Senin, 08 Agustus 2016

Menyelami Makna Keikhlasan dari Para Imam

Judul Buku    : Iklas Tanpa Batas
Editor        : Izza Rohman Nahrowi
Penerbit    : Zaman Jakarta
Cetakan    : 1. 2016`
Tebal        : 208 Halaman
ISBN        : 978-602-1687-90-1
Buku ini secara khusus mengurai tentang substansi ikhlas, sesuatu yang sangat mudah diucapkan namun begitu sangat sulitnya dipraktikkan. Berdasar pada pendapat sepuluh ulama besar dunia, ilmu ikhlas dalam buku ini dijabarkan sesuai dengan latar belakang keilmuan masing-masing ulama tersbut.

Imam al-Hamim al-Tirmidzi mengungkapkan makna ikhlas sebagai proses legowo dalam menerima segala hal yang dihadapinya, rela mengalah pada orang lain dalam situasi dan kondisi apapun. Dicontohkan bahwa salah  satu indikator orang ikhlas adalah bersedia menerima barisan shalat meski tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Jika ia berharap dapat masuk barisan pertama seraya meniatkannya, namun ia tertahan karena khawatir mengganggu muslim lain, pahalanya dilipatgandakan dari pahala barisan pertama karena kehati-hatiannya untuk tidak mengganggu muslim lain (Hal. 55).

Ikhlas adalah rahasia antara Allah dengan hamba-Nya. Malaikat pencatat tidak mengetahui sedikitpun mengenainya untuk dapat dia tulis. Setan tidak mengetahuinya hingga tak dapat dia rusak, nafsu pun tidak menyadarinya tak mampu dia pengaruhi (Hal. 73). Betapa sangat tipis posisi ikhlas bagi manuisa, hanya dia dan Allah yang bisa mengetahui. Maka bisa dipastikan, jika kita merasa ikhlas pada saat bersamaan kita sudah keluar dari keihlasan itu sendiri. 

Sementara itu, Syekh Abd al-Rahman al-laja’i berpendapat, bahwa ikhlas menjadi kunci dari terkabulnya amal kebaikan manusua. Ikhlas harus menjadi modal utama diterimanya amal manusia. Tanoa keihklasan, amal justeru akan tidak berarti apa-apa. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, amal itu hanya menyisakan sesuatu yang tidak berguna, seperti capek dan sebagainya.

Semua amal yang tidak dibarengi ikhlas pasti akan dikembalikan kepada pelakunya, bahkan neraka lebih utama baginya. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah ungkapan, “pada hari kiamat, Allah azza wa jallah menghimpun amal-amal, entah yang bersih, yang kotor, pun yang murni, lalu Allah berfirman; ‘ambillah amal-amal yang terbukti dilakukan hanya untuk-Ku, selebihnya lemparkan ke Neraka” (Hal. 79).

Seorang ahli hikmah berpendapat, orang yang beramal hendaknya meniru adab beramal yang dpraktikkan pengembala kambing. Jika si pengembala melakukan shalat di samping gembalanya, maka shalatnya tidak akan pernah dipuji oleh kambing-kambingnya. Demikian pula orang beramal, ia tidak pernah memperhatikan pandangan manusia terhadap amalnya. Sebaliknya, ia harus mampu beramal secara konsisten, baik dikala ramai maupun sepi –beramal tanpa mengharapkan pujian (Hal. 84-85).

Petuah-petuah tentang ilmu ikhlas dan keikhlasan dalam buku ini begitu sangat menggugah kita sebgai umat manusia, betapa selama ini kita sering sekali mengabaikan sesuatu yang terkesan sederhana namun sangat peting ini. Untaian-untaian hikmah tentang roh ikhlas yang dijabarkan dalam buku terbitab Zaman ini diharapakn bisa menjadi ramuan dan terapi spiritual umat manusia agar selalu mempraktikan ikhlas dalam keadaan dan situasi apapun. Selamat membaca.




0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons