Rabu, 28 Maret 2012

Membangun Budaya Santun Dalam Gerakan Aksi Demo

Membangun Budaya Santun Dalam Gerakan Aksi Demo
Oleh: Ahmad Wiyono

Menjelang kenaikan harga Bahan bakar Minyak (BBM) yang sudah hampir pasti diberlakukan per 1 pril 2012 mendatang, gelombang aksi penolakan terus bergulir dari pusat hingga daerah. Beberapa pusat pemerintahan seperti kantor Wakil Rakyat hingga kantor pejabat Eksekutif terus dikepung ratusan massa dari berbagai elemin. Gejolak aksi itu sebagai symbol keglisahan rakyat terhadap kebijakan pemerintah tersebut.

Ada banyak model aksi yang telah dilakukan oleh massa tersebut, mulai dari aksi simpatik hingga aksi yang mengarah pada anarkhisme. Jelas secara naluri semua itu merupakan wujud pelampiasan rakyat atas kebijakan pemerintah yang diyakini akan menyengsarakan rakyat kecil.

Beberapa waktu yang lalu, ada peristiwa mengejutkan di Kabupaten Pamekasan, yaitu peristiwa Robohnya Pagar Beton Kantor DPRD Pamekasan itu ketika sekelompok mahasiswa melakukan aksi demonstrasi ke gedung DPRD Kabupaten Pamekasan, kericuhan pun nyaris mewarnai kegiatan aksi. Jumlah peserta aksi yang relative besar tak sebanding dengan jumlah aparat yang menjaga perjalanan aksi, tak ayal bemtrokan pun takdapat dibendung. Motifnya sangat sederhana yaitu hanya karena polisi melarang demonstran masuk ke areal gedung DPRD. Kondisi ini menyulut emosi para demonstran, sehingga pintu gerbang utama kantor DPRD Pamekasan dijebol oleh ratusan massa tersebut.

Fakta seperti ini selalu kita temui dalam setiap kegiatan aksi demonstarsi yang dilakukan oleh beberapa elemen aktifis mahasiswa, padahal kita tahu bahwa para demontrans sebagian besar merupakan kelompok intlektual dam masyarakat akademis yang punya kemampuan analisa yang tajam serta nalar kritis yang luar biasa yang seharusnya bisa menakar secara proporsional dampak negatif dari kegiatan aksi yang diwarnai kericuhan tersebut.

Setidakya mahasiswa bisa melakukan analisa social, apakah kegiatan aksi yang dilakukan oleh mahasiwa tidak mengganggu terhadap masyarakat luas. Ketika sikap anarkis dilakukan dalam kegiatan aksi yang diwujudkan dalam bentuk bakr ban dan memblokade jalan misalnya dengan tanpa berfikir bahwa banyak masyarakat kita yang juga berkepentingan dengan jalan yang kita lalui tersebut.

Belum lagi kerugian materi yang diakibatkan oleh tindakan anarkhis mahasiswa tersebut, bias kita bayangkam berapa banyak fasilitas umum yang rusak menjadi objek kebrutalan massa, ditambah lagi korban manusianya, tidak sedikit mahasiswa bahkan aparat yang terluka hanya gara-gara tindakan anarkhis tersebut. Logika sederhana yang buisa kita gunakan hari ini adalah kalau mahasiswa melakukan aksi demo dalam rangka memperjuangkan rakyat, lantas kenapa harus merusak fasilitas umum milik Negara yang notabeni itu semua dibeli dari uang rakyat. Apakah tidak menutup kemungkinan justru itu semua akan menyengsarakan rakyat.

Disinilah kemudian, mahasiswa juga diharuskan mempunyai kecerdasan berbudaya, adat ketimuran mengajarkan kita untuk selalu santun kepada setiap orang yang secara langsung ataupun tidak langsung berkomunikasi dan berinteraksi dengan kita, maka perlu kiranya mahasiswa berbenah untuk merubah pola gerakan yang selama terkesan selalu merugikan orang banyak akibat anarkisme dan kericuhan dalam setiap aksi yang mahasiswa lakukan.

Sebagai masyarakat akademis seyogyanya kita berfikir substantive dan detil, bukankah roh dari kegiatan aksi adalah medium untuk mneyampaikan aspirasi kepada pihak tertentu, lantas pertanyaannya sekarang jika aspirasi bisa kita sampaikan secara halus dan santun mengapa harus menggunakan jalan kekerasan dan anarkhisme?.

Maka sekali lagi, berbudaya santun adalah cara paling utama untuk merevitalisasi roh gerakan mahasiswa yang selama ini nyaris diklaim negtif oleh masyarakat akibat kericuhan yang selalu mewarnai dan merugikan masyarakat itu sendiri. Kita sadari bahwa gelora darah mahasiswa memang sangat luar biasa sehingga kadang tindakan yang dilakukan cendrung tidak realistis hanya karena mempertahankan satu prinsip yaitu Idealisme. Namun demikian tidak bisa kita pungkiri bahwa mahasiswa juga mempunyai tanggung jawab besar untuk memberikan pendidikan yang sehat kepada masyarakat sehingga kepercayaan masyarakat terhadap gerakan mahasiswa tidak akan ternodai hanya karena ulah mahasiswa itu sendiri. Saatnya kita berdemonstrasi dengan budaya santun. Santun kepada masyarakat, santun kepada lingkungan. Katakan tidak pada anarkhisme

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons