Rabu, 18 Februari 2015

Menyelami Esensi Perang Rasulullah

Judul Buku : Perang Muhammad, Kisah Perjuangan dan Pertempuran Rasulullah
Penulis : Dr. Nizar Abazha
Penerbit           : Zaman
Cetakan    : I 2014 (Edisi terbaru)
Tebal : 356 Halaman
ISBN : 978-602-1687-19-2

Peresensi : Ahmad Wiyono*


Perjalan dakwah Rasulullah Muhammad SAW dalam mensyiarkan dan menegakkan Islam tidak semata mata dihadapkan pada jalanan mulus berbunga, namun justru selalu berhadapan dengan jalan terjal serta kerikil kerikil perlawanan yang setiap waktu menghadang dakwah beliau.

Berbagai jenis rintangan serta rongrongan selalu dirasakan nabi dalam setiap perjalanan dakwahnya, cara cara kotor kerap dilakukan para penentangnya dengan tujuan untuk menghentikan dakwah beliau. namun semua itu beliau lalui dengan satu modal kesabaran dan keyakinan bahwa kebenaran harus terus ditegakkan.

Kendati demikian, konsistensi beliau dalam menjalankan dakwah acapkali harus berujung pada pertempuran atau peperangan terbuka, ini sebagai langkah akhir para pejuang Islam di masa itu untuk bisa mempertahankan dan memperjuangakan dakwah Nabi Muhammad SAW.

Sejarah telah mencatat banyak sekali peperangan yang pernah dilakukan nabi waktu itu, dan dalam setiap peperangan hampir selalu dimenangkan oleh Umat islam. Kondisi ini yang kemudian melahirkan persepsi negatif bahwa islam ditegakkan dengan cara kekerasan. Utamanya dari kalangan barat yang selalu menuding bahwa Islam sebagai biang radikalisme.

Buku berjudul Perang Muhammad ini mencoba menjawab apa sebenarnya esensi dari perang yang telah dilakukan oleh nabi dan para pengikutnya waktu itu. Melalui kelihaian Dr. Nizar Abazhah dalam mengurai data dan historis perang Rasulullah, terangkumlah perihal makna dan esensi perang yang pernah terjadi di masa Nabi tersebut.

Tuduhan bahwa Islam lahir dari ayunan pedang mulai terbantahkan, sebab perang yang dilakukan nabi selalu terjadi karena sebab-sebab yang rasional secara hukum serta demi menegakkan satu kebenaran agung yaitu agama Islam. Tidak hanya itu, rentetan peperangan yang pernah dilakukan nabi selalu berlandaskan etika atau moralitas peperangan, sehingga perang tidak hanya sekedar diartikan unjuk kekuatan tapi jauh dari pada itu untuk membela kebenaran.

Aku ingin berpesan kepada kalian sepuluh hal, berperanglah dengan nama Allah dan di jalan Allah, jangan berkhianat, melanggar janji, dan memotong motong tubuh mayat, jangan membunuh anak kecil, orang lanjut usia, dan perempuan. Jangan menebang pohon serta merusak dan membakar pohon kurma. Jangan menyembelih kibas atau unta kecuali untuk dimakan. Kalian akan melewati suatu kaum yang menyepi di biara-biara, biarkan mereka. Perangi orang orang yang memerangi kalian dan berdamailah dengan orang-orang yang berdamai dengan kalian.  Jangan melampaui batas karena Allah tidak mencintai orang-orang yang melampaui batas. (hlm. 328-329).

Inilah kode etik peperangan yang dilakukan oleh umat islam, sangat menjunjung tinggi makna kemanusiaan dan penuh dengan perdamaian, maka sekali lagi tak benar jika harus dikatakan Islam lahir dari sabetan pedang para pejuang islam itu sendiri.

Bahkan pada bab lain buku ini dijelaskan bahwa ada tiga alasan penting mengapa nabi harus melakukan perang. Pertama, melayani serangan musuh seperti pada perang Badar, Uhud dan Khandak. Nabi meladeni perang itu dalam rangka mempertahankan diri. Kedua, memberi pelajaran terhadap musuh yang mencari gara-gara atau bersekongkol mengganggu kaum muslim meskipun sudah ada nota perjanjian atau kerja sama. Dan Ketiga, menggagalkan rencana musuh yang mengancam kaum muslim. (hlm. 271).

Semakin jelaslah betapa perang yang dilakukan nabi semata mata hanya demi mempertahankan dan menjaga kemaslahatan umat islam ketika dalam kondisi dirongrong atau diganggu oleh para kafir. Ssehingga tidak mungkin ada perang jika tidak dalam rangkan melayani serangan, memberikan efek jera atau pelajaran, serta untuk menggagalkan rencana musuah itu sendiri.

Apalagi sejarah telah menjelaskan bahwa pada dasarnya Nabi Muhammad SAW sendiri sangat tidak senang melakukan pembunuhan, bahkan terhadap kaum Musyrik sekalipun beliau lebih suka berdamai. 

Selain mempertegas esensi perang yang telah dilakukan oleh Nabi, buku ini juga mengulas banyak hal seputar silsilah perang yang pernah terjadi di masa perjuangan islam tersebut.setidaknya mulai Dari bab pertama hingga bab tiga buku ini dengan detil mengurai seputar sejarah perjuangan nabi. Seperti konfrontasi awal perang, genjatan senjata hingga pada sejarah dan silsilah penaklukan Makkah dan pasca Penaklukan makkah.

Tidak hanya itu, perang yang pernah terjadi juga merambah pada perang non Meliter, penjelasan ini lengkapnya ada pada bab Empat di buku ini, perang non melieter dimaksud adalah perang Informasi, Ekonomi dan Psikologis.

Buku ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru seputar peperangan yang dilakukan oleh Nabi, tapi juga mampu menepis tudingan tentang arti perang yang dimaknai sebagain orang sebagai modal untuk membangkitkan Islam yang belakangan disebut bahwa islam lahir dari ujung pedang. Padahal perang yang dilakukan nabi semata mata demi mempertahankan keutuhan Islam itu sendiri. Sekali lagi buku ini layak untuk kita baca sebagai bahan pengetahuan tentang makna perang yang sebenarnya.

Ahmad Wiyono; Jurnalis, Peneliti dan Pengasuh Rumah Baca “Haidar Pustaka” Pamekasan Madura Jatim


Tulisan ini dimuat di Harian Kabar Madura dan Majalah Fokus

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons