Jumat, 03 Maret 2017

Sepenggal Kisah Perempuan Penyintas Kanker

Judul : Think Pink
Penulis : Arie Primadewi
Penerbit : qanita
Cetakan : 1. 2016
Tebal : 101 Halaman
ISBN : 978-602-402-048-4
Kalau bisa memilih,  tentu tak ada manusia yang mau mengidap penyakit kanker, salah satu penyakit berbahaya yang konon bisa merenggut nyawa manusia. Namun siapa yang bisa melawan takdir, tak sedikit manusia yang kadang tiba-tba divonis mengidap penyakit mengerikan tersebut.

Itu barangkali yang dirasakan oleh seorang Arie Primadewi Sukamto, peremuan tegar penyintas kanker payudara dalam kisah Think Pink-nya ini. sebuah kenyataan hidup yang tidak boleh tidak harus menghinggapi lembaran sejarah kehidupannya. Tapi baginya, itu bukan akhir dari segalanya, di tengah himpitan penyakit yang menderanya, dia masih bisa tegar, bahkan terus optimis menatap jauh hari esok.

Memang tidak bisa dipungkiri, bahwa sakit adalah sesutau yang tidak menyenangkan, suasana menjadi tidak asyik, bahkan cenderung kelam, itu juga dia rasakan. Apalagi bagi seorang ibu, jika ibu sakit, maka seluruh isi rumah akan menjadi buram, anak dan suami tentu seperti kehilangan kemudi. Dan inilah curahan  hati seorang penyintas kanker Payudara tentang Susana kelam masa sakit.

Saat sakit, aku juga merasakan rumah serasa tak ada aura segarnya. Rumah bagaikan kehilangan geliatnya karena anak dan suami sedih –walau mereka berusaha tak memperlihatkannya (Hal. 15).

Vonis kanker yang didapatkannya tentu menggoncangkan perasaan dan jiwanya, namun hal itu belum menjadi “kiamat” bagi dirinya. Ada harapan untuk memperbaiki semuanya. Itu dia buktikan, sehingga dia tetap mampu tegar dan berusaha mencari jalan keluar. Membangun motivasi diri adalah salah satu kunci keberhasilannya menjalani masa-masa kelam tersebut. Dia yakinkan bahwa pasti ada jalan dan hikmah besar di balik semua itu. Karena rencana Tuhan selalu istimewa.

Jadi, kanker bukan hal yang harus ku sesali, melainkan harus ku syukuri sebagai titik awal hidup penuh kualitas yang tak lagi begantung pada obat-obatan, jauh dari sakit-sakit ringan maupun  berat.

Nah, bagi teman-teman yang merasa dunia runtuh karena tervonis kanker, ubah, yuuk, mindset-nya. Jadikan ini titik awal untuk idup penuh kualitas, berjuang untuk diri sendiri sebagai tanggung jawab dan rasa cinta pada keluarga, anak dan suami (Hal. 54).

Ini bukan ungkapan biasa, ada kekuatan hati yang mendorong setiap desah dafas dan ucapannya. Sepenggal kisahnya dalam menjalani hdup sebagai penderita kanker begitu anggun terurai dalam buku terbitan  qanita ini. Dan hal teroenting adalah inspirasi dari perjuangnnya dalam menjalani masa kelam tersebut.

Vonis kanker yang dia terima pada tahun 2013 silam, ternyata tidak menjadikan surut semangat juangnya, ibu 3 anak hebat ini justeru terus berupaya setegar mungkin untuk mencari solsui terbaik tanpa harus berputus asa dan menyerah terhadap nasib. Dan itulah yang menjadikan dirinya sebagai perempuan hebat penyintas kanker payudara. Sungguh inspiratif.



Dimuat di Harian Bhirawa


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons