Rabu, 18 Mei 2016

Seni Merajut Keluarga Samawa

Judul : Isteri dan Suami Dirndukan Surga. 
Penulis : Leyla Imtichanah
Penerbit : Pastel Books
Cetakan : 1. 2016
Tebal : 63 + 103 Halaman
ISBN : 978-602-242-886-2
Peresensi   : Ahmad Wiyono*
Tidak bisa dipungkiri, tujuan mulia dalam sebuah pernikahan adalah terwujudnya hubungan keluarga yang harmonis, bahagia dan sejahtera. Kerangka tersebut yang dalam islam disebut sebagai bangunan keluarga Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah.

Mewujudkan kebahagiaan dalam keluarga tentu bisa dilakukan dalam berbagai bentuk dan upaya, hal itu tergantung pada kemampuan dan kekuatan yang dimiliki masing-masing orang. Dalam islam terdapat banyak koridor sebagi rambu “lalu lintas” keluarga yang bisa ditempuh untuk meraih mimpi keluarga samawa tersebut. 

Buku berjudul Isteri yang Dirindukan Surga, dan Suami yang dirndukan Surga ini menjadi salah satu pedoman “lalu lintas” dimaksud, buku ini mengajak para suami dan isteri untuk bisa memahami tugas pokok dan fungsinya masing-masing, sehingga terjalin satu iklim keharmonisan dalam keluarga. Tentu dengan mengacu pada koridor atau ajaran yang telah ditetapkan terhadap mereka.

Kasus maraknya perceraian beberapa  dekade terakhir, ternyata lebih banyak diakibatkan oleh memudarnya kesadaran diri masing-masing anggota keluarga terhadap tupoksinya. Masing-masing bersikukuh dengan egonya, alhasil keutuhan keluarga sulit dipertahankan. Kita bisa tengok misalnya kasus yang menimpa sejumlah publik figur di negeri ini.  Rata-rata hubungan meeka berakhir dengan sangat cepat lantaran tidak mampu menta kehaormnisan keluarga itu sendiri.

Buku ni mengajarkan kita untuk pandai dan lihai merawat harmonisme dalam keluarga, ini yang disebut sebagai seni merajut harmonisme dalam keluarga. Seni itu diwujudkan dalam bebrapa langkah nyata yang bisa dikerjakan suami dan isteri dalam pergerakan keluarga sehari-hari. Mulai dari hal yang sangat sederhana. Hingga hal-hal bersifat pirnsip. Semua, jika dilakukan dengan baik, maka akan berimplikasi pada terwujudnya keluarga samawa tersebut.

Sebagai contoh, Hal sederhana yang kadang terlupakan adalah kecemburuan seorang isteri terhadap orangtua suaminya. Tidak sedikit isteri yang merasa tidak nyaman lantaran suaminya sangat perhatan kepada mertuanya tersebut. Rasa tidak nyaman itu yang jika terus dibiarkan akan merembet pada hal-hal lain yang sangat rawan. Padahal, semua tu bisa diselesaikan denga cara yang santun dan nyaman. Ini adalah problem klasik, dan hampir semua isteri merasakan hal serupa.

Seorang isteri juga wajib mendukung suaminya untuk berbakti kepada orangtua. Bagaimana agar suami bisa bersikap adil? Bicarakanlah dengan baik-baik tanpa harus menjelek-jelekkan keluarga suami. Serta, doakanlah suami agar mampu memberikan nafkah secara adil. (Hal. 57).

Tugas dan kewajiban seorang isteri lainnya adalah merawat diri, merawat diri dalam artian isteri harus pandai menjaga perkembangan lahiriahnya. Dia harus pandai melakukan peawatan sehingga selalu tampil menarik di hadapan suaminya. Cara ini jelas akan menjadi solusi keharmonisan keluarga, lantaran sang suami selalu merasa nyaman di dekat isterinya. Namun demikian, perawatan yang dilakukan isteri tetap harus mengacu pada ajaran-ajaan yang dibenarkan oleh agama, tidak melampaui batas.

Merawat diri dan berhias untuk suami memang dianjurkan, tetapi harus pula diperhatikan cara-cara merias diri yang diharamkan oleh Allah SWT? Ada, ya? tentu saja ada. Menyenangkan suami itu berpahala. Asalkan sesuai dengan syariat agama, nyatanya, Allah SWT melarang cara-cara merias diri yang mengubah ciptaan-Nya (hal. 78).

Tidak hanya isteri, suamipun memiliki tanggung jawab besar menjaga keutuhan dan keharmonisan sebuah keluarga. Apalagi suami menjadi nahkoda dalam perjalanan keluarga itu sendiri. Buku ini juga mengurai sisi tanggung jawab suami dalam menjaga laju perjanan keluarganya tersebut. Salah satu tanggung jawab besar suami adalah memberikan pendidikan yang baik dan benar kepada anggota keluargnya, baik isteri termasuk anak-anaknya.

Petaka dalam keluarga kerap terjadi lantaran sang suami lalai dalam memberikan pendidikan yang baik dan benar, maka sudah seharusnmya suami bentul-betul memperhatikan arti edukasi bagi anggota keluarganya. Selain itu, suami juga harus bisa melakukan terobosan-terobosan dalam upaya menjaga keharmonisan keluarga, dalam buku ini disebut sebagai hal-hal kecil yang mampu membuat isteri bahagia, seperti Piknik, membantu mengerjakan pekerjaan isteri, hingga memuji isteri tu sendiri.

Ingat, jangan sampai isteri mendapatkan pujian dari lelaki gombal yang berseleweran di luar sana. Semoga engkau bisa menjadi suami yang arif dan bijaksana dalam menyeimbangkan antara pujian dan kritik karena di dalam keduanya itu ada kebaikan dan keburukan, tergantung pada bagaimnan kita melakukannya (hal. 63).


Tulisan ini dimuat di harian Kabar Madura, 11 Mei 2016

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons