Selasa, 29 Maret 2016

Sinergi Membendung Radikalisme

Judul : Deradikalisasi: Peran Masyarakat Sipil Indonesia Membendung Radikalisme
Penulis : Muhammad AS Hikam
Penerbit : Buku Kompas
Cetakan : I, Januari 2016
Tebal : 226 halaman
ISBN : 978-979-709-985-5
Peresensi : Ahmad Wiyono*

Tahun 2016 dibuka dengan sebuah peristiwa heruik yang cukup menyedot perhatian publik, yaitu tragedi pengemoman Sarinah oleh sekelompok orang yang belakangan disebut-sebut sebagai bagian dari kelompok teroris Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Peristiwa 14 Januari 2016 tersebut kontan menjadi isu dunia karena hampir semua media internasional menurunkan peristiwa yang cukup menghebohkan tersebut.

Ingatan kita spontan dibawa pada deretan panjang seputar arogansi yang diakibatkan oleh radikalisme yang terjadi di bererapa Negara beberapa tahun terakhir, dimana harmoni kehidupan masyarakat sudah tercabik-cabik lantaran ulah dari sekelompok radikalis yang konon menyebut tindakan tersebut merupakan jihad yang harus dilakukan demi “imbalan surga” yang mereka gaung-gaungkan.

Istilah radikalisme pada mulanya berhubungan dengan pemikiran politik atau gerakan kiri. Namun demikian, dalam beberapa waktu terakhir, kata itu mengalami  pergeseran substnasi yang luar biasa, yang kemudian dihubung-hubungkan dengan dunia Islam, bahkan dianggap menjadi bagian dari pergerakan Islam itu sendiri. Gerakan ISIS, Gafatar, dan sederet gerakan “keislaman garis keras” lainnya disebut-sebut sebagai mata rantai membeloknya subtansi radikalisme itu sendiri.

Buku Deradikalisasi, Peran Masyarakat Sipil Indonesia Membendung Radikalisasi ini hadir dengan maksud mengajak peran aktif seluruh masyarakt untuk bersinergi melawan Radikalisme, mengingat masyarakat Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu objek subur penyebaran benih radikalisme itu sendiri. Makanya,  buku setebal 226 halaman ini diproyeksikan menjadi “senjata” ampuh untuk melawan radikalisasi.

Pada bahasan awal, buku ini mengurai tentang akar geneologis gerakan radikal mulai dari kancah global, hingga yang paling sempit dizona regional, Dengan cakupan uraian mulai dari pergulatan politik, ideologi dan sosial ekonomi. Semua itu yang menjadi akar terbentuknya gerakan radikanlisme dan berujung pada tindakan arogan dengan mengatsanamakan agama. Dan ISIS menjadi salah satu symbol akar pergulatan radikalisme tersebut, bermula dari gerakan Al-Qaeda di Irak yang dipelopori oleh Abu Musab Al-Zarqowi (Hal. 5)

Kekuatan Sipil untuk melawan radikalisme menjadi bagian penting dari pendekatan sosial dan budaya dalam menghadang laju radilakisasi itu sendiri, gerakan ini dipandang sangat efektif karena kekuatan sipil merupakan ujung tombak dalam laju stabiltas Negara Kesauan republik Indonesia (NKRI), speprti kata M. Alie Humaedi peneliti LIPI, Upaya penanggulangan radikalisme melalui pendekatan budaya sangat strategis untuk terus dikembangkan di Indonesia. Buku ini memberikan peta jalan bagi pendekatan budaya tersebut.

Sebgaiamana menjadi isu central belakangan ini, dimana Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu tujuan empuk gerakan radikal ISIS dan sejenisnya, maka penanaman nilai-nilai kebangsaan yang kokoh terhadap masyarakat sipil secara umum menjadi sesuatu yang urgen untuk terus digalakkan, sehingga masyarakat kita tidak mudah tergelincir dengan “godaan” termasuk ancaman radikalisme yang setiap saat bisa menghantui negara tercinta ini.

Dan buku ini pun hadir memberi konsep strategis dalam rangka menyusun intergrasi kebangsaan yang kokoh untuk melawan radikalisasi tersebut, disaat iklim demokrasi relatif bebas dan memberi ruang gerak begitu longgar bagi perkembangan ideoligi-ideologi, buku ini layak menjadi sumber rujukan untuk menutup celah pemikiran radikal di Idonesia. 

Maka, kunci deradikalisasi menurut AS Hikam sang penulis buku ini sangat sederhana, yaitu bermuara pada sinergi masyarakat Indonesia, utamanya sipil dan seluruh komponen bangsa, metode deradikalisasi bagi dia adalah proses  pembangunan budaya kebangsaan yang kokoh, penulis sangat optimis, bahwa radikalisme di Indonesia bisa ditiadakan jika seluruh komponen bangsa menyatukan tekad membangun nasionalisme, menyatukan NKRI. Dalam bahasa yang ngetren saat ini “Kami Tidak takut”. 

“Buku ini memuat analisis, rekomendasi kebijakan, dan strategi terkait dengan deradikalisasi yang mengedepankan peran masyarakat sipil Indonesia.” (Irjen Pol. Drs. M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D. Kapolda Metro Jaya)


Tulisan ini dimuat di Harian Duta Masyarakat, 27 Maret 2016

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons