Memperkuat Solidaritas Ekonomi Kerakyatan
(Kajian Pemikiran KH. Ma’ruf Amin dalam Buku The Ma’ruf Amin Way)
Oleh: Ahmad Wiyono*
Sistem ekonomi kapitalistik diyakini kurang memihak terhadap masyarakat khususnya kelas menengah ke bawah, bahkan meredupkan gerakan ekonomi keumatan, karena dalam sistem ini muncul persaingan hebat untuk mengejar keuntungan, sehingga siapa yang kuat maka dia akan jadi pemenang, sebaliknya yang lemah akan semakin terpuruk dan tak mampu mengambil bagian.
Untuk menengahi problematika tersebut, maka lahirlah
Koperasi yang secara konseptual dan factual hadir untuk membangun perekonomian
secara bersama sama, ini dibuktikan dengan munculnya rumusan perkoperasian yang
berbasis anggota, yaitu dari, oleh dan untuk anggota. Maka, sangatlah jelas
bahwa proses pengelolaan dilakukan bersama dan pencapaian keuntungan dirasakan
bersama pula.di
Konsep koperasi ini oleh KH. Ma’ruf Amin disebut
sebagai penguatan ekonomi kerakyatan, beliau sempat menuangkan gagasan luar
biasa terkait pentingnya ekonomi berbasis kerakyatan, gagasan itu berhasil
direkam oleh Sahala Panggabean dan Anwar Abbas dalam buku The Ma’ruf Amin Way
ini. Di dalamnya diulas secara mendalam konsep ekonomi kerakyatan sebagai arah
baru ekonmi yang memihak pada kepentingan umat.
Secara prinsip, ekonomi keumatan merupakan konsep
ekonomi yang berlandaskan spirit kerakyatan. Menurut Mubyarto, arti dari
ekonomi kerakyatan adalah kegiatan ekonomi yang berlandaskan pada keberpihakan
pada rakyat sebagaimana diatur dalam UUD 1945 bahwa segala usaha dikelola
bersama dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dengan kata lain, prinsip
ekonomi keumatan sejalan dengan ekonomi kerakyatan, yakni berpihak pada umat.
Basis gerakan ekonomi kerakyatan ini adalah
pengembangan ekonomi dari bawah, melibatkan masyarakat secara langsung dalam
proses pemberdayaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki mereka. Ini yang juga
menjadi kunci kesuksesan China membangun ekonominya sejak era Mao Zedong hingga
saat ini. Pengembangan ekonomi dari bawah itu adalah membangun secktor ekonomi
rakyat, pertanian, dan usaha mikro lainnya.
Inilah spirit ekonomi keuamatan bahwa pembangunan
bermulai dari bawah (bottom-up economics
development). Berbeda dengan ekonomi kapitalistik yang mengejar keuntungan
dengan cara bersaing, ekonomi kerakyatan berprinsip pada kerja sama dan makmmur
bersama. Apabila pengusaha besar mencapai efisiensi dengan cara mematikan pesaing, di ekonomi
kerakyatan efisiensi dicapai dengan kerja sama yang kompak. (Hal. 169).
Setidaknya ada empat landasan penguatan ekonomi
kerakyatan atau keumatan yang diulas dalam buku terbitan Gramedia Pustaka Ini,
yaitu ekonomi kerakyatan dilandasai oleh spirit kemitraan setara dan
menguntungkan, selanjutnya, ekononomi kerakyatan dilandasai oleh sila
ke-3 yakni “persatuan Indonesia. Kemudian sila ke-4 “kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmad kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan” menjadi
landasan ketiga. Sedangkan landasan keempat adalah prinsip pembangunan dengan
pendekatan dari bawah. Empat prinsip inilah yang menjadi fondasi utama
penguatan dan implementasi ekonomi berbasis kerakyatan.
Sementara itu, tujuan mulia dari penyelengaraan
ekonomi kerakyatan atau keumatan ini adalah untuk meningkatkan pemberdayaan
umat dibidang ekkonomi agar nantinya bisa melahirkan kemandirian ekonomi,
kemandirian ekonomi inilah yang kelak menjadi indikator keberhasilan
pelaksanaan ekonomi kerakyatan, di mana umat menjadi subyek pepengembangan
ekonomi sehingga mereka bisa maju bersama danm akmur bersama.
Dalam kemandirian ekonomi, pemberdayaan adalah uoaya
mengangkat martabat ekonomi rakyat untuk mampu bersaing di pasar. Secara
sederhana, kami selalu mengatakan pentingnya “membesarkan yang kecil dan tidak
mengecilkan yang besar”. Membesarkan yang kecil adalah pemberdayaan. Tidak mengecilkan
yang besar ialah sikap memperbolehkan usaha besar untuk berkembang baik dengan
pengawasan Negara supaya tidak mematikan yang kecil. (Hal. 210).
Sebagai pusat gerakan ekonomi keumatan ini, KH. Ma’ruf
Amin mencoba memulai hal tersebuut dari kelompok ekonomi Pondok Pesantren,
hasilnya ternyata cukup membanggakan, pesantren rupanya mampu menjadi pusat
pergerakan ekonomi umat yang dalam perjalanannya juga meluas hingga ke
masyarakat umum. Penataan ekonomi umat dari pesantren inilah yang konon menjadi
potret keberhasilan konsep ekonomi keumatan ala KH. Ma’ruf Amin, terbukti sudah
lahir pasar pasar semi modern yang berbasis keumatan.
Apakah mungkin Ponpes dapat
menjadi pusat unggulan ekonomi umat? Kami yakin bahwa hal ini dapat diterapkan
dan mendorong Ponpes untuk menjadi pusat unggulan ekonomi umat. Setidaknya,
kami mengidentifikasi ada empat modal yang yang telah dimiliki Ponpes yakni
kuatnya internalisasi nilai-nilai keislaman
(Islamic volues), kapabilitas
manusia terdidik (human capital),
modal sosial (social capita), dan
keuangan (financial capital). Ayo
Berkoperasi.
*Pegiat
Literasi, tinggal di Pamekasan Madura
0 komentar:
Posting Komentar