Rabu, 18 Februari 2015

Mengasah Keterampilan Komunikasi Lisan

Judul Buku : Ngobrol Asyik Dengan Siapa Saja
Penulis : Ian Dimas
Penerbit    : Saufa
Cetakan         : Desember 2014
Tebal : 210 Halaman
ISBN : 978-602-296-069-0

Peresensi          Ahmad Wiyono*

Sikap dan karakter seseorang kadang bisa dilihat dari cara dan gaya bicaranya, ini sebabnya orang selalu berhati hati dalam menjaga gaya bicara demi menjaga kredibilitas utamanya ketika berada di depan publik.

Tak berlebihihan rasanya ketika pepatah lama mengatakan bahwa “lidahmu harimaumu” atau pepatah lain “Lidah itu lebih tajam dari pedang”. Ini mengisyaratkan bahwa setiap perkataan akan mengandung banyak akibat yang berdampak langsung baik kepada lawan bicara maupun kepada sang pembicara.

Berbicara yang baik tentu membutuhkan cara berbicara yang baik pula, karena berbicara adalah proses bagaimana seseorang berkomunikasi dan menyampaikan sesuatu secara tepat, efektif, efsisien dan seterusnya. Jika seseorang berbicara diluar batas kewajaran dan melebihi dari sesuatu yang diinginkan oleh lawan bicaranya, maka sang lawan bicara merasa bosan dan bahkan ingin segera mengakhiri pembicaraan tersebut.

Setidaknya, ada tiga hal yang bisa diperhatikan dalam menyusun suasana bicara yang baik, yaitu Vocal, verbal dan Visual. Nah yang Visual ini berkaitan dengan gaya atau etika kita dalam berbicara, sehingga seseorang secara nyaman menikmati alur pembicaraan kita, atau dalam istilah lain disebut dengan bahasa tubuh.

Adalah Ian Dimas alias Yulian Adi Saputra berhasil meramu beberapa rumus berkomunikasi lisan dengan baik sehingga melahirkan obrolan asyik baik kepada lawan atau pun kepada diri kita sendiri, ramuan itu lengkap tersaji dalam buku “Ngobrol Asyik Dengan Siapa Saja” ini.

Diantaranya adalah ketika seseorang hendak memullai suatu pembicaraan, maka hendaknya ia paham kondisi sekitar bahkan kondisi orang yan diajak berbicara, ini penting karena kondisi kejiwaan seseorang yang kita ajak bicara belum tentu sama dengan apa yang kita rasakan.

Maka dari itu, harus ada “pemanasan” untuk mengetahui seperti apa kondisi kejiwaan, atau setidaknya memahami apa hobi dari lawan bicara kita, sehingga pembicaraan akan menjadi cair dan berlangsung dengan  nyaman. Dan saat itulah dengan gampang kita bisa memasukkan topik tentang apa yang hendak kita sampaikan terhadap orang tersebut.

Orang yang berpengalaman dalam bergaul, biasanya dapat mengubah suasana hati mereka dengan cepat; dari yang tadinya berfikir soal tagihan kredit, nilai kuliah yang jelek, berantem dengan kekasih, serta hal hal yang memusingkan kepala lainnya, dapat langsung berubah menjadi ramah dan bersahabat ketika bertemu dengan orang lain. Namun sebelum kamu bisa menjadi orang seperti itu, sebaiknya lakukan social warning up  atau pemanasan social terlebih dahaulu. (Hlm. 44).

Ini kunci awal memulai pembicaraan, jika seandainya hal hal tersebut di atas malah terjadi pada lawan bicara kita, maka cara tahu terlebih dahulu apa kira kira kata kunci yang pas untuk memulai pembicaraan tersebut.

Buku ini secara rinci menjelaskan ramuan cara bicara yang asyik baget pokonya, sehingga tak ada suara yang keluar percuma dari mulut kita. Misalnya bagaimana kita punya konsep pembuka percakapan. Ini penting dalam rangka menghindari ngalur ngidup dalam berbicara.

Konsep pembuka pembicaraan dimaksud tercover dalam buku ini secara jelas, mulai dari Direct Opener (kalimat pembuka langsung tanpa basa basi), ada juga Indirect Opener (Kalimat pembuka tidak langsung), Trick Modus Opener (Menggunakan sedikit cara licik), dan juga ada cara Situasional Opener (Menggunakan Situasi yang ada). (Hlm. 54-57).

Dengan demikian, seseorang yang akan memulai suatu pembicaraan bisa memilih model pembuka pembicaraan di atas, tentu dengan beberapa kelebihan dan kekurangan masing, semua itu tergantung selera dari orang yang melakukan komunikasi tersebut.

Selain itu, seorang pembicara juga harus memperhatikan durasi pembicaraan, ini juga penting karena orang yang kita ajak bicara belum tentu memiliki waktu yang sama dengan kita, maka panjang pendeknya pembicaraan perlu diatur betul ketika sedang melangsungkan pembicaraan. 

Dalam kondisi tertentu  mislanya, maka perlu mempersingkat pembicaraan, namun tanpa mengurangi isi pembicaraan itu sendiri. Sehingga pembicaraan atau lawan bicara tak perlu bertele tele, namun langsung terhadap inti pembicaraan, maka harus dicari moment pas kapan isi pembicaraan itu akan disampaikan.

Selalu biasakan untuk memperhatikan kata kata kunci dari pembicaraan mereka, dengan focus terhadap kata kata kunci, kamu bisa mengekplorasi topic topic lainnya. Setelah dapat kata kunci gunakan pertanyaan terbuka untuk mengeksekusi kata kunci tersebut menjadi sebuah topic obrolan. (Hlm. 119).

Berbicara asyik, tidak hanya ketika face to face (darat), melainkan juga bisa dilakukan di dunia maya, atau paling tidak melalui alat komunikasi seluler. Dan buku ini secara lengkap juga meramu cara ngobrol asyik di dunia tersebut, seperti SMS, BBM dan social media lainnya. Lengkapnya bisa dilihat di bagian 3 pada buku ini.

Rasanya rugi jika harus melewatkan buku ini, apalagi jika anda sedang mengasah keterampilan komunikasi lisan. Buku setebal 210 halaman ini betul betul menjadi ramuan mujarab untuk menjadikan kita sebagai pembicara yang asyik kapan dan di mana saja.

Ahmad Wiyono; Jurnaiis, Pengajar dan Pengasuh Rumah Baca “Haidar Pustaka” Pamekasan Madura


Tulisan ini dimuat di Harian Suara Madura Edisi 29 Januari 2015

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons