Sabtu, 15 November 2014

Meraih Maqom Manusia Yang Diburu Rezeki

Judul Buku: Agar Rezeki yang Mencarimu bukan Kau yang Mencarinya
Penulis: Imam al-Harits al-Muhasibi dkk
Penerbit: Zaman
Cetakan: I 2014
Tebal: 233 Halaman
ISBN: 978-602-1687-31-4

Peresensi: Ahmad Wiyono*


KETIKA Membincang persoalan rezeki, pikiran kita selalu terbawa pada aspek materi yang berwujud harta atau uang,  meski dalam konteks yang lebih luas Rezeki tidak hanya sebatas itu, hampir semua nikmat yang dikaruniakan Allah kepada manusia masuk dalam kategori rezeki. Taruhlah misalnya nikmat mata yang tetap mampu melihat dengan baik, nikmat telinga ketika tetap mampu mendengar dengan baik, dan serentetan nikmat lainnya yang rasanya tak mampu jika kita urai satu persatu.

Dalam perspektif sufisme, rentetan nikmat yang kita rasakan dalam setiap desahan nafas kita semua itu adalah rezerki yang tak bernilai harganya. Sementara kita tidak pernah mampu menghitung rentetan reeki tersebut, kita hanya mampu menjadi penikmat. Yah, Penikmat yang kadang harus lupa bagaimana cara mensyukurinya. Padahal kunci bertambahnya nikmat terletak pada seberapa besar rasa syukur kita terhadap nikmat itu sendiri. Itu yang telah difirmakan Allah bahwa Apabila manusia pandai bersyukur maka Allah akan menambahnya.

Perkembangan zaman yang begitu pesat dengan segala kecanggihan tekhnologi dan produk modernisasi lainnya kadang berimplikasi pada peningkatan kebutuhan hidp manusia itu sendiri, maka keberadaan harta (baca: uang) kerap menjadi hal yang sangat dibutuhkan, karena pada dasarnya hampir semua kebutuhan hidup memang membutuhkan hal tersebut. Sepintas hal itu memang sudah alamiah, karena uang atau harta adalah hal yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia.

Namun demikian yang mengkhawatirkan adalah pergeseran Paradigma berfikir manusia yang seakan “menghamba” pada harta itu sendiri, dalam artian akibat kebutuhan hidup yang melonjak memaksanya untuk menghalalkan segala cara, atau karena berfikir begitu sengitnya persaingan dalam mencari harta sehingga manusia bekerja tak kenal waktu bahkan tidak sempat menghadap Tuhan menjalankan rukun rukun islam, nah posisi inilah yang bisa membahayakan manusia itu sendiri. Pola berfikir instan ini muncul akibat manusia tak sadar bahwa sebenarnya rezeki itu selalu ada kapan dan dimananpun.

Ibnu Atha’illah as-Sakandari,  satu dari sekian penulis Buku Klasik yang berjudul “Agar Rezeki Yang Mencarimu Bukan Kau Yang Mencarinya” ini, memulai petuahnya dengan sebuah judul simpel “Tenanglah soal rezeki”, karena baginya rezeki selalu bertaburan di muka bumi, tergantung sejauh mana kita meyakini hal itu. Maka keyakinan menjadi kuci pokok, termasuk meyakini bahwa Allah tidak akan pernah berhenti menebar Rezeki di Muka bumi.

Yang paling berbahaya adalah Dosa ragu kepada allah, sesungguhnya ragu terhadap rezeki berarti ragu terhadap dzat yang memberikan Rezeki. (hlm.19). kalimat ini sangat mudah untuk kita pahami, maka jangan sekali kali kita meragukan keberadaan rezeki. 

Ketika manusia sudah memiliki pemahaman seperti yang dimaksud oleh Ibnu Atha’illah di atas, maka perjalanan hidup manusia akan selalu bersandar pada pondasi ikhtiyar dan doa, karena hakekatnya manusia hanya bisa berusaha, Allahlah yang akan menentukan segalanya. Di posisi inilah pentingnya sifat tawakkal atau berpasrah diri pada sang Maha Penentu yaitu Allah SWT.
Pada Bab berikutnya buku ini, seorang Al-Hariits al-Muhasibi mempertegas perihal pentingnya Tawakkal, tawakkal akan mampu menyejukkan hati manusia dalam kondisi apapun, karena dalam kondisi seperti itu manusia akan selalu menerima apapun hasil dari apa yang dilakukan sebagai buah ikhtiyar. 

Diantara tanda orang yang bertawakkal adalah bahwa ia mengedepankan kejujuran  yang membahayakannya dan kebohongan yang memberinya mamfaat. Orang yang bertawakkal kepada Allah tidak patut takut kepada yang lain (hlm. 42).

Dalam petuahnya ini, Al-harits hendak mengingatkan kita semua, bahwa bersandar pada Allah adalah segala galanya, termasuk dalam urusan rezeki, setelah kita Ikhtiyar, berdoa dan Tawakkal menjadi ujung tombak keberhasilan dalam meraih rezeki itu sendiri.

Pada akhirnya, setiap manusia akan dipertemukan pada ujung sebuah perjuangan, maka ujung perjuangan dalam pencarian rezeki adalah berhasil (kaya) atau gagal (miskin), dua hal ini pasti akan dirasakan oleh manusia sebagai dua sisi hukum alam yang tak bisa dilewatkan. Namun demikian, manusia yang selalu optimis pasti akan dipertemukan pada ujung keberhasilan, karena ikhtiyar yang kuat akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa pula. Maka tidak perlu khawatir, jika kita sudah mampu menerapkan seperti yang disampaikan Al-harits di atas, pasti keberhasilan yang kita raih.

Dalam posisi mencapai puncak keberhasilan (kaya), manusia juga perlu menjaga diri, Buku ini juga mengupas tata cara mengelola kekayaan,  melalui petuah Syekh Muhammad Ali al-Birgawi diulas bahwa kekayaan harus dipelihara agar tidak menjadi petaka bagi pemiliknya,  karena kekayaan materi menurut Sykeh Muhammad sangat membahayakan posisi ketaqwaaan dan keimnana manusia.  Dijelaskan salah satu cara untuk mengelola kekayaan adalah dengan cara bersyukur dan membagi. Orang yang tidak bersyukur, cepat atau lambat, akan kehilangan apa  yang telah diterimanya. Salah satu tanda bahwa kita akan kehilangan harta milik kita adalah ketika kita menghambur-hamburkannya secara mubadzir (hlm. 175).

Sederhananya, buku ini begitu detil mengajari kita untuk menjadi peraih rezeki yang paripurna, tidak hanya sekedar meraih harta tapi juga barokah. Petuah delapan imam besar ini layak untuk kita praktekkan dalam kehidupan sehari hari,  sehingga kita mampu menjadi manusia yang bisa menikmati rezeki dengan nikmat dalam bingkai ridla Allah SWT. Maka yakinlah jika kita menerapkan petuah-petuah para Imam tersebut, maka kita yang akan diburu Rezeki, dan kita tidak akan terbebani dalam mencari Rezeki. Amien. 

*Ahmad Wiyono: Jurnalis, Pengajar, Peneliti dan Pengasuh rumah baca “Haidar Pustaka” Pamekasan Madura.


Tulisan ini dimuat di Harian Kabar Madura Edisi 13 Nopember 2014.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons