Jumat, 03 Maret 2017

Reportase Khazanah Kebudayaan Islam Dunia

Judul : 1001 Masjid di 5 Benua
Penulis :  Taufik Uieks
Penerbit : Mizan
Cetakan : 1. 2016
Tebal : 254 Halaman
ISBN : 978-979-433-973-8
Semua orang tentu sepakat, bahwa Masjid adalah tempat beribadah bagi umat islam, di tempat inilah manusia melakukan komunikasi ritual dengan Tuhan, makanya masjid sering disebut sebagai rumah Allah. 

Lebih dari pada itu, masjid ternyata juga menjadi pusat khazanah kebudayan islam, setumpuk rekaman peradaban islam masa lalu tak jarang kita temui dalam sebuah masjid, di sana pula sejarah perjuangan sebuah bangsa kadang terekam dengan utuh, mulai dari arsitek bangunannya, monumen-monumen yang ada di dalamnya, termasuk benda-beda sejarah yang tersimpan utuh, semua menyimpan pesan sejarah yang tidak mungkin terlupakan oleh pergulatan zaman.

1001 Masjid dari berbagai belahan dunia yang pernah disinggahi penulis buku ini mencerminkan khazanah dan kekayaan kebudayaan islam dunia, ada jutaan rekaman peristiwa yang pernah terjadi di daerah tersebut, yang kemudian tersaji dalam kekokohan rumah Allah yang begitu beraneka bentuk, termasuk ornament yang sangat unik itu. 

Masjid-masjid dunia yang diceritakan dalam catatan perjalanan penulis di buku ini tak hanya menggambarkan tentang keindahan pesona masjid, namun juga mengandung nilai history yang  begitu dalam, begitu juga makna solidaritas dan persaudaraan yang penulis temukan dari setiap orang yang pernah dtemui di majid tersebut, dengan latar belakang etnis, suku bahkan Negara yang berbeda.

Salah satu kisah unik yang penulis temukan dalam perjalannya mengitari sejumlah masjid dunia dalah ketika berkunjung ke masjid Kapitan keling, masjid ini terletak di salah satu pulau di Malaysia. Penulis menemukan ada Al-Qur’an yang telah diterjemah hingga 10 bahasa, ini tentu menarik, mengingat  Al-Quran yang dterjemah hingga 10 bahasa. Sebuah kekayaan budaya yang terpancar dari rumah Allah.

Ketika kembali ke halaman, saya mendekati menara masjid, lalu berusaha melihatnya dari sudut lain dengan latar belakang bangunan-bangunan tua yang ada di seberang masjid. Ketika berada di deipan pintu kaca pusat informasi yang ada di bawah menara, sempat diperlihatkan  bahwa kedua sisi pntunya dihiasi dengan suat Al-‘Ashr ayat 1-3, yang selain dalam bahasa arab juga diterjemahkan dalam Sembilan bahasa; yaitu Inggris, Prancis, Spanyol, Italia, Jerman, Belanda, Cina, Jepang, dan Korea (Hal. 86).

Keunikan lain yang ditemukan penulis dalam catatan perjalanannya mengelilingi masjid dunia adalah saat berkunjung ke Zentralmoschee, salah satu masjid di Jerman, masjid yang satu ini  memiliki kekhasan dalam model bangunan, baik dari penataan bangunan masjid, hingga hal-hal kecil seperti tempat wudhu.
Yang paling menarik perhatian penulis, adalah tempat wudhuh yang persis mirip toilet, sehingga hal itu menjadi pusat perhatian bagi setiap orang yang berkunjung ke masjid tersebut. Tempat wudhu tiu menjadi daya tarik khsus utamanya bagi orang yang baru pertama kali mengujunginya.

Yang membuat saya sedikit terkejut adalah bentuk tempat wudhunya. Tidak seperti kebanyakan masjid lainnya, tempat wudhu di masjid ini berbetuk toilet (toilet wanita) yang dimodifikasi (Hal. 132).

Lain halnya dengan Masjid di Wasinton DC, masjid di tmpat itu juga hadir sebagai pusat edukasi budaya, bahkan uniknya, masjid itu memajang bendera terbanyak di dunia.

Pendeknya, di The Islamic Centre of Wasington DC, selain beribadah, kita juga belajar dan mengenal berbagai perspektif budaya negeri-negeri islam dari segala pelosok dunuia. Namun, yang paling mengesankan dari masjid tersebut adalah deretan bendera yang menghiasi halamnnya yang luas (Hal. 220)


Dimuat di Harian tribun jateng, 26 Pebruari 2017

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons