Rabu, 06 Januari 2016

Urgensi Pendidikan Keluarga

Juful : 7 Kiat Orangtua Shaleh Menjadikan Anak Disiplin dan Bahagia
Penulis : Ikhsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Penerbit : Mizania
Cetakan : 1. Maret 2015
Tebal : 276 Halaman
ISBN : 978-602-1337-46-2
Peresensi : Ahmad Wiyono

Jauh sebelum anak-anak kita melakukan proses pendidikan formal di sekolahnya,  mereka telah melewati senuah proses pendidikan normatif di lingkungan keluarga mereka masing-masing, pendidikan keluarga yang terproses secara alamiah di lingkungannya itu akan mengkarakter dan mendarah daging pada setiap anak. Bahkan akan terbawa menjadi kekhasan dari setiap tingkah laku dan perbuatan anak tersebut.

Keluarga adalah Madrasatul Ula (Pendidikan pertama), cikal bakal terbentuknya karakter, serta pola tumbuh kembang mental dan spiritual anak akan dibentuk dan ditentukan sejak dini oleh pendidikan keluarga. Jika pendidikan keluarga mampu membentuk anak dengan baik, maka sangat besar kemungkinan perkembangan sang anak tersebut diluar lingkungan keluarga akan juga baik. Dan begitu juga sebaliknya. 

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh R. Stury (1938) dan  K. Goit Scald (1958) menyebutkan bahwa anak-anak dalm suatu lembaga pendidikan yang sering melakukan Delinkwen (tingkah laku menyeleweng) adalah berasal dari keluarga Broken home. Selain itu, 70.8 %  anak yang sulit dididik berasal dari keluarga yang tidak utuh dan mendapat tekanan hidup yang berat. Ststemen ini membuktikan betapa urgennya nilai-nilai pendiidkan keluarga, karena dari pendidikan keluarga itulah yang akan menentukan kualitas mental, spritual serta mutu pergaulan anak itu sendiri.

Buku 7 Kiat Orangtua Shaleh Mejadikan Anak Disiplin dan Bahagia ini menjadi pelajaran penting bagi setiap keluarga untu bisa memaksimalkan pola pendidikan keluarga  terhadap anak-anaknya. Beberapa langkah strategis untuk menjadi orang tua yang berhasil mendidik putera-puterinya tertuang dalam buku bergengsi ini. 

Orang tua yang cerdas akan selalu memiliki banyak cara untuk bisa mendidik anak-anaknya, model pendidikan yang lembut dan persuasif merupakan cara terbaik untuk memetakan kualitas mental sang anak. Inilah yang sering disebut-sebut dengan pendidikan dengan pendekatan cinta, sehingga sang anak merasa nyaman dalam dekapan pendidikan orang tua.

Orang tua pada akhirnya akan menjadi tempat curahan hati para anak-anaknya ketika sang anak sedang mengalami prolem yang terjadi diluar rumah, tindakan ini jauh lebih baik dibanding anak anak kita lebih berani bercurhat kepada teman-temnanya. Dan itu bisa terwujud jika sang anak sudah merasa nyaman dalam pendidikan keluarga tersebut. Maka sederhananya, pola pendidikan yang harus ditanamkan kepada sang buah hati adalah tanamkan keyakinan bahwa tempat curhat yang baik anak-anak adalah orang tua mereka sendiri.

Saya sering mengatakan kepada ribuan orangtua yang mengiktui kelas pelatihan saya. Jika memiliki seorang gadis yang ternyata sudah suka dengan seorang cowok dan anda tidak tahu siapa yagg disukai anak gadis anda, anda gagal jadi orang tua. Atau sebaliknya, anda belum diakui jadi orangtua yang sebenarnya oleh anak anda (Hal. 64).

Terdengar sangat ekkstrim bahasa di atas, tapi begitulah gambaran kegagalan awal pendidikan keluarga, dimana orang tua menjadi tempat curahan hati kedua dari anak-anakanya, setelah teman-temannya. Padahal sudah jelas yang mereka curhatkan adalah persolan rahasia perasaan mereka sendiri. Maka sekali lagi pendidikan penting yang harus diterapkan dalam keluarga, adalah bentuklan rasa nyaman anak bercurhat tentang apa saja hanya kepada kedua orang tuanya.

Orang tua yang bijak akan selalu  menjadi uswatun hasanah bagi anak-anaknya, orang tua yang hendak mengajari arti kejujuran dan kebohongan, tentu mereka akan selalu berbuat jujur dan tidak pernah berohong kepada anak-anaknya. Secara tidak langsung tindakan orang tua ini akan menjadi panutan anak-anaknya. Contoh kasus yang sering kita temukan dalam sebuah keluarga adalah ketika orangtua mengiming-imingi akan memberikan sesuatu pada anak-anaknya apabila dia berhasil melakukan sesuatu, sementara pada akhirnya orangtua itu lupa tiak memberikannya. Disitulah terbentuk pendidikan yang tidak baik yang akan direkam oleh anak-anaknya.

Pada dasarnya, setap orantua memang sudah seharusnya memberikan reward apabila anak-anaknya mengalami perkembanga positif, baik disekolah maupun dalam hal lainya, namun setiap orangtua harus pandai mengukur, jangan sampai orantua menjanjikan sesuatu yang tidak mungkin direlaisasikan, ini akan menjadi presiden buruk bagi tumbuh kembang anak itu sendiri.

Jika anda tidak yakin dapat merealisakan janji anda pada anak, jangan sembarangan memberi janji kepada anak-anak. Jika anda hanya mengatakan “nanti, ibu belikan baju baru kalau raportmu bagus”, tetapi tanpa ada realisasi, maka anda telah membohongi anak anda (Hal. 76).

Buku setebal 276 halaman ini tak ubahnya jamu komplit, ada banyak menu dalam satu kemasan. Megapa demikian, karena dari sekian bab yang tertuang dalam buku ini secara lengkap dan detile mengupas banyak hal; seputar tata cara mendidik sang buah hati. Setidaknya ada 7 tindakan positif yang bisa dilakukan orang tua untuk meniapkan masa depan sang buah hati menjadi lebih baik. 7 tindkan itu secara komplit bisa dibaca dalam buku ini.


Tulisan ini dimuat di Harian radar Surabaya

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons