Selasa, 09 Maret 2010

Mewaspadai Destruktifikasi Idealisme Pendidikan

Ahmad Wiyono

Masyarakat semakin sadar bahwa diantara sekian banyak kebutuhan hidup manusia, pendidikan merupakn kebutuhan “primer”. Namun demikian tidak semua masyarakat yang mempunyai kesadaran mendapat kesemapatan untuk sama-sama mengenyam nikmatnya Pendidikan yang bermutu Tinggi

Dalam wacana intlektual, Pendidikan diposisikan seperti sentral yang multi fungsi. Pendidikan merupakan impian sekaligus cita-cita bersama. Pendidikan tak hanya sekedar wahana mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik, melainkan sarana untuk membebaskan dan memanusiakan manusia. Paulu Freiri pernah mengemukakan bahwa Pendidikan merupakan ikhtiar untuk mengembalikan fungsi pendidikan sebagai alat untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk penindasan dan ketertindasan yang dialami oleh masyarakat, baik dari soal kebodohan sampai ketertinggalan.

Mempertahankan kulaitas pendidikan merupakan keniscayaan. Pendidikan bermutu diharapkan mampu merubah tatanan yang berkebudayaan (biadab) menuju masyarakat yang beradab. Dan hanya orang yang berpendidikanlah yang akan mampu mepertahankan Politik, Sosial, Ekonomi dan Budaya suatu bangsa.

Amanat GBHN, bahwa pendidikan diarahkan untuk memperbaiki kualitas SDM bangsa ini harus dijunjung tinggi, apalagi diantara tujuan awal kemerdekaan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Memang seharusnya pendidikan lebih dititik beratkan pada kecerdasan dan kebebasan otak, semua siswa teridentifikasi bakat, keterampilan, (kreatif) yang memungkinkan mereka menjadi dirinya sendiri.

Hal yang patut dibanggakan adalah semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Mereka yakin bahwa diantara sekian banyak kebutuhan hidup manusia, pendidikan merupakn kebutuhan “primer” yang mesti diprioritaskan. Namun disisi lain, ditengah daya beli yang terhimpit, harga-harga kebutuhan pokok yang mulai melangit, tak terkecuali biaya sekolah yang mulai tak terjangkau. Apalagi sekolah faforit yang diyakini dengan jaminan pendidiakn berkualitas tinggi, hanya bisa dijangkau oleh kalangan ekonomi menengah keatas, sementara para kaum “ELIT” (Baca; Ekonomi Sulit) harus rela menggigit jari dan cukup berandai-andai.

Memang benar, tidak ada sesuatu didunia ini yang gratis. Biaya pendidikan yang kian hari kian mahal merupakan konsekuensi logis dan menjadi hal yang wajar dalam memperoleh pendidikan bermutu tinggi, ‘price is quality and quality is price’. Namun, patutkah adegium diatas dijadikan dalil dan terus dibenarkan kalau nantinya hanya akan menyebabkan implikasi distruktif terhadap idelalisme pendidikan, sehingga yang terjadi kemudia, sekolah hanya milik mereka yang beruang, “yang kaya bersekolah, yang miskin menganggurlah”.

Mahalnya biaya pendidikan, kendati dengan seperangkat alasan kualitas dan mutu, bagaimanapun masih terkesan diskriminatif. Kritik pedas dan demonstrasi memang terjadi dimana-mana untuk mengembalikan kesenjangan ini, namun demikian pemerintah masih bersikap impasif akan tuntutan tersebut. Padahal sudah jelas, dalam alam demokrasi (baca: Demokratisasi) setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, karena pendidikan bukan hanya milik orang-orang yang kaya.

Barangkali, masih segar dalam ingatan kita janji-janji para elit politik untuk memeratakan Pendidikan, mulai dari Pendidikan Murah hingga sekolah Gratis sempat dilontarkan sebelum Pemilu tahun lalu. Dengan lidah manis dan beraroma madu mereka mengungkapkan idealismenya. “memeberikan pendidikan secara merata bagi seluruh rakyat, tak terkecuali wong cilik”. Sebuah aforisme yang mengundang antusiasme masyarakat yang berada dalam kondisi lemah untuk mendapatkan kesempatan mengenyam bangku pendidikan.

Namun kenyataannya, pasca mereka (para elite politik) benar-benar menjadi “Top Leader” yang terjadi justru sebaliknya. Masyarakat belum bisa menikmati pendidikan secara adil dan merata, Beban finansial yang cukup berat membuat mereka frustasi,hanya bisa bersabar dan menunggu datngnya keajaiban. Pendidikan berkualitas dan bermutu tinggi bagi mereka sebatas angan-anagn belaka,

Dimuat diharian Radar Madura dan Pamekasan On Line

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons