini menjadi kunci keberhasilan implementasi nilai-nilai spiritual dalam kehidupan masayarkat utamanya generasi muda yang sedang dalam proses pencaharian jati diri.

Di sini pentingnya melestarikan pemikiran Gus Dur, terutama dalam konteks keberagamaan dengan keanekaragaman yang ada di Indonesia. Menurut Laode ida, pemikiran kebangsaan dan perjuangan Gus Dur yang begitu gigih dan sangat jelas itu seharusnya menjadi rujukan bagi penyelenggara Negara dan atau siapa saja yang beperan di ranah public (Hal. 229).

Sementara itu, untuk menguatkan penanaman nilai-nilai spiritualisme ala Gus Dur tehadap segenap bangsa Indonesia, utamanya para pelajar, perlu ada upaya-upaya khusus yang dilakukan para tenaga pendidik dan orang tua  sebagai langkah strategis terhadap upaya pengembangan substansi spiritualitas tersebut, hal itu dalam upaya mempermudah cara tangkap[generasi muda tentang apa sebenarnya hakekat spiritualitas itu sendiri.

Pengembangan spiritual memang tidak cukup hanya disampaikan secara teoritis oleh para guru, orang tua, dan lain-lain, ia membuthkan suadana yang kondusif dan contoh kongkriet yang mendukung ke arah tersebut. Secara teori, seorang guru atau orang tua bisa dengan mudah mengatakan tentang pentingnya rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia, bersikap juur, amanah, bertanggungjawab, displin, menghargai orang lain, peka terhadap penderitaan mereka, dan sikap lain. Namun, para murid atau anak-anak akan menjadi kecewa jika orang yang menyuruh mereka ternyata tidak memiliki kebaikan seperti yang disampaikan. Nilai-nilai spiritualitas yang hendak disampaikan menjadi hambar, mentah, dan terpental. Kegagalan penanaman dan pengembangan spiritualtas tersebut bisa dipastikan akan menemukan kegeglan (Hal. 223).

Tulisan ini dimuat di Harian Tribun jateng, 03 Januari 2016

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons