Senin, 26 Maret 2012

Memotret Kembali Kesenjangan Pendidikan (2)

Memotret Kembali Kesenjangan Pendidikan (2)
Revitalisasi Tujuan Pendidkan Nasional
Oleh: Ahmad Wiyono*

Menuju bangsa yang cerdas, itulah orientasi dasar dari adanya pendidikan dalam rangka terbentuknya kulaitas Sumber daya manusia Indonesia yang mempuni. Oleh karena itu segala bentuk tindakan amoralisasi-pendidikan yang hanya akan menodai pendidikan harus betul-betul dimusnahakan untuk menyelematkan tujuan .Pendidikan nasional.

Pergolakan Politik yang tak etis menyebabkan wajah pendidikan kita telah mengalami pergeseran paradigma, dari yang normatif menjadi kapitalis. inilah yang harus diwapadai oleh praktisi dan pemerhati pendidikan. Sebab, kapitalisasi pendidikan jelas tidak sesuai dengan idealisme GBHN dalam memeratakan pendapatan pendidikan. Ironisnya ketika berbenturan dengan uang terkadang sikap kritis para praktisi dan akademisi pendidikan menjadi hilang, bahkan justru kebanyakan diantara mereka yang mencari celah (baca: peluang) dengan janji ingin memperbaiki kualitas dan mutu pendidikan dalam mengeksploitasi orang tua siswa. Pendidikan hanya dijadikan lahan bisnis untuk meraup keuntungan. Cukup tragis, lagi-lagi masyarakat miskin yang mejadi korban dan tertindas. Ah pendidikan, barangkali hanya sebuah mimpi yang takterbeli oleh kaum tak bermateri (Raharja:2004).

Memperhatikan nasib pendidikan di negeri ini, kita hanya bisa mengelus dada. Realitas yang paling menyedihkan dari semuanya adalah bahwa pemerintah selama ini terkesan tidak serius memberikan perhatian bagi terpenuhinya pendidikan sesuai dengan amant UUD 1945 dan deklarasi Hak Asasi Manusia. Lebih ironis lagi ketika anggaran pendidikan yang masih minim ternyata banyak mengalami kebocoran yang “kejahatan” tersebut dilakuakn oleh para praktisi itu sendiri (Kadir. Jurnal Edukasi: 2004). Lalu bagaimana mungkin rakyat kecil -yang dalam membiayai hidup rumah tangganya masih saja masihrelatif kurang- akan bisa merasakan manisnya pendidikan?. Pertanyaan ini cukup ambigu dan membingungkan.

Melalui tulisan ini, penulis mengharap loyalitas pemerintah secara kontinuitas mencari solusi alternatif demi memberikan kesempatan bagi masyarakat miskin (secara menyeluruh) memperoleh pendidikan ideal. Barangkali pemeberian besaiswa merupakan jalan satu-satunya yang dapat mengurangi siswa putus sekolah, dan sebisa mungkin memberikan biaya pendidikan secara gratis kepada anak-anak yang tidak mampu dengan harapan bisa menstimulasi sekaligus mencegah anak-anak putus sekolah ditengah jalan. Bahkan kalau perlu disubsidikan.

Pemerintah juga harus bisa membantu (baca: mengatasi) penyelewengan alokasi dana pemdidikan yang disalurkan pada tiap lembaga, yang dalam hal ini rawan dilaukan oleh para pengelola pendidikan itu sendiri, agar biaya pendidikan tidak semakin mencekek masyarakat -orang tua siswa- miskin.

Semua iktikad baik ini hanya meruapakn upaya sederhana untuk mengembalikan paradigma pendidikan kita yang sudah mulai bergeser, setidaknya harapan besar untuk lahirnya generasi penerus bangsa akan terus terwujud melalui pelaksanaan pendidikan yang memadai dan bisa dirasakan oleh seluruh rakyat tanpa ada diskriminasi.

Oleh karena itu, sudah waktunya kita melakukan revitalisisi paradigma pendidikan dengan mengarahkan pada fungsi utama pendidikan serta peran penting pendidikan dalam mencetak generasi masa depan, yang hal ini tentunya akan bisa terwujud melalui kesadaran bersama baik pemerintah, praktisi juga msyarakat secra umum. Sehingga penyelewengan-penyelewengan yang justru akan menodai makna pendidikan akan bisa musnah dari dunia pendidian itu sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons