Rabu, 18 Februari 2015

Menyemai Kerja Menjadi Ibadah

Judul Buku : Kerja Itu Ibadah
Penulis : Syamril
Penerbit    : Mizania
Tebal : 232 Halaman
ISBN : 978-602-1337-12-7
Peresensi : Ahmad Wiyono*

Pekerjaan adalah pekerjaan, begitulah sebagian orang memaknai kerja hanya sebatas bernilai kerja, sehingga yang mereka hasilkan hanya sebatas dari apa yang mereka kerjakan, tak ada hasil lain yang bernilai ubudiyah sebagai bagian dari buah pekerjaan itu sendiri.

Sementara islam memberikan kesempatan besar bagi umatnya untuk selalu mendapat nilai ganda dari setiap pekerjaan yang dilakukannya, yaitu niali ibadah yang sebenarnya setiap orang berpeluang untuk meraih hal tersebut.

Kesempatan itu akan diraih jika seseorang mampu memposisikan kerja tidak hanya sekedar untuk meraih keuntungan materi atau duniawi, tapi lebih dari pada itu juga diniatkan untuk hal hal yang lebih luas, dalam hal ini ketika bekerja diniatkan untuk kerangka ibadah kepada Allah. Misalnya kita bekerja kita niatkan untuk menafkahi keluaga kita yang ada di rumah.

Relevansi kerja dan ibdah ini akan semakin nampak ketika kita coba membaca beberapa keterangan bahwa setiap manusia berkewajiban untuk menfkahi keluarganya, maka naflah itu bisa diraih ketika manusia mampu bekerja, maka disinilah benang merah kerja bermakna ibadah.

50 Artikel hasil tulisan Syamril yang kemudian menjadi buku yang berjudul Kerja Itu Ibadah ini memberi pemahaman kepada kita bahwa kerja pada esensinya juga harus dimaknai dalam kerangka ibadah, yah. Ibadah yang tentu hasilnya adalah pahala dari Allah SWT. Inilah keuntungan ganda yang akan didapat oleh pekerja yang memaknai pekerjaannya sebagai ibadah itu sendiri.

Kerja yang bernilai ibadah ini tentulah pekerjaan yang didasarkan pada beberapa aspek Agama, seperti kejujuran dan Amanah. Setip pekerja tentu diharuskan memiliki sifat ini, karena siapapun yang bekerja dengan berlandaskan agama maka hasil pekerjaannya akan baik dan pahala suadah siap menanti orang tersebut.

Menjadi orang yang amanah dengan mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya memang sangat berat, wajar saja salah satu golongan yang sangat diistimewakan di hari akhir yaitu pemimpi yang Amanah. (hlm. 176).

Memang tidak segampang yang kita bayangkan, tapi selama kita mau berusaha, tidak ada yang tidak mungkin dalam dunia ini. Maka menjadi orang yang amanah adalah salah satu kunci seseorang untuk menjadikan pekerjaan sebagai ibadah kepada Allah SWT.

Menjalani kerja sesuai denga  kaidah dan nilai-nilai agama menjadikan manusia nyaman dalam bekerja, saat itu juga pahala bisa diraih dengan sangat mudahnya. Maka setiap manusia sangat dianjurkan untuk bisa menikmati setiap pekerjaannya tentu dengan berdasar pada proses amaliah sehingga membawa kemamfaatan bagi setiap manusia.

Jadi apa pun peran kita dalam idup –baik sebagai karyawan, wirausahawan, pegawai negeri, ibu rumah tangga, pekerja sosial, dokter, polisi, tentara, petugas kebersihan, satpam, sopir, pejabat dan lain sebagainya- itu semua adalah peran dan tugas yang penting dan mulia sepanjang memberi kemaslahatan bagi sesama. Keberadaan kita sangat penting karena kita semua adalah khalifah, pemimpin, pengelola dan pengatur kehidupan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab kita masing-masing. (hlm. 33-34).

Inilah yang dimaksud memaknai pekerjaan, jika hal ini sudah bisa kita laksanakan dengan baik, maka tak akan ada keresahan, keguandahan atau ketidak nyamanan dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan, apa pun jenis pekerjaan tersebut. Selama itu bermamfaat.

Sikap dan sifat penerima serta menikmati terhadap setiap jenis pekerjaan yang dilakukan  itu, merupakan kata lain dari syukur kita terhadap pekerjaan yang telah didapat. Syukur sendiri akan memiliki dampak besar terhadap pekerjaan dan hasil dari pekerjaan itu sendiri. Kita tentu masih ingat dengan Firman Allah yang artinya; “apabila manusia bersyukur, maka Allah akan menambah  nikmat, namun jika manusia ingkar sungguh adzab Allah sangat pedih”.  

Kerja menjadi ibadah menurut buku ini juga bisa diraih jika manusia mampu mensyukuri setiap pekerjaanya itu.  Syukur dengan lisan melalui ucapan Alhamdulillah (segala puji bagi Allah), lalu dengan perbuatan yaitu menggunakan segala yang telah Allah berikan sesuai dengan harapan Allah. Yaitu digunakan untuk hal-hal yang mermanfaat. (hlm. 130).

Sudah waktunya kita menjadikan pekerjaan kita sebagai ibadah, sehingga setiap tetes keringat  dan desah nafas kita akan melahirkan pahala dari Allah SWT. Buku setebal 232 halaman ini sangat pas untuk dijadikan referensi utamanya bagi anda yang saat ini belum mampu memaknai pekerjaan sebagai ibadah. Sehingga kelak kita mampu meraih keuntungan ganda, ya hasil pekerjaan secara materi, ya juga hasil secara ubudiyah sebagai bekal untuk kehidupan yang lebih kekal.

Ahmad Wiyono; Jurnalis, Peneliti dan Pengasuh Rumah Baca “Haidar Pustaka” Pamekasan Madura


Tulisan ini dimuat di Harian Kabar Probolinggo Edisi 5 Januari 2015

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons