Minggu, 16 November 2014

Mengintip lika Liku Duka Rasulullah

Judul Buku : Kala Rasulullah Berduka
Pemulis : Abdul Wahid Hasan
Penerbit : Mizania
Cetakan : 1 2014
Tebal : 251 Halaman
ISBN : 978-602-1337-19-6

Peresensi : Ahmad Wiyono

Hampir semua perjalanan dakwah yang dilakukan para Nabi dan Rasul selalu deihadapkan pada tantangan dan penolakan besar dari umatnya, bahkan yang paling sulit ketika penolakan dan tantangan itu muncul dari kerabat dekat bahkan keluarganya sendiri.

Demikian juga dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah Nabi Muhammad SAW, sejak pertama kali menyampaikan risalah kenabiannya, beliau ditentang oleh beberapa kerabat dekatnya, bahkan beberapa paman beliau, dan yang paling dahsyat adalah tentangan dari suku Quraisy waktu itu.

Namun semua itu tidak menjadi penghalang bagi beliau untuk terus menyampaikan kebenaran Islam, dari waktu kewaktu beliau terus menyampaikan agama Islam kepada seluruh penduduk yang sempat Beliau jumpai. Dalam rentetan perjalan dakwah itulah, tak sedikit duka yang dialami oleh Beliau, namun semua itu dianggap sebagai cobaan dalam sebuah perjuangan.

Dalam buku yang Berjudul “Kala Rasulullah Berduka” karya Abdul Wahid Hasan ini diurai beberapa rentetan duka yang dialami beliau, pada bab pembuka misalnya, penulis merangkum beberapa peristiwa yang menjadikan hati Beliau berduka, yaitu peristiwa meninggalnya beberapa orang dekat Rasulullah. Seperti wafatnya Aminah, Abdul Mutthalib, Abu Thalib, Hamzam dan Juga Ibrahim, semua itu secara langsung melahirkan duka pribadi bagi Beliau karena harus ditinggal pergi kerabat dekat Beliau.

Tidak hanya itu, beliau juga harus merasa kehilangan karena ditinggal oleh Siti Khatija isteri beliau, kita ketahui betapa Siti Khatijah sangat banyak membantu dakwah beliau, bahkan hartanya juga tak segan segan dikorbankan untuk perjalanan dakwah Rasulullah SAW.

Namun, waktu jua yang akhirnya memisahkan Beliau, setelah puluhan tahun Beliau hidup bersama Siti Khatijah, akhirnya harus berpisah lantaran maut yang memisahkan.

Setelah sekitar 25 tahun ia mendampingi Nabi Muhammad SAW, dalam sebuah ikatan suci pernikahan dan menghadapi suka duka bersama. Akan tetapi belum hilang mendung duka di hati Nabi Muhammad SAW setelah meninggalnya paman tercinta, beberapa hari setelah itu isteri tercintanya ini  yang telah menjadi belahan jiwanya juga harus pergi menghadap Allah (hlm. 70).

Selain itu, terjadinya penghinaan terhadap Rasulullah utamanya dari bani quraisy tentu menjadi duka batin bagi beliau dalam menjalankan dakwah, tak jarang beliau di olok olok, dilempari kotoran onta, diludahi bahkan diancam untuk dibunuh, semua perjalanan itu beliau alami hampir dalam setiap menjalankan dakwah.

Suatu hari Nabi Muhammad SAW memasuki area ka’bah, Beliau bermaksud melakukan thawaf dan mencium hajar aswad. Saat itu para pemuka Quraisy kebetulan sedang berkumpul di dekah Hijir Ismail, melihat ada nabi Muhammad SAW di dekat mereka, satu sama lain bersepakat untuk mengganggu beliau sorak sorai dan caci maki dilontarkan kepada beliau yang sedang Thawaf (hlm. 121).

Peristiwa cemohan dari kalangan Quraisy itu hampir terjadi setiap waktu, dan setiap perjalanan dakwah beliau selalu ada masyarakat Quraisy yang menjadi penentang utama. Tapi lagi lagi itulah cobaan dalam berdakwah, Beliau menjalani dengan sabar.

Duka lain yang dirasakan Rasulullah saat berdakwah adalah terjadinya penyiksaan yang dilakukan bani Quraiys terhadap beberapa sahabat Beliau, pada Bagian kedua buku ini, penulis juga sempat mengurai beberapa Sahabat nabi yang sempat disiksa oleh Quraisy, seperti penyiksaan Ammar ibn Yasir, beliau dibawa ke padang pasir dan dijemur di bawah terik matahari yang memabakar. Termasuk juga penyiksaan kaum Kafir yang dilakukan kepada Bilal ibn rabah. Serentetan penyiksaan yang dilakukan oleh kaum kafir itu jelas menjadi duka mendalam bagi nabi Muhammad SAW.

Kebiadaban kaum kafir dalam merongrong dakwah nabi Kita Muhammad SAW selalu terjadi kala itu, seakan akan tidak akan diberikan kesempatan bagi Rasulullah untuk menyampaikan kebenaran Islam. Namun demikian, hukum bahwa kebenaran akan selalu Nampak, rupanya terwujud pelan tapi pasti. Satu persatu penduduk mekkah mulai meyakini bahwa islam adalah agama yang benar.
Berbagai upaya untuk menghentikan dakwah Nabi Muhammad SAW sudah dilakukan, tetapi tetap saja tidak berhasil, bahkan pengikut Beliau semakin banyak (hlm. 126).

Kita sebagai kaum Muslim, penting sekali untuk membaca secara utuh buku yang ditulis oleh Abdul Wahid hasan ini, sehingga bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari setiap tangga perjuangan rasulullah. Sebagai lulusan pesantren Penulis dengan sempurna menyusun buku ini dengan irama khas pesantrennya. 

Ahmad wiyono; Jurnalis, Pengajar, Peneliti dan pengasuh Rumah Baca “Haidar Pustaka” Pamekasan Madura


Tulisan ini dimuat di Harian Kabar Madura Edisi Kamis 13 Nopember 2014

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons