Minggu, 13 Maret 2016

Sang Pengungkap Kebenaran

Judul : Misteri Museum Wayang
Penulis : Dianmur Fajria
Penerbit : Dar Mizan
Cetakan : 1. Desember 2015
Tebal : 166 Halaman
ISBN : 978-602-242-862-6
Peresensi : Ahmad Wiyono

Tempat angker dan mistik kadang menjadi sesuatu yang menyeramkan bagi sebagian orang, sehingga tempat tersebut jarang bahkan tak pernah dikunjungi. Padahal, tak sedikit tempat yang diwacanakan angker ternyata menyimpan rahasia terselubung yang memang sengaja di sekenariokan oleh orang-orang tertentu.

Itu yang diuangkap oleh tiga bocah cilik dalam cerita Misteri Museum Wayang, ketiganya berhasil membongkar kebohongan isu tentang sebuah tempat yang dilarang dimasuki oleh siapapun dengan alasan angker dan ada penunggunya. Namun ternyata tempat itu dijadikan lokasi penyimpanan barang-barnag berharga di museum itu dengan tujuan diselundupkan.

Kisahnya bermula ketika Radit, Sheril dan Arby berkesempatan mengunjungi museum yang diketahuinya berdasarkan cerita sudah berusia ratusan tahun. Mereka masuk dan melihat-lihat koleksi museum dengan penuh seksama. Ketercengangan pertama yang mereka rasakan adalah ketia tak sengaja melihat tulisan berdirinya museum itu, yaitu tahun 1907, yang itu artinya sudah lebih dari satu abad.

Keharuan itu tiba-tiba sirna, saat mereka mulai merasakan hal-hal aneh di sekitarnya, semakin masuk nuansa mistik sudah mereka rasakan. Dan akhirnya, mereka menjumpai satu makhluk menyeramkan yang sepertinya sudah sengaja menunggu kedatangan mereka. Rasa tak percaya, takut dan was was, karena kejadiannya disiang hari. Namun demikian mereka memutuskan untuk kabur meninggalkan tempat itu.

Kemudian mereka menceritakan pada seorang kakek, tentang kejadian yang telah dialami mereka. Namun sang kakek membantah tentang kemungkinan adanya mahluk penunggu di tempat itu. Menurut sang kakek;  “kakek memang mendengar cerita tu, tapi selama menjadi penjaga museum, kakek belum pernah melihatnya. Jadi meurut kakek itu semua hnya metos yang sengaja dibesar-besarkan (Hal. 29).

Cerita sang kakek membuat tiga bocah ini semakin penasaran dengan isu keangkeran tempat itu, ketidak percayaan mereka semakin bangkit setelah mendapat penjelasan dari kakek tersebut, apalagi di benak mereka tidak mungkin siang hari ada mahluk penunggu apalagi mahluk halus.

Disuatu kesempatan mereka kembali bekunjung ke museum itu, kala itu suasana museum sangat ramai, pengunjung lumayan banyak. Momentum itu dimanfaatkan tiga bocah itu utnuk menelusuri lebih dalam keberadaan ruangan yang diangkerkan tersebut.

Mereka menyelinap masuk perlahan ke ruang itu, alhasil mereka sungguh terkejut bukan kepalang ketika menyaksikan sesuatu yang diluar dugaan mereka. Di rungan itu terdapat beberapa koleksi museum termasuk wayang yang telah dipacking rapi pada kitak kaca. itu artinya, benda-benda antik itu sudah siap unutuk diselundupkan. Lebih kagetnya lagi, diruangan itu ada terowongan yang mngarah keluar, sehingga penjahat yang hendak menyelundupkan barang-barang itu dengan mudah menjalankan aksinya.
Fakta itu kemudian mereka ceritakan kepada sang kakek, dan mereka mulai melakukan penyelidikan siapa pelaku penyelundupan tersebut. Hingga akhirnya, terungkap dengan nyata penyelundup barang-barang berharga itu, termasuk wayang Candiloka yang sudah dipacking dan siap diselundupkan.

Menurut penjelasan kakek Bima, Pak Jarwo memang sudah dicurigai terlibat penyelundupan artefak dan koleksi museum lainnya. Namun tidak ada bukti jelas yang mengarah padanya (Hal. 193).

Sejak saat itulah, terungkap kebenaran bahwa tepat yang selama ini diisukan angker hanyalah rekayasa dari kelompok Pak Jarwo sebagai komplotan penyelundup barang-barang antick di museum tersebut. Dan sejak saat itulah benda-benda antik di musuem itu mulai dirapikan kembali. Berkat keberanian tiga bocah cilik yang mengungkap kebenaran dan fakta.


Tulisan ini dimuat di Harian Tribun Timur, 13 Maret 2016

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons